Hujan (Akira X Akifumi)

648 32 0
                                    

Akira menyukai hujan. Di saat tetesan itu menyentuh surainya, lalu turun perlahan ke tubuhnya hingga bajunya basah.

Baginya, hujan adalah teman baiknya. Di kala ia sedih, ia akan bersama hujan menghabiskan waktu bersama.

Tak mempedulikan waktu lamanya ia berdiri di bawah derasnya hujan. Akira sangat menyukai hujan.

Siapa sangka?

Salah satu murid yang terkenal nakal dan sulit di atur, dapat menyukai hujan melebihi yang lainnya?

Bahkan Akira lupa dengan acara film yang sangat di sukainya bahkan di buat sebuah alarm agar ia tidak lupa.

Hujan, hanya tetesan air itu membuat Akira lupa segalanya.

Akira masih ingat saat itu- saat ia tersesat di hutan dan hujan mengguyur dengan lebatnya.

Pandangannya kabur karena halangan hujan, tidak ada yang menyadari dirinya telah hilang dari rumah.

Akira baru saja bertengkar dengan sang Ayah, tanpa sadar langkahnya menuju hutan dan bertepatan hujan turun.

Masa lalu memang tak sepenuhnya indah, hujan mengingatkannya pada pertengkaran dengan sang ayah.

Namun, Hujan yang selalu menemani dirinya di kala sedih dan juga sendiri.

Menemaninya dalam sepi, bersama tetesan hujan.

Tangannya terulur, menikmati dingginnya tetesan hujan tak mempedulikan tubuhnya yang mulai membeku.

Ah... Hujan telah menghipnotis seluruh dunianya.

".... Kira,"

Akira memejamkan kedua matanya seakan ingin bersatu dengan tetesan hujan lalu mengalir bersama aliran air hujan seperti kesedihannya.

".. KIRA!"

Kedua bola mata Akira terbuka sempurna, tak butuh lama kedua maniknya menatap tajam kearah asal suara.

"Akira," panggilnya sekali lagi membuat Akira mendesis kesal.

"Kau hanya perlu memanggilku sekali! Akifumi," balas Akira dengan nada tinggi.

Menyipitkan kedua matanya seakan ingin mengancam dan menggertak namun terurungkan saat merasakan tubuhnya yang menghangat karna pelukan seseorang.

"O- Oi?" Panggil Akira heran dengan tingkah Akifumi yang tidak biasa. Niatnya Akira mau mendorong Akifumi sampai terjatuh karna kesal telah menganggu momennya bersama hujan.

Akira menghela napas lalu mencoba melepaskan pelukan Akifumi dengan cara yang normal.

"Akifumi?" Panggil Akira terkejut saat merasakan suhu tubuh pria yang lebih tinggi darinya terlalu panas.

Atau mungkin sangat panas, membuat Akira terkejut bukan main dengan membawa tubuh Akifumi di sampingnya lalu berteriak histeris meminta pertolongan.

"Siapapun!!" Teriak Akira, "Selamatkan dia!!!" Sambungnya sambil berlarian di jalan.

Akifumi yang mendengarnya tertawa pelan, jika saja ia tidak selemas ini mungkin ia sudah melihat ekspresi Akira yang terlihat lucu untuknya.

Mungkin tidak untuk kali ini, Akifumi mendapatkan hal yang lebih menguntungkan dibandingkan melihat ekspresi Akira yang panik karna kondisi tubuhnya.

"Oi!! Akifumi!! Kau harus tetap sadar! Kau harus-"

"Akira.. aku merasa pusing. Bukan berarti akan mati," jelas Akifumi memotong perkataan Akira.

Akira membuang pandangannya ke samping sambil mengembungkan kedua pipinya kesal, walaupun dirinya marah dengan Akifumi yang meledeknya.

Akira sama sekali tidak melepaskan pegangannya pada Akifumi, tanpa sadar langkah Akira justru berjalan pulang ke rumahnya sendiri.

"Bukan salahku kalau kau sakit," cibir Akira malas sambil sesekali melihat kearah Akifumi.

Akifumi tidak menjawab, membuat Akira menatapnya penuh tanya.

Padahal tinggal beberapa langkah lagi untuk masuk ke dalam rumah, tapi Akifumi tidak merespon ucapan atau panggilannya.

"AKIFUMI!! JANGAN MATI!!" teriak Akira histeris.

Akifumi mengadu sakit saat Akira dengan cerobohnya menjatuhkan tubuhnya hingga membentur lantai.

"Ahhh.. ittai.. aku belum mati.. aku hanya pusing.." jawab Akifumi lemah namun tidak di dengar oleh Akira.

'Klik'

Pintu terbuka, Akira masih tidak sadar akan hal tersebut.

"ANAK NAKAL!! KAU MEMBUNUH ORANG DAN MEMBAWA MAYATNYA KE RUMAH?!"

Akifumi menghela napas kembali, "Aku belum mati.."

Namun tidak di dengar.

Akifumi tidak menyangka jika tidak hanya Akira yang memiliki semangat berlebih, namun itu juga berlaku pada keluarganya.

Walaupun seperti itu, Akifumi merasa sedikit senang karna bisa lebih dekat lagi dengan Akira.

Fin.

(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)

RamaLina

DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang