11.Welcome To The Parallel World

8 1 0
                                    


{HAPPY LIFE}
[Kenneth]

       "uuuu... Aku ada dimana-auch! Bokongku sakit! " jeritku. Aku mengusap2 bokongku lalu berdiri. "tempat apa ini...??"gumamku. Aku melihat sekitar dan berjalan menyusuri tempat yang aneh ini. Yang kulihat hanyalah awan-awan yang berhembus dilangit-langit ruangan ini. Kurasa tempat ini tidak memiliki ujung. Aku pun hanya bisa pasrah dan berdoa agar aku tidak disurga sekarang juga. Aku masih blum puas menyiksa sigendut sialan itu. Aku juga mengkhawatirkan kakakku, bagaimana jika dia terluka atau tertangkap oleh tentara lain..??

         Aku menggeleng2kan kepalaku. Bukan saatnya untuk berpikir yang negatif. Sekarang aku harus mencari makanan sebelum perutku lapar. Aku melanjutkan langkahku kesembarang arah. Berharap bertemu dengan seseorang yang bisa membantuku disini. Aku menghela nafasku pelan dan melanjutkan langkah kakiku.

         Perutku mulai lapar, dan aku masih belum menemukan apapun. Hanya awan yang berjalan diatasku. Aku juga sudah kelelahan berjalan. Aku duduk dan meluruskan kedua kakiku untuk istirahat sebentar. Dan saat aku melihat sekitar, ada sebuah rumah kecil dengan pepohonan rindang disekitarnya. Aku langsung berdiri dan berlari kerumah itu. Kumohon apa yang kulihat itu bukan sekedar halusinasi, kumohon apa yang kulihat sekarang ini bukanlah halusinasi belaka!!!  Pintaku dalam hati. Aku tetap berlari kearah rumah itu dan berdiri tepat didepan pintu rumah tersebut.

          Namun seketika aku terpikir, bagaimana jika orang ini adalah seorang penjahat? Apa yang akan terjadi jika dia berpura-pura menjadi orang baik dan melakukan sesuatu yang buruk padaku???
"astaga kenneth... Jangan berpikir yang tidak-tidak..." gumamku. Toh jika memang orang jahat aku hanya perlu menembaknya,masalah selesai. Aku meneguk ludahku dan mengetuk pintunya. Tidak ada respon dari dalam... Aku mencoba mengetuknya sekali lagi. "a-ah! Sebentar-ahhh!!!!!", suara benda yang berjatuhan pun terdengar didalam sana. "ah.. Maaf aku tidak sengaja menjatuhkan kursi", ucapnya setelah membuka pintu rumah. Gadis kecil berambut oranye dan ikal setengah dua menghampiriku dan tersenyum. Gadis ini... Apa dia ini adalah gadis yang jadi sandera saat di Palestina lalu??? Batinku. Saat gadis itu melihat wajahku seketika tubuhnya membeku. Kurasa itu wajar, siapa pun pasti takut saat melihat wajahku yang suram dan penuh luka.

       "uhm... Maaf jika kau harus melihat wajahku yang menyeramkan ini,, aku kehilangan maskerku,,aku bukan orang jahat jadi tenanglah", ucapku untuk menenangkannya. "ma... Ma...?" gumamnya yang terdengar olehku. Mama??? Apa maksudnya?? Batinku. Gadis itu menatapku lamat-lamat dari kepala sampai ujung kaki. "mama!!!", sahut gadis itu kegirangan. Tidak mungkin dia anakku, aku tidak punya anak. "tapi kenapa mama jadi muda begini??? Apa mama datang dari masa lalu?"tanyanya. "uhm.. Maaf tapi.. rasanya kau salah orang. Namaku Kenneth, Kenneth Ravendish. Itu nama yang diberikan oleh kakakku", kataku. Gadis itu terdiam lalu menatapku lagi. "tapi kau mirip dengan mama..."ucapnya pelan lalu menghela nafas kecewa. Aku mengelus kepalanya pelan. "Maaf jika kau kehilangan mamamu...", ucapku menenangkannya lagi. "Tidak apa-apa,, tapi aku akan tetap memanggilmu mama",gadis itu tersenyum dan menyuruhku masuk. Aku menghela nafas pelan karena tidak bisa menolaknya,, bisa saja jika aku menentang dia akan mengusirku dari ini.

"Jadi... Namamu Claire?"

"Iya,,"

"Setelah mendengar ceritamu tadi,tampaknya kita pernah bertemu sebelumnya"

"Eh? Dimana?"

"...aku adalah gadis yang menyelamatkanmu dari tentara-tentara itu bersama kakakku"

"Apa maksudmu??? Aku tidak mengerti"

"Aku adalah gadis pemberontak yang diincar oleh para pasukan Israel Claire"

"..."

"Claire...???"

        Claire terdiam ditempat duduknya, Berdiri dan mendekat kearahku. Kedua tangannya menyentuh pipiku lalu memelukku dengan erat.

"Terimakasih telah menyelamatkanku! Aku benar-benar berhutang budi padamu!!"

"Hey hey tenanglah... Tidak perlu seperti itu,, anggap saja kau yang menyelamatkanku disini tadi itu imbalan"

"tapi tetap saja, terimakasih!"

"Auch aku tidak bisa bernafas"

"M-maaf.."

"o-oy... Jangan menangis"

      Aku menyeka air mata Claire yang jatuh kepipinya. Menyuruhnya untuk tidak menangis dan menganggap semuanya itu sudah impas. Aku pun berbincang lama dengannya sampai mendengar suara dari luar rumah. "suara apa itu?" tanya Claire takut. "Entahlah, yang pasti aku akan memeriksanya", jawabku. "A-aku ingin ikut!",lanjutnya lagi dengan nada gemetaran. Tampaknya ia ketakutan jadi aku menyuruhnya untuk tetap dirumah. "uhm... Baiklah kalau begitu, hati-hati Mama..." Ucapnya khawatir. Aku mengusap-usap kepalanya lalu mengangguk dan pergi keluar rumah.

       Dari luar rumah aku melihat sesuatu tergeletak di lantai ruangan ini. Aku pun mencoba mendekatinya. Mengambil pisau kecil disakuku untuk berjaga-jaga jika sesuatu menyerangku. Saat aku sudah hampir sampai, sesuatu itu ternyata adalah sesosok manusia. Tampaknya dia jatuh dan tidak sadarkan diri. Aku mendekati orang itu. Seorang pria muda yang lebih tinggi dariku, warna rambutnya yang hitam legam, dan sosok wajah yang mirip seperti wajah-wajah penduduk Asia. Aku mengecek denyut nadinya di leher samping kanannya. "Masih hidup..." gumamku. Akupun mengangkatnya dan membawanya kedalam rumah Claire.

       Claire menatap pria ini dan terkejut. Seperti melihat seseorang yang dia kenal. "Kak Aris...dia penghuni ketiga disini,dan dia adalah yang terakhir. tak salah lagi", ucapnya pelan.





Aris??? Penghuni ketiga??? Yang terakhir???
Apa maksud dari semua ini???

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang