Baru satu hari gadis berusia dua puluh tahun beriris mata biru kehijauan itu bekerja di mansion besar dan megah bak istana ini, namun ia sudah menemukan banyaknya keanehan. Terutama tidak adanya orang lain selain dirinya dan tuan barunya, Hydra bahkan tidak mengetahui siapa nama majikannya itu.
"Apa yang kau lakukan?" suara bariton yang terkesan dingin itu segera menyentak Hydra dari lamunannya.
Gadis itu segera berbalik sembari menundukkan kepala ketika pria itu kini berada tepat di hadapannya.
"Ma-maafkan saya" ucap Hydra gugup, entah kenapa berhadapan dengan pria ini membuat sekujur tubuhnya mendadak melemas serta jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Pria itu menaikkan satu alisnya sebelum memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Seharusnya kau menjawab, bukannya meminta maaf"
Lihatlah, bahkan ketika suara pria itu terdengar, seketika itu pula Hydra merasakan gelenyar aneh mulai menjalar di tubuhnya.
Hydra menggenggam erat penyedot debu sembari menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab.
"Sa-saya sedang membersihkan rumah""Kau tidak perlu melakukannya"
Hydra segera mendongak sembari menaikkan kedua alisnya.
Bukankah asisten rumah tangga memang bertugas membersihkan rumah? Lalu apa maksud pria ini menyuruhnya untuk tidak melakukan tugasnya?"Bersihkan dirimu, dan tunggu aku di ruang kerja" perintah pria itu sebelum melenggang pergi meninggalkan Hydra yang masih tampak kebingungan.
Gadis itu mengendikkan bahu sebelum bergegas meletakkan penyedot debu di tempatnya semula. Ia sedikit merasa kebingungan ketika menelusuri lorong tempat kamarnya berada, mengingat semua pintu dan lorong tampak sama di mansion besar ini.
"Sepertinya aku tersesat" ucapnya berbisik sembari terus melangkah melewati lorong mencoba mengingat letak kamarnya yang berada di sudut ruangan dekat ruang piano.
Langkah Hydra terhenti begitu matanya menangkap sesuatu yang nampak aneh, pintu berwarna merah itu terlihat sangat kontras dengan warna kuning keemasan mansion besar ini.
"Aku belum pernah melihat pintu ini kemarin" dengan perasaan ragu, tangan Hydra terulur hendak menyentuh kenop pintu namun terhenti ketika suara bariton itu terdengar membuat tubuh gadis itu tersentak kaget kemudian berbalik hingga tatapan matanya beradu dengan mata hijau pria itu.
"Aku menyuruhmu untuk membersihkan diri lalu ke ruang kerja Hydra" gadis itu mengelus dadanya sembari menghirup dan menghembuskan nafas kasar sedangkan pria itu hanya menatapnya tajam dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Ma-maafkan saya tuan, sa-saya lupa jalan menuju kamar saya" ucapnya terbata di tengah keterkejutan yang masih ia rasakan.
"Kau dilarang untuk masuk kedalam ruangan di balik pintu ini. Apa kau mengerti?" Pria itu kembali mendekatkan wajahnya mengikis jarak di antara mereka.
Hydra menahan nafas sebelum mengangguk cepat mengiyakan perintah pria itu, gadis itu menggigit bibirnya ketika lagi-lagi pria yang menjadi majikannya ini menatapnya tajam dengan jarak wajah yang sangat dekat.
Cukup lama mereka terdiam dengan posisi wajah yang begitu dekat, sebelum suara bariton itu kembali terdengar "good girl"
Pria itu menegakkan kembali tubuhnya kemudian mengendikkan kepala memberi kode agar Hydra mengikutinya.
Mereka berjalan di tengah keheningan menuju ruangan kerja pria itu. Setelah sampai Pria itu segera meraih dokumen yang berada di atas meja, sebelum menyandarkan tubuhnya di meja kayu tersebut. Sedangkan Hydra kini berdiri tepat beberapa langkah di hadapan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enmeshed (Vampire Romance) HIATUS
VampireWarning 18++ (mature romance) "Bukankah perintahku sudah sangat jelas?" Suara bariton yang terkesan dingin membuat Hydra berjengit ketakutan. Tubuh gadis berusia dua puluh tahun itu membeku ketika suara bariton itu kini terdengar begitu dekat di tel...