1

54 7 0
                                    

[Claire]


        "Apa kau mau sesuatu nak?". Aku langsung tersentak dan menoleh kearah suara itu. Aku menghela nafas lega dan menjawab "Air mineral saja". Pramugari itu tersenyum dan memberiku segelas air mineral lalu pergi melayani yang lain. Sambil meneguk air digelas aku bergumam "dan ya,Aku melamun lagi".

Aku kembali menatap jendela pesawat. Melihat kota palestina yang seperempatnya sudah dikuasai oleh negara Israel.

Sesampainya disana, kami langsung turun dari pesawat dan naik bis menuju pos markas. "Selamat datang para relawan yang terhormat". Sambutan hangat dari komandan yang memimpin misi relawan ini saat kami sudah tiba di markas. Kami langsung berkumpul dan berbaris sesuai kelompok yang sudah ditentukan. "untuk kelompok barisan A, kalian akan membagikan makanan dan merawat anak-anak yang ada dipanti asuhan. Sisanya, kalian akan mengirim makanan di rumah sakit dan rumah warga Palestina". Perintah sang Komandan dan membubarkan barisan.

Kami berjalan kaki kepanti asuhan karena jaraknya yang lumayan dekat dari markas. Wilayah ini... Sangat kekurangan pasokan makanan dan air bersih. Aku turut prihatin dengan kondisi mereka. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah takdir dari yang maha Kuasa.

Di Palestina, ketua kelompok kami mendata nama,umur, dan semua kebutuhan untuk anak-anak panti. Sambil menunggu truk yang berisi pasokan makanan, aku hanya duduk ditaman panti sambil melihat relawan lain yang sedang berkenalan dengan anak-anak panti. Aku tidak mau ikut, lebih tepatnya tidak tertarik. Toh, aku kesini hanya untuk pergi jauh-jauh dari rumah kutukan itu.

Dan sekali lagi, sebuah suara yang tiba-tiba terdengar oleh ku berhasil membuatku kaget. Saat aku menoleh, seketika tubuhku bergetar hebat.

"a-apa yang mereka lakukan...?!"

Aku melihat pasukan tentara Israel dengan senjata berseragam ketat ingin menguasai panti asuhan Palestina. Anak-anak panti dan para relawan mulai panik dan berlarian kesana-kemari.

Ketua yang berusaha untuk tidak panik langsung berteriak dan mengevakuasi anak-anak panti. Semua relawan yang awalnya panik pun berusaha setenang mungkin untuk mengatur dan menenangkan anak-anak panti yang lain.
Saat aku berlari menuju ketempat evakuasi, aku melihat salah satu anak panti ditarik-tarik oleh tentara Israel untuk disandera. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil kerikil didekatku dan melemparnya ke tentara itu. Saat kerikil itu mengenai tepat dikepalanya, tentara itu langsung menoleh kearahku dengan tatapan tajam dan melepaskan anak itu. Anak panti itu langsung pergi bebas dan dibawa oleh relawan lain ketempat evakuasi. Sebaliknya, tentara itu berlari kearahku dan menembakkan beberapa peluru kearahku. Aku langsung berlari cepat ketempat evakuasi dengan keringat yang membasahi wajahku. Belum genap aku melangkah, sesuatu menhantam kepalaku begitu keras sampai tubuhku jatuh lemas. Mataku mulai memburam,aku bahkan tak bisa mengangkat kepalaku. Rasanya berat sekali. Aku sudah tak bisa membuka mataku lagi, "T... To.. Long... "
Belum genap aku berkata, aku sudah tegeletak lemas dan hanya bisa berdoa untuk keselamatanku dan orang-orang Palestina.

Saat aku mencoba untuk membuka mataku, aku hanya bisa melihat tubuhku yang terikat di kursi dan ruangan kecil dengan cahaya redup membuatku tidak bisa melihat dengan jelas. Saat itu pula, aku melihat seorang anak laki-laki yang umurnya mungkin lebih tua dariku sedang duduk disamping pintu keluar. "Dimana.. Aku?" tanyaku kepada anak laki-laki itu. Dia langsung berdiri dan berjalan kearahku. "kau ada ditahanan sebagai sandera para tentara Israel", ucapnya. Saat mendengar kata sandera itu, tubuhku bergetar kuat dan airmataku jatuh begitu saja dari mataku. "tapi..." ucapnya dan menyamakan tingginya denganku. " sebelum aku mengatakannya, tolong jangan beritahu siapapun. Baik tentara Israel maupun orang-orang yang ada dipalestina. Kau mau berjanji?" lanjutnya sambil tersenyum kearahku. Aku tak tau apa yang ingin dia katakan. Tapi apapun itu, aku harap hal yang ingin dia katakan adalah sesuatu hal yang bagus.

"ya.. Aku berjanji. Aku tidak akan memberi tau siapapun." jawabku sambil mengulurkan jari kelingkingku kehadapannya. "terimakasih..." balasnya dan langsung berdiri sambil menatap wajahku penuh kepercayaan.

"Namaku Hendrik. Aku adalah tentara dari Israel dan aku berpihak kepada Palestina demi keadilan dunia."

Tiba-tiba suara pintu yang terdengar mengagetkanku dan laki- maksudnya Hendrik. Ya, dia adalah tentara yang tadi aku lempari kerikil. Wajahnya langsung berubah dingin setelah melihatku yang terikat dikursi, sekaligus tersenyum tajam kearahku. "apa yang kau lakukan bocah? Aku kan sudah bilang kau hanya bertugas menjaga anak ini supaya tidak keluar ruangan. Apa kau ingin melepaskan gadis brengsek ini,hah?!" ketus tentara yang menyeramkan itu. Hendrik langsung berdiri dan memberikan jalan kepada tentara itu untuk lewat. "hey bocah sialan, apa kau tidak tau, aku ini tentara dengan jabatan yang tertinggi ke-2 di Israel! Dan kau baru saja melempariku dengan kerikil-kerikil, dasar cecunguk sialan-!" dia mencambukku dengan sangat keras. Rasanya sakit,sakit sekali. "AAKKHHH!!!  SAKIT!!!!" aku menjerit kesakitan. Bahkan baru satu kali cambukan, tubuhku sudah remuk dibuatnya. Aku ingin meminta bantuan ke Hendrik, tapi aku sadar, dia tidak bisa membantuku begitu saja saat ada tentara mengerikan itu.

Saat dia ingin mencambukku untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba seseorang datang dengan baju seragam tentara yang rapi dan beberapa garis yang aku lihat di lengan bajunya. Ya, dia adalah tentara dengan pangkat tertinggi 1. "hey, tunggu dulu septh, aku rasa aku mengenali wajah gadis berparas manis ini" ucapnya ke tentara yang mencambukku tadi. Dua mendekatiku dan mengamati seluruh tubuhku dari wajah sampai ke ujung kaki. "kau... Anak dari pemilik pengusaha tersohor di benua Eropa itu?! Anak dari Johannes Grimson??Claire Johnsen??? " sahut tentara dengan baju seragamnya yang lengkap dengan atributnya dan rapi.

Aku hanya mengangguk samar sambil menundukkan kepalaku. Sial... Semuanya terbongkar. "kalau aku memulangkanku ke Johan, pasti dia akan sangat berterimakasih kepadaku dan memberikanku uang yang banyak. Cukup untukku berpesta di Diskotik Las Vegas setelah aku pensiun". Ucapnya sambil tertawa penuh kepuasan. "sekarang adik manis, ikut paman ya, aku akan mengantarkanmu pulang ke Norwegia sekarang".


Belum selesai paman tentara itu berbicara, tiba-tiba suara dentuman keras terdengar dari balik pintu dan membuat pintu tersebut hancur.

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang