5

15 6 0
                                    

[Kenneth]

 
  "hey... Mau kita apakan duo bajingan ini kak? Mau kita bakar? Mau kita makan? Dagingnya lumayan juga untuk dimasak. Enak, hahaha" tawaku yang membuat kedua tentara itu ngeri ketakutan. "enak saja, kau mau jadi kanibal ya, Raven? Kita menyandera mereka untuk memberitahu informasi tentang bom nuklir yang akan diluncurkan kePalestina" lanjut kakak. Spontan kedua tentara tadi yang ketakutan langsung tertawa terbahak-bahak. "hey! Diam dasar badan 9! Kau juga kakek keriput, udah tua gini masih ketawa, mau cepat-cepat dipanggil sama tuhan ya?! " aku menendang kedua kepala tentara brengsek. Udah tau ditahan masih aja ketawa, bajingan.

       Mereka berdua meringis kesakitan. Aku tersenyum puas karena keberanian mereka berdua hilang. "apa?! Mau ketawa lagi?! Ketawa aja! Akan kubuat kepala kalian pisah dari tubuh kalian yang jelek itu!", ancamku. "sudah-sudah... Kalian berdua, aku tidak akan basa basi dan aku sedang serius disini. Aku mau kalian memberi tahuku dimana dan kapan bom itu akan diluncurkan. Kalian juga harus memberitahuku dimana bom itu berada sekarang. Kalau tidak, ya... Aku tidak akan menghentikan gadis kecilku ini menghantam kalian berdua". Ancam kakak juga. Akhirnya, kakak berpihak padaku. Hahaha!

        ''Cuih!" tentara sialan itu meludahi wajah kakakku. Aku benar-benar marah  dan memukul perutnya dengan keras sampai dia muntah. "sialan... Hahhahaha... " tawa kakakku. Kenapa dia tertawa? Apanya yang lucu?. "hey, brengsek... " ucap kakakku dengan wajahnya yang mengerikan. Aku pun mundur dari sana dan tidak mau ikut urusan mereka jika kakak sudah marah.
Kalau kakak marah, habislah riwayat mereka. Ucapku dalam hati.
  

         "jadi... Kau mau kubunuh dulu ya baru mau bicara saat sudah dineraka? Oh... Atau mau kusiksa dulu sebelum aku membunuhmu? KAKEK SIALAN!" kakakku langsung meninju mulut kakek tua itu. Oh wow! Lihatlah, tiga gigi dari kakek tua itu rontok dan jatuh. Kakakku lalu berjalan kearah si badan 9. Aku bisa melihat tubuhnya gemetaran karena melihat kakek tua itu menjerit kesakitan. Kakakku menempelkan mulut pistolnya ketelapak tangan tentara itu.

         "kau... Jangan buat aku kecewa seperti kakek tua tadi. Sekarang beritahu aku semua tentang bom itu. Atau.... Aku akan menembakkan peluruku kearah telapak tanganmu sampai tak berfungsi lagi tangan sialan itu". Ucap kakakku dingin.

             Aku hanya terdiam. Tak berani untuk maju dan ikut menghajar duo brengsek itu. Bisa saja kakak akan menghajarku juga kan?. Yah... Sebenarnya kakakku tak pernah melukaiku. Sedikitpun tidak pernah, itulah kenapa aku menyayanginya. Kakak yang terlalu cerewet, khawatir, dan penyayang ini akan selalu jadi idola pertamaku. Tapi... Kapanpun bisa saja kakak berubah dan menghajar salah satu dari tubuhku kan?

          "b-b-bom itu akan... Akan diluncurkan saat k-k-kami telah menguasai 1/3 dari I-Ibu kota Palestina dan akan dijatuhkan t-tepat ditengah-tengah Ibu kota. Bom itu...sekarang ada dipusat markas J-jendral. Tapi untuk lokasi bom didalam markas tersebut aku... T-tidak tahu... Aku mohon! Jangan tembak tanganku! Hanya itu yang ku tahu hanya itu saja!!! ",ucap dari sibadan 9 itu. Hah... Setidaknya kami sudah dapat jawabannya.

       Suara tembakan terdengar dari luar. Apa yang terjadi? Tanyaku dalam hati. Kakakku melihat kakek tua itu lagi lalu mengambil sesuatu yang ada ditangan kakek itu. "sialan kau bajingan... " ucap kakakku. "mampus kalian! Kalian telah dikepung oleh seluruh tentara Israel!!! Mati kalian semuaaa!!!!" tawa kakek itu. Ya, yang kakakku pegang sekarang itu adalah tombol pertolongan darurat. Sialan...

        Aku tersentak kaget saat kakak menembak tepat dikepala kakek itu sampai kakek itu mati dengan tawanya yang tidak jelas itu. Kakakku menoleh kearah tentara badan 9. "aku akan memberimu 2 pilihan sebelum kami pergi dari sini. Pertama, kau akan mati disini dan kami akan pergi dari tempat ini. Kedua, kau akan ikut dengan kami. Tapi kami akan membongkar semua yang ada ditubuhmu dan membuang semua barang-barang yang mencurigakan. Terutama remote tombol sialan itu. Kau juga harus memberitahu kami semua informasi lain yang kau tahu tentang apa yang akan dilakukan oleh Jendral-jendral juga presiden Israel selanjutnya", ucap kakakku. Si badan 9 itu semakin ketakutan. Melihat bawahannya ditembak persis dihadapannya. Pak badan 9 itupun memilih untuk ikut dengan kami. Dengan cepat, kakakku membuang semua peralatan yang ada ditubuh tentara itu. Semuanya, sampai tentara badan 9 itu hanya ditutupi oleh kaos tipis dan celana boxernya. Aku tidak malu melihatnya. Toh, bentar lagi juga mati sisialan itu.

    Kami bertiga langsung lari dari sana. lewat pintu darurat yang diberitahu oleh sipantat panci sebelum dia pergi, kami selamat dari tentara-tentara sialan itu. Dan kami ada ditengah hutan lebat sekarang. Dan kami akan pergi keatas bukit untuk perlindungan sementara sambil meminta informasi lebih lanjut ketentara berbadan 9 itu.

Parallel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang