1.Pertemuan

167 18 1
                                    

Senja sore ini menjadi saksi, bahwa kaulah alasanku tertawa hari ini.

-

Aku menyeruput cappuchino yang kupesan 5 menit yang lalu, kegiatanku saat ini hanya melihat siapa orang yang masuk ke kafe ini dan untuk memandang senja setiap sorenya. Bahkan, aku memang selalu memesan meja dekat dengan jendela transparan dan feel yang indah untuk memotret senja di setiap harinya.

Sembari menunggu senja datang, aku membuka ponselku, menulis seuntai kata di noteku. Dan dalam sebentar saja, aku sudah berlabuh di dunia keduaku.

Saat aku sedang asyiknya menulis sebuah sajak, satu kursi kosong di hadapanku di tarik, lalu seorang lelaki dengan sesukanya duduk tanpa meminta izin kepada sang pemilik meja. Lalu dengan santainya lelaki itu membolak-balikkan menu makanan tanpa ada rasa peka sedikitpun.

"Maaf, ini meja saya seharusnya anda izin dulu sebelum duduk," Ucapku yang mulai kesal dengan tingkah acuhnya terhadap situasi.

Dia masih diam, melirikku sebentar lalu beralih lagi ke menu makanan. Tak lama tangannya melambai memanggil pelayan yang berada lumayan jauh dari meja ini. "Fried chicken steak satu sama mocca cappuchino satu" kulihat pelayan itu dengan lihay mencatat daftar pesanan lelaki itu. "Segera tuan" ucap pelayan itu lalu pergi ke kasir.

"Maaf tuan anda belum
menjawab pertanyaan saya" ujarku lagi.

"Devandra argentino" lelaki itu mengulurkan tangannya ke hadapanku. Padahal bukan namanya yang ku maksud, apakah dia waras? Pikirku.

Karena segan jika tak menjawab, aku menjabat tangannya "caitlin"
Balasku acuh, lalu segera menarik jemariku dari balasan jemarinya.

Dia hanya tersenyum simpul tanpa membalas apapun.

Kulihat langit mulai memancarkan warna orange dengan gumpalan-gumpalan awan yang membentuk langit serta warna biru laut yang menambah kesan gemilau sore ini. Warna yang terkesan eksotis sekali. Di tambah lagi jejeran pulau kelapa yang memang khas berada di belakang kafe ini.

Cukup lama aku memandang langit ini sebelum aku mengabadikannya dengan ponselku. Pelayan yang tadi mencatat pesanan kini datang membawakan makanan, aku yakin itu bukan untukku, tetapi untuk lelaki yang sedari tadi menatapku tanpa kusadari. Aku yakin itu. "ini pesanannya." Pelayan itu memindahkan sebuah piring dan gelas dari nampannya ke meja di depan lelaki yang katanya bernama devandra itu.

Lelaki itu mengangguk. Setelah pelayan itu pergi, dia mengunyah satu demi satu sendok ayam yang masuk kemulutnya dan akan mengganjal perutnya sore ini.

Tunggu, kenapa aku jadi fokus kepadanya?

Aku dengan sigap mengeluarkan ponselku dari tas selempang ku yang berada di atas meja, kubuka aplikasi kamera lalu dengan sebentar saja aku sudah menangkap senja sore ini.

Aku langsung mengunggah nya di akun instagram khusus untuk pencinta senja.

Aku langsung mengunggah nya di akun instagram khusus untuk pencinta senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang