4. Hadir

80 15 3
                                    

Hadirmu dan senja sama-sama singkat. Hanya saja, hadir senja lebih bermakna dibandingkan hadirmu.

-cait

***

Caitlin baru saja keluar dari toilet, langkahnya sangat malas sekali berjalan keruang kelasnya, walaupun dia tau kelas akan dimulai beberapa menit lagi. Dia melihat sekilas kearah perpustakaan, tidak ada yang berubah, tempat itu masih sama, dia jadi teringat akan seseorang yang sering menghabiskan waktu membaca berdua dengannya. Kampus ini punya kenangan yang berarti akan kehadirannya. Namun, waktu tetaplah waktu tidak pernah berjalan mundur, walaupun untuk mengulang kesalahan sekecil benih sekalipun.

Gadis ini, berjalan memasuki koridor ruangannya. Tinggal melewati beberapa ruang lagi dia akan menginjakkan kakinya tepat di pintu kelas Bahasa.

Diraihnya knop pintu itu dan hawa ac sudah merutuki tubuhnya, beberapa temannya terlihat membaca materi yang akan dijelaskan nanti, ada juga yang memilih mendengarkan musik dengan earphone sambil membaca novel dan tertidur.

Dia meletakkan tasnya dikursi pertama dari depan, selagi kursi itu belum terisi dia bebas mendudukinya. Lalu, dia mulai membolak-balikkan buku yang baru dipinjamnya dari perpustakaan kemarin.

Dirinya dan Angel berbeda jurusan. Sama-sama Bahasa memang, tetapi dia memilih dibagian Bahasa Indonesia sedangkan Angel lebih berpedoman kepada Bahasa Inggris, kuakui semenyebalkan apapun dia, namun ketika berbicara dengan seorang bule dia sangat fasih sekali, terlebih lagi ketika ada debat Bahasa Inggris, dia sudah pasti menduduki peringkat pertama.

"Caitlin, pinjem catatan kemarin dong," Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping ketika ada yang memanggil namaku. Neina, dia yang barusan berbicara, teman kompromiku saat setiap ulangan.

"Owh, iya sebentar Nei" Aku meraih tasku, mencari sebuah buku catatan lalu memberikan kepadanya.

"Terimakasih!" Gadis itu menunjukkan senyum yang menurutnya paling manis kepadaku, aku membalasnya. "Btw, kamu masih suka Senja Cait?" Ah iya, dia melihat sampul catatanku yang tertempel rapi disana sebuah potret senja, indah sekali.

Aku mengangguk, meng-iyakan perkataannya.

"Kemarin aku baca suatu artikel, ada lomba potret senja di taman kota, sepertinya Jum'at nanti acaranya, kamu bisa ikut dan aku yakin pasti menang!" Ucap Neina sangat antusias kepadaku, seolah-olah dia percaya bahwa aku adalah seorang Ratu Senja yang tidak akan dapat dikalahkan oleh orang lain.

Aku tersenyum,"Ah iya? Informasi selanjutnya akan kucari di internet saja nanti ya, terimakasih sudah memberi tau Nei, dan sepertinya aku ikut berpartisipasi" Gadis yang berdiri didepanku itu tersenyum, lalu setelah beberapa saat basa-basi dia kembali duduk ketempatnya, karena dosen sudah datang dan pelajaran pun dimulai.

***

Hari ini aku mempunyai sebuah rencana untuk berkeliling, karena bosan sudah terus-menerus bergelut dengan naskah penelitian. Aku mengelilingi kota besar ini, berjalan tanpa tujuan. Namun aku langsung tersenyum ketika tau tujuanku sekarang. Ke Gramedia adalah salah satu tujuan yang kupikirkan sedari tadi, jadi disinilah aku sekarang, tepat berdiri disebuah bangunan tinggi menjulang yang dipadati oleh orang-orang sibuk akan belanjaannya.

Aku berjalan menuju lantai 3 tempat dimana gramedia berdiri. Ya walaupun aku tahu berkat usaha bertanya kepada salah satu pengunjung, jika tidak mungkin aku sudah tersesat.

'Surga dunia!' batinku saat sudah menginjakkan kaki diantara deretan-deretan buku yang ingin kubawa pulang semua.

Aku berjalan menuju rak bagian novel, memilih satu persatu yang kurasa menarik alurnya dan akan segera kubaca. Aku berkeliling lagi, mencari buku lain, dan sampai disaat titik pertengahan aku berhenti, mataku baru saja menangkap sebuah novel Senja karena penasaran kubaca sekilas sinopsis ceritanya 'Pertemuan dan perpisahan berawal dari Senja' tanpa basa-basi aku mengambil novel itu dan menambahkannya kedalam list yang akan dibeli.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang