10.Welcome To The Parallel World

6 3 0
                                    

{HAPPY LIFE}
[Claire]

"Ouch.... Sakit," ucapku sambil mengusap kepalaku yang terbentur lantai.
Ini... Dimana...??? Ucapku dalam hati. Aku melihat sekitarku,yang kulihat hanyalah ruangan putih dan awan-awan diatasku.

Aku berdiri dan mencoba berjalan mengelilingi tempat ini. Tidak ada apa2... Benakku. Aku ketakutan dan duduk memeluk kedua kakiku. Yang bisa ku pikirkan sekarang adalah bagaimana keadaan ibuku disana. Aku benar-benar khawatir. Bagaimana jika ibuku disiksa lagi olehnya? Hanya itu yang bisa aku pikirkan.

Grumble.. Grumble...

"sial... " ucapku sambil mengelus perutku pelan. Yah... Aku kelaparan. Aku berdiri dan mencoba sekali lagi untuk mencari makanan disekitar tempat ini.

"masih tidak ada makanan... " gumamku. Perutku benar-benar berisik sekarang. Aku pun berpikir jika aku membayangkan sebuah makanan masakan ibu akan bisa menipu perutku dan kenyang. Aku menutup mataku dan membayangkan sepotong apple pie yang diberikan ibuku dimeja makan. Dan aku mencicipinya... Benar-benar enak...

Aku membuka mataku dan tersentak kaget. Mataku terbelalak melihat sepotong apple pie yang tersaji diatas meja tepat didepanku. Apakah ini mimpi...? Ucapku dalam hati. Aku berdiri dan mendekati meja makan itu lalu menyentuhnya. Bukan halusinasiku... Lalu aku mengambil sendok yang ada dipiring potongan apple pie itu. Mengambil sebuah suapan kecil. "enak... "
Aku langsung menghabiskan pie itu. Benar-benar bukan mimpi ataupun halusinasi, perutku kenyang setelah memakannya. Namun... Darimana makanan itu muncul?

Aku mencari-cari celah dimana benda-benda ini bisa muncul, Tapi tidak ada. Aku tidak bisa menemukannya, hanya sebuah tempat tak berujung yang hanya dikelilingi oleh awan diatasnya. Namun aku berpikir, apakah awan-awan itu yang memunculkannya? Aku mendekati salah satu awan yang rendah lalu menyentuhnya. Tidak ada apa-apa... Aku kebingungan bagaimana bisa benda ini muncul... Padahal disini tidak ada lubang atau hal-hal yang mencurigakan.

Aku mencoba menutup mataku lagi. Kali ini bukan untuk membayangkan makanan, aku membayangkan sebuah buku petunjuk tentang tempat ini. Aku membuka mataku dan melihat buku tipis yang ada tepat didepanku. Aku mengambil buku itu dan membukanya lalu membaca isinya.

Belum sepenuhnya aku membuka buku itu, suara halus tiba-tiba muncul. Suara yang mirip dengan berlian saat aku menemukannya. "Selamat datang nona Claire, di Dunia Parallel. Aku salut padamu yang bisa berpikir dengan cerdas untuk memunculkanku. Apa yang ingin kau ketahui tentang dunia parallel ini nona?",ucapnya. Dunia parallel..? Tanyaku dalam hati. Dan yang pasti itu akan jadi pertanyaan pertama yang ingin aku tanyakan.

"Apa yang kau maksud dengan dunia parallel..??? Disini tidak ada apa-apa, hanya sebuah ruangan putih tak berujung yang dikelilingi oleh awan-awan putih", tanyaku. Buku itu tertawa dan berkata "itu karena nona memasuki salah satu dari ruangan dunia parallel. Dunia ini lebih besar dari yang nona kira. Ada jutaan ruangan dan nona menempati salah satunya. the Happy Life , nama ruangan ini adalah 'Happy Life'
dimana anda akan bahagia seperti nama yang tertera disini. Apa yang nona inginkan ada disini. Hanya perlu menutup mata dan membayangkan apa yang nona mau, dan benda itu akan muncul tepat dihadapan nona. Namun ada beberapa pengecualian untuk hal itu".

"pengecualian..??? Apa saja pengecualian yang kau maksud itu?" tanyaku lagi. "yah,seperti... Menginginkan orang lain dari dunia nyata ke dunia Parallel, atau membuat penghuni lain disini memiliki emosional yang anda inginkan seperti membuat orang itu marah, sedih, ataupun jatuh cinta. Hal-hal yang memengaruhi waktu juga tidak berlaku diruangan ini nona." lanjutnya menjelaskan.

"penghuni lain... Bagaimana aku bisa mengubah perasaan orang lain jika yang ada disini hanyalah aku seorang? Tidak ada siapa-siapa disini" ucapku bingung. Bagaimana tidak, daritadi aku tidak menemukan satu orang pun disini. "itu karena nona adalah penghuni pertama disini. Tenanglah, nona tidak akan sendirian. Masih ada 2 penghuni lain yang akan masuk keruangan ini", sahutnya.
"penghuni lain... Siapa???" tanyaku lagi.
"hahaha... Untuk gadis muda seperti nona sangat jarang untuk bertanya sampai sedetail ini. Namun maaf, aku tidak bisa memberitahumu siapa, kapan, atau dimana orang-orang itu akan masuk keruangan ini. Tapi nona tidak perlu khawatir, kalian semua akan bertemu dalam jangka waktu yang dekat. Untuk detail lain aku tidak bisa memberitahumu. Salah satu hal yang tidak berlaku diruangan ini." ucap buku itu.

"Baiklah, aku mengerti. Terimakasih atas informasinya", jawabku. "tidak masalah nona, omong-omong kau bisa memanggilku si 'buku panduan' untuk memandumu selama ada didunia ini. Jika ada yang ingin nona tanyakan atau nona ingin meminta bantuan, nona hanya perlu membuka buku ini dan mengucapkan namaku. Aku akan muncul dan membantu nona menjawab semua pertanyaan nona", suara dari buku itu lalu hilang dan aku langsung menutup buku itu.

"Baiklah... " ucapku. Aku menutup mataku dan membayangkan sebuah tas yang berisi makanan dan minuman didalamnya, aku juga membayangkan sebuah jam tangan untuk mengetahui waktu diruangan ini. Aku membuka mataku dan mengambil tas juga memakaikan jam tangannya di tangaku. Aku kebingungan saat melihat jam tersebut menunjukkan balok yang berjumlah 12,bukannya angka atau sebuah jarum jam, Namun aku bisa memikirkannya nanti.

Yang aku pikirkan sekarang adalah bagaimana aku akan tidur dan tinggal selama ada disini? Aku pun membayangkan sebuah rumah kecil berisi 3 kamar tidur. Yeah... 2 kamar lainnya untuk penghuni yang lain saat mereka sudah tiba. Kamar mandi, Dapur juga gudang untuk menyimpan alat-alat dan perlengkapan pasokan makanan. Mungkin sebuah ruang tamu untuk menyambut mereka(?). Kurasa bisa untuk sebuah pelengkap rumah itu. Halaman teras depan yang dikelilingi oleh pohon-pohon dan kebun kecil untuk menanam sayuran atau bahan makanan yang lain. Aku tidak mau menghabiskan energiku hanya untuk membayangkan sebuah makanan. Membayangkan buku tadi itu saja sudah menghabiskan separuh energiku.

Aku membuka mataku dan melihat tubuhku yang sudah dibasahi oleh keringat. Yeah,, aku menghabiskan sisa energiku untuk ini. Aku kelelahan dan berusaha untuk mengatur nafas senormal mungkin lalu memasuki rumah tersebut.
Aku langsung duduk disofa ruang tamu untuk istirahat dan memakan roti sandwich yang ada didalam tas tadi.

Aku menutup mataku dan tertidur. Membayangkan pelukan hangat dari ibu sebelum aku tidur. Meski aku tidak bisa memunculkan ibuku, setidaknya aku bisa membayangkannya dalam mimpiku.

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang