berangkat bareng

115 11 2
                                        

👇👇👇

Semua kulakukan hanya tuk melihat tawamu.

-bastiansteel-

_______

Tanpa ngobrol apapun bastian fokus menyetir mobilnya hingga sampai ke rumah. Ya rumah yg terbilang sederhana untuknya.

Bastian memasuki rumah itu, dan...

Tidak ada apa-apa sih. Hanya saja terlihat kedua orangtuanya tengah ngobrol serius di ruang tengah.

"Babas pulang pah.. Mah.. "

Bastian menyalimi mamah dan papahnya bergantian lalu hendak melangkah ke kamarnya.

"Bas.. Sini dulu.. Papah mau ngomong". Itu suara jams. Ia terlihat akan ngomong sesuatu penting pada anaknya.

Seperti biasa, dari nada bicaranya bastian mengerti papahnya tidak akan memanggilnya seperti itu jika itu tidak penting.

Bastian menurut dengan duduk disamping jams sambil menunggu apa yg akan sang papah katakan.

"Kenapa pah? "

"Hmm kamu yakin tetep kuliah disini aja? Bukannya kemarin² pengen bgt ke new york? Dan kuliah disana? "

Bastian menghembuskan nafasnya kasar. Ia bukannya tak ingin, hanya saja ia memahami kondisi keluarganya. Ia tau papahnya berkata begitu ingin membuat ia bahagia. Tapi dibalik itu ia juga tak mau membuat susah keluarganya.

Selama ini bastian lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Jika dia pergi, gimana keluarganya. Ia sangat menyayangi keluarganya, oleh karena itu ia lebih memilih mengurungkan niatnya.

Bastian hanya diam karena ia ragu harus menjawab apa. Posisinya disini dulu papahnya sama sekali tak mengizinkan ia bersekolah di luar negeri. Berbagai cara ia lakuin agar mendapat izin dari jams hingga ia pasrah. Tapi sekarang ia telah mendapat izin. Apalah ia harus menolak?

"Kalo babas memang mau kuliah disana.. Papah sm mamah ngizinin nak.. "

Mona memahami kegusaran anaknya. Ia telah berhasil mendidik bastian dari kecil dengan baik. Ia memahami bahwa anaknya itu pasti sedang memikirkan kondisi keluarganya jika ia bersikap egois seperti itu.

"Untuk skrg gpp babas kuliah di harvest star aja mah.. Pah.. Babas gamau nyusahin mamah sm papah"

Ini pilihan bastian. Bukan hanya itu sebenernya yang membuat ia enggan bersekolah jauh. Ia merasa ada yg tak rela untuk ia tinggal jika ia tak lagi di Indonesia.

Ia beranjak dari duduk nya hendak ke kamar. Namun langkahnya terhenti ketika melihat dua bocah mungil tengah sibuk berdua.

Dua bocah itu menyadari ada yg sedang melihatnya dari jauh. Mereka pun menoleh.

"Abang?? "

"Bil.. Qis?? "

"Abanggg bilqis rinduuu"
Iya dia bilqis. Ia pun berlari memeluk bastian.

Dan bocah satu lagi itu adalah roma. Ia ikut mendatangi sang abang.

"Dede kiting abang sini juga dongg pelukk"

_________
Skip

Avigail tengah bergegas untuk berangkat ke kampus. Karena kali ini sepertinya ia akan telat.
Ia buru2 mengenakan pakaian lalu sarapan dan berlari keluar menghampiri si jufo.

Hari ini adalah hari pertama ia mulai belajar. Dan ia memilih kuliah pagi. Dan itu harusnya ia tak lagi telat bangun seperti tadi.

Baru saja ingin ngestarter motornya. Sebuah mobil yang tak ia kenal pemiliknya dgn seenaknya mengklakson di depan rumahnya.
Dan itu berulang kali.

The Possible - bbsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang