Chapter 10

1.5K 72 0
                                    

Ari dan aisyah kini sedang ada di bangku taman yang berada disekolah.
Ari sudah memikirkan matang-matang apa yang ingin dibicarakan terhadap aisyah, karna ini menurutnya baik bagi ari dan juga baik bagi aisyah.

"gak usah basa-basi lu mau ngomong apa?"

"lu bebas."

"maksud lu?"

"iya lu bebas gua gak akan ngejar-ngejar lu lagi, gak bakal gangguin lu lagi maaf kalau selama ini gua ganggu ketenangan lu."

"lu mau pergi?"

"gua gak akan pergi, gua cuman berhenti mencintai lu."

"segitu doang usaha lu ri?"

"lu tau gimana rasanya mencintai seseorang tapi dia mencintai orang lain? Seperti Memeluk Pohon Kaktus semakin erat dipeluk semakin sakit rasanya. Gua tau kebahagiaan lu bukan gua melainkan orang lain yang bahkan sampai saat ini lu masih menaruh hati padanya."

"tapi ri kita bisa jadi teman baik."

"gak bisa syah, perasaan ini slalu bertambah jika dekat lu."

"yaudah kalau itu mau lu, gua minta maaf karna slalu menggap sepele usaha lu selama ini, take a care semoga dapat perempuan yang lebih baik dari gua."

"gak ada perempuan yang lebih baik dari bunda kecuali lu syah, sudah sana balik kelas."

Ada rasa sesak di dada Aisyah namun ia tetap menyakal bahwa itu hanyalah rasa sedih karna sudah tidak ada lagi pengganggu dihidupnya, seharusnya ia senang bukan malah sedih seperti ini.

Sesampainya aisyah dikelas banyak pertanyaan yang diajukan oleh kedua sahabatnya itu.

"lu abis dari mana?"

"mata lu merah, lu abis nangis?"

"siapa yang berani nyakitin lu syah bilang ke gua."

"kalian apaansi gua gak kenapa-kenapa, gua abis dari kantin makan bakso eh kuah nya nyiprat kena mata."

Keduanya pun hanya percaya apa yang dikatakan oleh aisyah.

"pasti perih banget ya."

"banget untung nih bola mata gak copot."

"oh iya tadi ari nyariin lu, lu sudah ketemu?"

"sudah tadi." entah mengapa mengingat ari, aisyah kembali mengalami rasa sesak didadanya.

"oh bagus deh kalau sudah ketemu."

"malah seharusnya tadi gua gak nemuin dia war."

"lu diapain sama ari? Ari gak macem-macem sama lu kan?"

"ssst...sudah ada guru tuh."

"lu jawab dulu ari gak macem-macem sama lu kan syah?"

"gak war."

"gua tau syah lu bohong sama kita."

"gua gak bohong war, lagian ngapain jadi bahas ari si kayak gak ada topik lain saja."

"yang dibelakang mau keluar atau berhenti berbicara."

Aisyah, rassyifa, dan mawar yang sadar karna sedari tadi diperhatikan oleh pak yanto pun akhirnya memilih untuk diam agar bisa mengikuti pelajaran dikelas ini.




























































































































jangan lupa vote and coment😍😘😊

Bersambung..........

Berawal dari benci! (tahap Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang