'Kendalikan dirimu', kata Ro pada bayangan di cermin. Ia menundukkan kepala dengan kedua tangan bertumpu pada pinggiran wastafel. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan perlahan. Kendalikan dirimu.
Setelah debar jantungnya kembali normal, ia mengangkat wajah dan menatap bayangannya sekali lagi. Ia mengangguk samar, lalu meraih sapu tangan untuk mengeringkan wajahnya.
Ia keluar dari toilet dan berjalan kembali ke beranda perpustakaan, namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Aga telah pergi entah kemana. Matanya kini terarah pada Airin yang tengah duduk menunggunya di sana. Gadis itu tidak menyadari kedatangannya karena posisi duduk yang memunggunginya. Gadis itu sedang duduk bersandar dengan kaki disilangkan dan memandang hujan melalui tirai bambu.
Gadis itu... bahu mungilnya... tirai bambu... rinai hujan...
Benar-benar aneh-tapi menyenangkan-melihat gadis ini duduk di sana dan mengintip rinai-rinai hujan melalui tirai bambu itu. Posisi duduknya sekarang mengingatkan Ro pada saat pertama kali ia bertemu dengan gadis itu di pertemuan KIR. Gadis yang membuatnya merasa tertarik....
* * *
Airin menoleh ketika merasakan kedatangan Ro.
"Maaf, perutku sedang bermasalah", kata Ro sambil memegangi perutnya dengan sebelah tangan sebagai alasan keterlambatannya.
"Sekarang sudah baikan?", tanya Airin khawatir. Kalau Ro sakit perut, berarti mereka tidak jadi pergi ke sawah dan itu artinya... sia-sia saja ia menunggu dari tadi.
Ro mengangguk. Hujan mulai reda.
Airin menumpukan kedua sikunya di atas meja.
"Jadi, sekarang kita tetap mau ke sawah?", tanyanya ragu-ragu.
Ro berpikir sejenak. "Tentu saja. Bukankah kau ingin bermain-main dengan teman gulmaku?", ujarnya.
"Teman gulmamu?", Airin mengerjap-ngerjapkan matanya.
Sudah berapa kali anak laki-laki ini memberikan jawaban yang sama sekali tidak diduganya? Ro benar-benar orang yang sulit ditebak, tapi Airin menyukai caranya pikir temannya itu. Airin suka ketika Ro menggambarkan tanaman atau bakteri seakan-akan mereka itu manusia. Bagi mereka, bakteri-bakteri dan flagel yang tampak di mikroskop itu lucu. Meskipun bagi kebanyakan orang hal itu tampak menjijikkan, bagi mereka itu tampak lucu. Ro juga suka berimajinasi seperti Airin, tapi tentu saja Ro tidak menyadari hal itu.Airin jarang sekali menemukan teman ngobrol yang pas. Boleh dibilang hampir tidak pernah, kecuali ketika ia bersama dengan Aga. Selama ia tinggal di Purworejo juga ia tidak pernah menemukan teman sehati yang menganggap tanaman benar-benar "hidup", kecuali Aga dan Ro.
Airin tersadar dari lamunan singkatnya ketika Ro mengeluarkan kunci motornya dan berkata, "Hari ini aku ingin mulai dengan Violetta", ujar Ro tersenyum ganjil.
"Oh, aku akan sangat senang kalau kau mau mengenalkannya padaku", kata Airin kelewat gembira.
"Aku jelas-jelas akan mengenalkan padamu lebih banyak lagi teman gulmaku. Tunggu sampai kau melihat buih-buih Dryad dan Putri Lila", ujar Ro antusias.
"Ro...!", Airin sedikit memekik karena terlalu bersemangat.
"Hm..., apa?", tanyanya heran.
"Sebaiknya kau cepat membawaku ke sana sebelum aku mulai menyeretmu karena tidak sabar! Ayo!", ujar Airin setengah berlari ke arah tempat parkir, meninggalkan Ro yang tercengang di belakangnya.
"Aku punya banyak waktu. Kami punya banyak waktu. Memang banyak yang ingin kutunjukkan padanya dan hari ini aku ingin ia melihat teman-teman gulmaku", Ro tersenyum lebar dan setengah berlari mengejar Airin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Senyum dan Gadis Pemimpi
RomanceAku hanyalah setangkai gulma... bagimu. Kau terlalu indah untuk kugapai. Harapan yang melambung ini serasa tak berbentuk dan terus menghantuiku. Bahkan hingga kini, kau masih sering datang mengunjungiku dalam kesendirian yang menjemukan. Aku ingat t...