Ro menatap kosong ke arah buku Campbell di hadapannya. Untuk pertama kalinya ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi pada buku bacaannya. Seseorang tolong catat itu di buku rekor dunia! Ro mendesah pasrah, berpikir bagaimana harus menghadapi Airin dengan perasaannya yang tiba-tiba berubah kacau ini.
"Aku tidak tahu bagaimana menghadapi gadis itu besok...", ujarnya sembari mengacak rambut hitam bergelombang miliknya.
"Seharusnya aku bisa bersikap biasa saja, kan?", tanyanya pada diri sendiri.Ro tidak mengerti mengapa ia menjadi canggung di hadapan Airin. Sebelumnya, mereka tidak seperti ini. Ini tidak benar! Airin tetap berperilaku seperti biasanya, jika ada yang aneh itu pasti karena ada yang salah dalam diri Ro. Sesuatu yang tidak bisa dipecahkan dengan akal sehatnya. Sesuatu yang... ah, entahlah... begitu merisaukannya!
Ro mengerutkan kening dan berpikir, 'Mungkinkah...?'.
Mungkin saja! Aga pernah menyebut-nyebut soal keanehannya beberapa waktu yang lalu. Apa katanya lagi? "Apa ada seorang gadis yang menarik hatimu?", ujar Aga kala itu. Apa hal itu yang membuatnya risau? Jadi, mungkinkah dia... memiliki perasaan untuk gadis ambisius itu?
Ro menggelengkan kepalanya. Sebisa mungkin menghilangkan pikiran itu dari benaknya. Bukankah Airin sudah memiliki seseorang di hatinya? Ia tidak mau merisaukan gadis itu dengan perasaannya. Siapa yang bisa menjamin kalau perasaannya saat ini adalah nyata? Dirinya sendiri bahkan tidak bisa menjamin hal itu.
"Bukannya aku tidak percaya pada diriku, sih... tapi siapa tahu aku hanya labil?", ujar Ro menyudahi pergolakan batinnya malam itu. Ia memutuskan untuk mematikan lampu dan pergi ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Senyum dan Gadis Pemimpi
RomantikAku hanyalah setangkai gulma... bagimu. Kau terlalu indah untuk kugapai. Harapan yang melambung ini serasa tak berbentuk dan terus menghantuiku. Bahkan hingga kini, kau masih sering datang mengunjungiku dalam kesendirian yang menjemukan. Aku ingat t...