Prolog

87 11 0
                                    

   Untuk yg kesekian kalinya, tubuhku terasa berat untuk bangun dari ranjang. Dengan menggunakan indra pendengaranku, aku memastikan bahwa dia sudah tidak ada. Tiba-tiba suara mesin motor terdengar dan mulai mengecil dari sini. "dia sudah pergi..." dengan cepat aku memaksa tubuhku untuk bangun dan mengambil senter dimeja belajarku.

Aku berlari turun ke lantai dasar menuju kamar gelap yang terletak di ujung ruangan.

"IBU!" seketika kata itu terucap begitu saja setelah menghidupkan senterku dan melihat tubuhnya yang membiru dan melemah.

"dia melakukannya lagi..." gumamku sambil membantu ibu duduk diatas kasurnya. "tolong... Jangan benci dia nak." sebelum aku menjawab, ibu sudah memotong perkataanku. "Sebaiknya kamu besiap-siap... Palestina menunggumu disana"
Ini memang keputusan sulit yang harus ku pilih, dan dengan berat hati aku hanya mengiyakan kata-kata ibuku dan pergi ke kamar untuk mandi dan mengambil koperku yang sudah ku kemas semalam.

Setelah memakai baju aku langsung turun kedapur dan sarapan. Dan aku benar-benar senang, karena jarang sekali aku bisa makan dengan damai tanpa dia.

"nak,ini bekal untukmu. Bisa saja nanti kau kelaparan dan tidak ada makanan disana" kata ibu sambil memberikanku bekal yang isinya sandwich kesukaanku. Tiba-tiba terdengar suara sirine bis dari luar rumah, kurasa mereka sudah sampai. Aku langsung berdiri dan pergi keluar dengan semua barang-barang yang sudah ku siapkan dan ditemani oleh ibuku. "jaga diri ibu baik-baik. Claire ga tega lihat ibu disakiti terus seperti ini, hanya claire yang bisa menjaga ibu" ucapku sambil memeluk ibuku untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi ke Palestina. Ibuku hanya membalasnya dengan senyuman lembut yang bisa menipu semua orang bahwa dia hanya baik-baik saja.
Sambil membawa ransel dan koperku, aku naik keatas bis yang berisikan orang-orang yang ingin pergi ketempat yang sama. Aku melambaikan tanganku dijendela dan dalam hati aku mengucap

"hal ini aku lakukan... Demi lari dari kehidupanku yang suram"

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang