Chapter 8

210 27 5
                                    

Warning! OOC, TYPO.

*GS for uke*

~Happy Reading~

*****

Author POV

Seorang pria dengan tubuh yang bisa dikatakan goals berlari menghampiri gadis manis di seberang sana. Ia berlari dengan hati-hati agar jus yang ia genggam di kedua tangannya tidak tumpah.

"Ini untukmu." Minghao tersenyum sambil mengambil jus itu dari genggaman sang pria.

"Terima kasih."

Pria itu-Jaehyun-menatap Minghao sambil tersenyum.

"Sejak kapan kau kembali?"

Jaehyun meneguk jus alpukat perlahan, "Belum lama, sekitar dua minggu yang lalu."

Minghao hanya mengangguk lalu ikut meneguk jus alpukat yang diberikan Jaehyun.

Minghao melihat pergelangan tangan Jaehyun, terdapat sebuah gelang yang tak asing lagi baginya. Ya, gelang berwarna cokelat tua yang terbuat dari kayu dan berbentuk seperti huruf x.

X, Xu Minghao-mungkin.

Memang benar, gelang itu menunjukkan huruf pertama dari nama gadis cantik yang sedang memandang tangan Jaehyun.

Minghao hanya tertawa kecil, rupanya Jaehyun masih menyimpan barang miliknya.

"Aku merindukanmu Minghao."

Minghao tersedak, apa ini? Apa Jaehyun masih ada rasa suka padanya? Pikiran Minghao sudah ke mana-mana.

Suasana menjadi awkward seketika. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Jaehyun yang sibuk menggaruk tengkuknya-sesungguhnya tidak gatal. Dan Minghao sibuk dengan jus alpukatnya.

*****

"Cepat cari anak itu sekarang juga!"

Tuan Wen memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan sang anak. Setelah melihat kamar Junhui yang kosong dan tak ada satupun barang milik anaknya, raut wajahnya langsung berubah. Wajahnya terlihat sangat marah, bola matanya terlihat seperti berapi-api.

"Manajer Koo, tolong cari tahu siapa gadis yang dimaksud Junhui saat itu."

"Baik tuan." pria berbadan besar itu membungkuk dan segera keluar dari kamar milik sang tuan muda.

"Gadis yang sedang menunggumu di Seoul? Huh, lihat saja tidak lama lagi dia akan menghilang dari hadapanmu Wen Junhui. Dan kau hanya akan menikah dengan gadis pilihanku, yaitu nona Lee." pria tua itu menyeringai dan keluar dari kamar Junhui lalu membanting pintu dengan sangat kasar.

*****

"Ya! Hansol-ah."

"Hm?"

"Menurutmu, Junhui sedang apa?"

Hansol tertawa sambil memasukkan bola basket ke dalam keranjang. Ia terus mengunyah permen karet dan memantulkan bola basket kesayangannya itu.

"Aku mulai merindukannya, lagi."

Minghao mulai bosan, sejak tadi ia hanya menonton Hansol bersama selingkuhannya yaitu bola basket.

Minghao terdiam, ia menatap pergelangan tangannya. Gelang kayu berbentuk x itu melingkar di tangan mulus nan kurus milik Minghao.

Gelang itu, Jaehyun yang memberikannya. Ia hanya tersenyum, akhirnya gelang itu kembali padanya. Karena baginya itu adalah gelang yang sangat berharga.

"Hansol-ah, aku pulang duluan."

"Hati-hati noona." Minghao hanya mengangguk pada Hansol.

Minghao ke luar kampus, ia berjalan menuju halte bis terdekat.

Di sisi lain, terlihatlah seorang pria berbadan kurus dan tinggi, berpakaian rapi dengan jas berwarna abu-abu, kacamata hitam, dan juga sebuah topi. Pria itu menatap Minghao tajam.

*****

"Aku beli tiket ke Korea sekarang juga."

"Baiklah, biar ku cek dulu."

"Tolong cepatlah."

Jun melihat ke kanan dan kiri, menjaga-jaga karena ia yakin sang appa sedang marah besar sekarang.

"Ini tiketmu."

"Terima kasih."

Jun berlari menuju pintu masuk, ia bertabrakan dengan seorang gadis dengan rambut diikat dua. Kacamata gadis itu jatuh dan pecah.

"Ma-maaf, aku tidak sengaja. Kau baik-baik saja?"

"Ah ya, aku baik-baik saja tapi kacamataku—"

Jun melihat kacamata bulat yang di genggam gadis itu sudah rusak, kedua kacanya retak.

"I—ini aku ganti." Jun mengambil beberapa lembar uang dari saku celana dan langsung pergi. Gadis itu mengambil uang yang di kasih oleh Jun.

"Maaf, apa tuan dari Korea?" Jun menoleh ke belakang dan menatap gadis itu. Ia berbicara menggunakan bahasa Korea dengan sangat lancar.

"Aku berasal dari China, hanya saja aku bersekolah dan menetap lama di Korea. Kau tahu dari mana, aku bahkan tidak memperkenalkan diriku secara detail padamu." Jun menatap tajam gadis lugu itu.

"Ada mata uang Korea terselip di sini." ucap gadis itu sambil melambai-lambaikan selembar uang. Jun berbalik dan berniat untuk langsung meninggalkan gadis aneh yang satu ini.

"Tu—tunggu, apa kau bisa membantuku? Sebentar saja. Aku tidak bisa bahasa mandarin, dan tidak fasih bahasa inggris."

"Lalu?"

"Aku ingin sekali minum secangkir kopi."

Jun menghela napas, "Gunakan saja ponsel pintarmu itu untuk membeli sebuah kopi."

"Ponselku dicuri." gadis itu hanya menunduk.

"Baiklah, ayo kita minum kopi."

Gadis berparas cantik itu tersenyum senang dan mulai mengikuti Jun dari belakang.

*****

"Jadi kau menetap di Korea sendirian? Tanpa orang tua?" Jun hanya mengangguk.

"Memang namamu siapa, tuan?"

"Wen Junhui." gadis itu memiringkan kepala, sepertinya ia pernah mendengar nama itu.

"Perkenalkan, namaku Lee Taeyong." Jun tidak menjawab, ia sibuk dengan kopi miliknya.

Taeyong diam dan berpikir. Wen Junhui, nama yang tak asing baginya. Matanya membulat seketika, ia baru ingat.

"Maaf, kalau aku boleh tahu. Apa ayahmu seorang direktur utama yang memiliki sebuah perusahaan besar di China?"

"Ya, kau tahu dari mana?"

"Itu artinya, kau Wen Junhui calon suamiku?"

"Calon suami?"

.

TBC

A/n:

Hai!!! Saya kembali dengan membawa chapter terbaru dari fanfik junhao ini xD.

Sudah lama ya saya tidak up xD apa masih ada yang menunggu fanfik ini? Wkwkw xD.
Maaf ya jarang update, dan mungkin seterusnya kan slow update. Saya ingin double update—tapi tidak sekarang xD.

Huhuuu bau-bau munculnya pho nih wkwk xD.

Yasudahlah itu saja dari saya, jangan lupa voment ya 😚 karena saya kangen dengan komentar dari kalian wahai netijen /plak xD.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ice Cream ; (JunHao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang