CHAPTER 14

41 30 0
                                    

Selama enam jam lebih aku sudah menyelesaikan tujuh puluh halaman dengan memakai format Arial, font 12, spasi single. Sebelum malam makin larut dan kantuk menjadi-jadi, aku harus  menjadikannya seratus halaman. Rasanya gemas kalau melihat hasil akhir yang kukerjakan ini. Tidak ada unsur ketegangan, maupun masalah utama yang aku tulis didalamnya. Isi tulisan hampir sama persis dengan buku yang diberikan kemarin. Ingin aku merubah seluruh jalinan cerita itu, menambahkan konflik agar lebih memikat. Bisa masalah itu datang dari kegagalan meraih cita-cita, atau mungkin dari seorang penggemar yang jatuh cinta, dan berharap sang idola mau menjadi pasangannya.Ya, penggemar seperti Monalisa yang tergila-gila padanya. Tetapi kurasa itu tidak akan mungkin kulakukan, karena sasaran buku ini hanya untuk pencitraan di PILKADA nanti. Jadi sebaiknya aku tidak perlu repot memasukkan itu semua. Lagi pula aku tak mau terlalu lama membuang waktu untuk tulisan ini. Lebih cepat selesai, lebih cepat aku bisa berkumpul kembali dengan keluargaku.

"Menurutku sangat bagus, kalau kamu mau memasukkan kejadian nyata perselingkuhan sang idola dengan penggemarnya, Kristal!"

"Mana mungkin Pak Ben setuju! Astaga!! Id? Baa-gaimana kamu bisa masuk ke dalam kamarku?" tukasku terbata, terperanjat melihat keberadaannya.

"Tenang! Aku janji tidak akan mengganggu pekerjaanmu!" Id berjalan dari satu sudut ke sudut lain, membuat garis lurus. Tangannya terlipat di belakang pinggang, meratapi seisi kamar.

"Id! Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berkunjung. Pergilah! Kamu tahu kan aku sedang sibuk!" aku menegapkan badan di atas tempat tidur dengan ekspresi wajahku yang cemberut. Bertolak pinggang, mengusirnya keluar dengan bantal-guling yang kulempar.

"Hei, kamu jangan marah-marah begitu! Hayo lanjutkan lagi pekerjaanmu itu. Isi tulisan kamu dengan semua konflik yang kamu rasakan. Ceritakan semua kehidupan Si Gatot itu dengan kebenaran yang kamu lihat. Masa tidak merasa kalau dia memang selingkuh dari isterinya! Apa kamu melupakan betapa pahitnya ditinggal seorang ayah? Bisa kamu jelaskan mengapa dulu ayahmu pergi begitu!"

"Jangan sok tahu kamu! Kenal saja tidak, sudah mencap kalau dia selingkuh dari isterinya. Harusnya aku yang malah curiga ke kamu. Jangan-jangan kamu itu berniat jahat ke aku? Iyah kan?!" tuturku sambil bangkit, beranjak dari tempat tidur.

"Loh kok kamu malah menuding aku? Kenapa kamu tidak percaya kalau Si Gatot itu memang benar selingkuh? Apa kamu tidak sadar, kalau dia itu yang berpapasan dengan kamu kemarin? Menyamar dengan jenggot palsu dan yang memakai jaket overcoat hitam itu?"

"Lalu apa hubungannya dengan Monalisa? Ah, sudahlah Id! Kamu tidak tahu apa-apa tentang pekerjaanku ini."

"Hmm, begini saja. Aku akan pergi selamanya, dan tidak akan pernah mengganggu kamu lagi. Asalkan bisa menebak pertanyaan yang aku berikan ke kamu. Setuju?" dipenghujung perkataannya, dalam hati aku terkekeh puas.

"Akhirnya aku bisa terbebas dari makhluk menyebalkan ini," tambatku dalam hati, "Asal kamu tidak bertanya di luar dari yang aku tahu, aku akan jawab. Apa pertanyaannya?"

"Tidak usah khawatir, aku tidak akan menanyakan hal yang sulit. Pertanyaannya sederhana, siapa lelaki yang kemarin berpapasan dengan kamu?"

Aku menengadahkan kepala, menimbang, berpikir, lantas.., "Jawabannya, tidak tahu. Puas kamu?" tandasku, mendengus kesal.

Kemudian Id membalas, dengan membawa langkahnya memutari tubuhku, sampai berahkir duduk di sofa, "Ayolah, Kristal! Masa semudah itu kamu menyerah dan bilang tidak tahu. Kamu pasti bisa jawab pertanyaan itu! Katanya kamu mau jadi penulis best seller! Pertanyaan mudah begitu saja tidak bisa menjawab!"

"Karena memang aku tidak tahu. Lagi pula aku bukan pekerja sensus penduduk! Untuk apa aku harus tahu siapa dia! Tugasku sebatas menuliskan biografi untuknya! Tidak penting dia mau selingkuh dengan perempuan manapun. Itu bukan urusanku!"

Rahasia Terdalam (Publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang