7

24 4 0
                                    

[Claire]


Mataku terbuka setengah saat ada suara yang terdengar ditelingaku. "claire... Claire bangun... " aku membuka mataku dan menoleh kearah Hendrik. "dia masih tidur..." ucapku pelan tak ingin membangunkannya karena dia sudah kelelahan sejak tadi.

Aku hanya duduk menatap langit malam. Indah sekali... Saat itu juga. Aku melihat bintang yang jatuh. Aku langsung berdiri dan berharap. Aku harap... Ibu baik-baik saja disana dan berdoa untuk keselamatanku disini. "eh?? Apa itu?" tanyaku. Sontak bintang yang jatuh itu terbelah menjadi 8 bagian. Dan... Dua diantaranya jatuh kearahku!

"kak kak! Kak Hendrik bangun!" sambil mengguncang tubuh kak hendrik. "aduh... Ada apa, Claire? Apa tentara itu menemukan kita? " Tanya kak Hendrik sambil berdiri lalu mengambil senjatanya dan bersiap-siap untuk menembak.
"bukan kak! Itu lihat yang diatas!"
Belum genap aku berbicara. 2 bintang itu jatuh tepat dibelakangku. Aku meloncat kearah kak Hendrik karena kaget dan menoleh kebelakang. "itu.. Apa?" tanya kak Hendrik lagi. Kami mendekati bintang itu dan... Hey, itu bukan bintang, melainkan dua buah berlian yang meredup dipermukaan tanah. "Claire jangan! Bisa saja itu berbahaya!" cegat kak Hendrik saat aku mengambil kedua berlian tersebut.

"Claire kau membuat kesalahan yang fatal... Buang benda itu sekarang.
buang...!!!"

Aku terdiam sejenak dan melihat berlian itu. Telingaku sakit, dadaku sesak, dan tanganku gemetaran. Tapi aku tidak peduli. Jika aku mati, setidaknya aku tidak mati ditangan Israel dan dia. Tiba-tiba salah satu berlian itu bercahaya terang kearahku.

"Kau adalah yang pertama. Ikuti jalan yang akan aku tunjukkan dan kau akan bahagia selamanya..."
Aku bergetar hebat. Berlian ini berbicara tentang aku yang menjadi si pertama ini dan aku harus mengikuti jalan menuju... Menuju apa? Aku tidak tahu. "Claire berikan itu padaku! Aku tidak mau kau kenapa-kenapa. Bisa saja ini tipuan belaka dari Jendral dan tentara Israel tersebut!" ucap kak Hendrik langsung mengambil kedua berlian yang ada ditanganku. Dia menyimpan berlian yang tidak berbicara didalam saku jacketnya. Aku bisa melihat berlian itu bercahaya, tapi aku tidak bisa mendengar apa yang berlian itu katakan.
"kak... Tidak apa-apa. Bisa saja berlian ini menunjukkan kita kesuatu tempat yang aman dari sini"
"Tapi kalau dia membawa kita kejebakan bagaimana?! Aku tidak mau kita berdua dalam bahaya!"
"bagaimana kita bisa tahu kalau kita belum mencobanya?"
"tapi.. "
"kak, aku jamin, benda ini bisa dipercaya dan akan membawa kita jauh dari sini. Ketempat yang lebih aman".
Aku memegang kedua tangan kak Hendrik yang memegang salah satu berlian itu. Lagi-lagi, berlian itu bercahaya dan memunculkan sebuah arah panah yang mengarah ke sungai.
Aku mengambil berlian itu dan berlari menuju kearah jarum panah itu tunjukkan. "H-hey tunggu!" kak Hendrik mengambil senternya dan lari menyusulku.

"Mungil... Sampai kapan kita akan mengikuti berlian yang kemunculannya tak dapat dipikirkan secara logika ini???" tanya kak Hendrik yang kewalahan karena mengikutiku yang terus berjalan mengikuti petunjuk berlian ini. "Sebentar lagi sampai kak aku berjanji. Lagi pula kita sudah sampai didaerah sungai", jawabku sambil fokus ke arah jalan. "tapi bagaimana kala-" belum selesai kak Hendrik berbicara. Kami berdua membeku ditempat tepat saat kami melihat sebuah portal yang terbuka besar dihadapan kami. "i-itu... Apa...??" aku memegang tangan kak Hendrik yang dingin. Kurasa dia juga ketakutan. Arah panah itu menunjuk kearah portal besar itu. "Kemana portal itu akan membawa kita?" tanyaku. Berlian itu bercahaya lagi.
"Masuklah dan kau akan menemukan tempat kebahagiaanmu... " ucap berlian itu ditanganku.
"apa.. Kita harus masuk kesana?"
"apa kau gila?! Portal itu akan membawa kita kemana? Ke luar angkasa??? Kita bisa mati karena tidak ada oksigen disana!" amuk kak Hendrik. Aku tidak peduli dengan perkataan kak Hendrik. Aku berlari kearah portal itu dan memasukkan tanganku. Tiba-tiba suara tembakan terdengar dari kejauhan. "Claire kita harus pergi dari sini! Tentara Israel sedang dalam perjalanan menuju kesini, ku rasa mereka merasakan sesuatu yang janggal akibat suara yang dibuat oleh portal ini tadi. Ini pasti jebakan! Semuanya jebakan!" kak Hendrik menarik tanganku dan bersiap untuk lari.

"Claire lari dari sini... Menjauhlah dari portal itu. Jangan coba-coba masuk kesitu atau kau akan menyesal gadis brengsek".

"TIDAK!!!" aku melepaskan genggaman kak Hendrik dariku. "kalau kakak tidak mau ikut maka... Maafkan aku".
Aku berlari masuk kedalam portal dan menggenggam berlian yang ada ditanganku. Sebelumnya aku mendengar kak Hendrik berteriak memanggil namaku untuk yang keterakhir kalinya sebelum portal itu tertutup. Tubuhku terasa seperti jatuh dari ketinggian dan semuanya berubah menjadi gelap.

"ibu...aku menyayangimu.
Maafkan anakmu yang suka memberontak dan tidak pernah mendengar apa kata ibu".

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang