Bab 9

12K 653 38
                                    

Setelah semua kejadian gempa yang menimpa Lombok pulauku tercinta.. akhirnya aku bisa melanjutkan cerita ini meski dalam keadaan was-was takut adanya gempa susulan..

Mohon doanya supaya gempa Lombok cepat selesai 😭😭😭😭

📌📌📌📌📌📌📌

Hydra menahan nafas saat bibir Liam mulai mengulum daun telinganya, memberikan sensasi aneh yang membuat ketakutan Hydra perlahan berubah menjadi sebuah kenikmatan. Gadis itu memejamkan mata sembari mengangguk pelan.

Liam menaikkan satu sudut bibirnya menyeringai sebelum kembali berbisik "good girl".


*****

Aroma tubuh Liam membuat jantung Hydra semakin berdetak kencang, sentuhan pria itu benar-benar membuatnya semakin tidak bisa menahan semua perasaan yang seakan bercampur menjadi satu dalam benaknya. jika Hydra ingin egois, maka memiliki perasaan untuk pria setampan dan semisterius Liam bukanlah hal yang salah. namun Hydra tetap harus berfikir jernih untuk menghalau semua perasaan yang mulai tumbuh untuk pria itu, pria itu adalah vampir yang berbahaya, jadi sudah seharusnya Hydra menghilangkan semua pemikiran bodoh untuk bersama dengan tuannya.

Hydra terkesiap saat rasa dingin yang berasal dari besi perlahan menyentuh kulit lengannya bersamaan dengan tubuh Liam yang perlahan mundur menjauh. Mata biru kehijauan nya terbuka, menatap mata hijau Liam yang saat ini juga tengah menatapnya dengan seringaian aneh yang membuat ketakutan Hydra perlahan muncul.

Ujung belati milik pria itu hanya menyentuh, atau lebih tepatnya hanya melalui kulitnya tanpa menimbulkan bekas luka, namun perasaan takut itu menjadi semakin besar saat ujung belati itu kini bergerak turun menuju lehernya dan berhenti tepat di tempat dimana Liam sering mendaratkan taringnya.

'apa Liam berniat membunuhnya sekarang? Atau pria itu akan mengulutinya?' Hydra tidak tau pasti hukuman apa yang akan ia dapatkan dari Liam, akan tetapi, satu hal yang jelas disini bahwa pria itu akan menyiksanya menggunakan belati sialan itu.

Tatapan Liam semakin tajam membuat Hydra sontak memejamkan mata memutus kontak di antara mereka, jika saja tatapan bisa membunuh seseorang, maka mungkin saat ini Hydra sudah terkulai lemas tak bernyawa.

"Buka matamu dan tatap aku" suara dingin Liam membuat tubuh Hydra sedikit tersentak kaget. Hydra membuka mata, kemudian kembali menatap mata hijau tajam Liam yang terlihat begitu mengerikan lengkap dengan aura dominan yang semakin kental memenuhi ruangan sekitarnya.

"Apa kau takut padaku?"

Bohong jika Hydra tidak merasa takut, tubuhnya bahkan sudah lemas hanya bertatapan dengan Liam, belum lagi dengan fakta bahwa hukuman pria itu masih belum di mulai.

"Jawab Hydra" mata biru kehijauan itu membelalak saat ujung belati Liam kini sudah berada di dagunya menekannya keatas memaksanya untuk mendongak.

'Jika kau takut, maka hukumanmu akan semakin menyakitkan' suara Thomas kembali terdengar.

Ia tidak boleh takut, ya semua ini akan cepat selesai jika ia tidak takut.

Hydra terus mengucapkan kalimat itu, seolah seperti mantra yang akan menguatkan dirinya, gadis itu memejamkan mata erat sebelum kembali menatap ke kedalaman mata hijau tajam yang seakan mampu menelanjangi seluruh pikirannya.

Liam menaikkan kedua sudut bibirnya saat Hydra menggeleng, senyuman tipis yang mampu membuat ketakutan Hydra semakin sulit untuk di singkirkan.

Ujung belati Liam kini kembali bergerak, menyentuh leher, lalu semakin turun hingga menyentuh kaitan bra hitam milik Hydra. "Aku tidak menyukai penghalang, jadi-.." Liam menggantung kata-katanya tepat saat salah satu sisi tajam belati itu merobek kaitan bra itu hingga terlepas.

Enmeshed (Vampire Romance) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang