Lebih memilih lelaki cuek
yang hobinya buat nyaman atau lelaki menyebalkan yang selalu memberikan perhatian dalam arti yang berbeda?
***
Sudah hampir jam sepuluh malam, dan aku masih berada di cafe ini dengan Tristan. Lelaki ini memang tidak mau pulang dengan alasan bosen dirumah. Padahal sedari tadi Mama-nya sudah menghubungiku untuk sekedar bertanya 'sudah pulang Kei?' 'Tristan lagi ngapain?' 'Nanti kalau sudah pulang hubungin Mama Kei' 'Jangan pulang terlalu larut ya Kei'. Aku memang sangat dekat dengan Mama Tristan, bahkan aku sudah menganggap Mamanya seperti Mamaku sendiri. Walaupun terkadang pergi bersamaku, Mamanya-Naila masih suka mengkhawatirkannya, karena Tristan adalah anak lelaki satu-satunya, paling manja pula. Dasar Tristan!
"Tristan ayo pulang!" tukasku sekali lagi, karena sudah hampir 20 kali lebih aku mengatakan itu dan hanya dijawab anggukan olehnya selebihnya tidak dijawab, seperti berbicara dengan tembok.
"Iya, 5 menit lagi gue males pulang" ujar lelaki itu yang kali ini membuka mulutnya untuk mengeluarkan beberapa kata.
"Oke. 5,4,3,2,1 ayo pulang!" Aku berdiri dari kursi itu, menarik tangan Tristan secara paksa, jika tidak dia akan duduk terus di kursi itu tanpa ada minat pulang.
Lelaki itu mendesah, mencoba bangkit walaupun awalnya malas sekali. Aku menariknya sampai ke parkiran. Jalanan sudah hampir sepi sekali, kendaraan pun sudah hampir punah untuk berlalu-lalang malam ini.
Sampai di parkiran, hawa luar sangat dingin sekali. Rasanya sekarang aku ingin meminum sebuah coklat panas sambil membaca sebuah novel. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat, aku harus segera sampai kerumah secepat juga. Aku mengusap kedua lenganku pertanda kedinginan. Hawa tadi siang sangat berbanding terbalik dengan sekarang. Sama-sama kurang menyenangkan untuk dilalui.
Lekaki itu sudah naik ke atas motornya, kemudian menyuruhku naik dan tanpa ada rasa peduli dia sama sekali tidak ingin melepas jaket yang dikenakannya. Saat motor sudah berjalan, dinginnya cuaca sangat menusuk kulitku. Perjalanan pulang masih 15 menit lagi. Demi apapun aku menyumpahi lelaki yang tidak peka ini!
"Ekhem" Aku berdehem seraya mengusap kedua telapak tanganku.
"Kenapa Kei?" Tanyanya. Aku langsung tersenyum. "Enggak, cuacanya dingin banget ya" ujarku memberi kode. Lelaki ini terdiam sebentar, tanpa ada memberi jawaban lagi. Demi apapun aku yakin akan mengutuk lelaki menyebalkan ini.
Aku tak mau meladeninya lagi, menahankan dingin nya cuaca menusuk kulitku. Aku melihat ke arah jalanan, bisa dilihat setiap penjual warung sedang sibuk jika sudah jam segini, sibuk mengemasi warungnya agar segera tutup. Namun, ada juga yang beberapa lainnya masih buka. Aku lapar. Aku menyesal tidak menerima tawaran Tristan untuk memesan makanan tadinya. Nasib.
Aku meneliti lagi jalanan ini. Seperti bukan jalanan kerumahku. Dan benar saja, motor Tristan sudah memasuki kawasan perumahan Serdang Damai, rumah Tristan. Aku menatap lelaki ini dari spion, kali ini dia terlihat tenang sekali.
"Tristan, aku mau pulang!" Tukasku kepadanya saat sudah ingin sampai di rumahnya. Dia masih diam, belum menjawab. "Tristannnnn!!" ucapku lagi, kali ini lebih keras, agar lelaki ini tersadar. Belum ada jawaban juga, motornya sudah sampai dirumah Tristan. Aku melihat Mamanya sudah menunggu diluar gerbang, padahal aku sama sekali tidak mengabarkan bahwa kami akan pulang. Dengan cemas, Tante Naila langsung memeluk Tristan seolah-olah takut kehilangan.
"Tristan kamu kenapa lama pulangnya?" ucap Tante Naila sangat lembut. Lelaki itu hanya menggeleng sambil tersenyum. Lalu Mamanya mengalihkan perhatiannya kepadaku, tersenyum tulus layaknya seorang ibu. "Caitlin sayang, nginap dirumah Mama aja ya" ucapnya dengan nada yang sama. Aku kaget, ingin pulang tetapi takut menolak. "Besok hari merah kan? Daripada bosan dirumah kan" sambungnya lagi. Memang besok hari merah, dan benar aku pasti akan merasa bosan karena sendirian dirumah. Terlebih lagi Angel yang ada acara keluarga diluar kota, dia tidak bisa menemaniku dalam beberapa hari kemarin maupun besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
RomanceKamu tau? Kenapa aku suka senja? Karena, "Senja itu lebih paham caranya berpamitan di bandingkan kepergianmu:))" ____ ____ Ini bukan cerita seorang bad boy ataupun bad girl. Ini hanya cerita tentang seorang gadis labil yang pada...