P a r t | 1. Prolog

36.2K 1.7K 33
                                    

Bahagia tak akan selamanya bahagia.
Jangan lupa ada air mata yang siap jatuh kapan saja.

-Bintang Kimberlly

»»««

Pagi ini aku sedang makan bersama ketiga temanku di kantin. Kegiatan makanku terganggu akibat seorang siswi menghampiri. Lebih tepatnya memanggil namaku seraya mendekat. Aku yang kala itu menunduk menyantap sarapan, membalikkan badan guna melihat siapa yang memanggil.

"Teh Kim!" panggil salah seorang perempuan.

Aku menengok, berhenti mengunyah dan mendapatkan Rina berjalan ke arahku. "Ada apa, Rin?" tanyaku.

"Teh Kim dipanggil Bu Euis, katanya ada perlu, ada yang mau dibicarakan," jelas Rina.

Rina adalah adik kelas setingkat dibawahku. Di SMA ini ada sebuah organisasi yang bertujuan memotivasi para remaja agar terhindar dari pergaulan bebas. Ketuanya adalah aku sendiri. Aku dan semua anggota sering mengadakan seminar di sekolah-sekolah tingkat menengah pertama dan sekolah menengah atas di Kota Bandung. Anggotanya cukup banyak dan Rina yang tadi memanggilku adalah salah satu anggota.

"Oh iya, Rin. Nanti aku ke sana, makasih ya." Aku menjawab, tidak lupa memberi senyuman.

"Iya, Teh. Sama-sama." Rina mengangguk lalu kembali.

Sekarang adalah jam kosong karena sebagian guru sedang rapat. Pada jam ini biasanya menjadi favorit siswa-siswi karena mereka bisa bebas keluar-masuk kantin. Tidak menampik bahwa aku juga termasuk jajaran itu.

Aku bukanlah siswi yang dipuja-puja banyak orang, tidak juga siswi yang tenggelam dalam sekian banyak siswa. Aku hanya dikenal banyak orang karena prestasi mandiri dan sebagai ketua organisasi yang cukup banyak menorehkan prestasi. Mungkin aku cukup pintar, namun dari sekian siswa-siswi berprestasi, aku masih diurutan kesekian. Mereka bilang wajahku cantik, tapi cantik itu relatif. Kita tidak boleh berbangga diri hanya karena beberapa orang memuji kita cantik.

Setelah menyelesaikan makan siang, aku berpamitan pada teman-temanku untuk memenuhi panggilan Bu Euis. "Kalian, aku duluan gapapa, ya? Dipanggil Bu Euis katanya."

Listy, Gista, dan Dania —ketiga teman dekatku, mereka mengangguk. "Iya, Kim," jawab Dania.

Lalu meninggalkan kantin setelah membayar makanan yang tadi kupesan. Aku menuju ruang organisasi Rehat, singkatan dari Remaja Sehat. Organisasi tersebut terbilang masih baru, karena baru dibentuk dua tahun yang lalu. Dan aku adalah siswi pertama yang mencetuskan ide tersebut.

Saat memasuki ruangan, sudah ada Bu Euis yang sepertinya sedang memeriksa power point yang akan menjadi bahan seminar di SMP Cempaka Ganesha nanti.

Aku memberikan salam, "Assalamu'alaikum, Ibu manggil Kim?" tanyaku. Aku melangkah masuk lalu duduk di sebelah Bu Euis.

Bu Euis mendongak, menatapku sambil melengkungkan bibirnya ke atas. "Waalaikumsalam, Kim. Iya, tadi ibu nyuruh Rina manggil kamu. Ada yang mau ibu sampaikan ke Kim."

"Boleh, Bu. Apa ada yang kurang dari power point-nya?"

"Nggak ada, kok. Sudah komplit." jawab Bu Euis. Aku mengangguk dan bernapas lega. Pasalnya seminar satu minggu yang lalu ada kekurangan dalam power point, sehingga ada materi yang tidak tersampaikan dan aku gelagapan. Lalu aku dan anggota lainnya terkena omel Bu Euis selaku pembina.

Bu Euis menggenggam tanganku yang hari ini tempraturnya sedang rendah. "Jadi, Kim... Ibu bawa kabar bahagia buat Kim dan yang lainnya, lho."

Senyumku mengembang, hatiku sudah berbunga mendengar kabar baik dari Bu Euis. Padahal aku belum tahu apa itu, yang pasti kuharap Bu Euis akan menyampaikan hal yang istimewa.

"Kim, kemarin malam ibu dapat telepon dari orangnya Pak Hamdan Koeswandi. Katanya mau ngundang kamu buat nerima penghargaan dari beliau. Nanti kita dapat dua penghargaan, satu untuk Kim dan satu untuk organisasi." jelas Bu Euis yang tentu saja membuatku bahagia.

Entah semalam aku memimpikan apa. Kurasa, semalam aku hanya tertidur lelap. Tanpa bermimpi indah seperti ini. Aku masih speechless, sungguh. "Ibu serius?" tanyaku meragu. Aku tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan dari seorang yang paling berpengaruh di Bandung. Pak Hamdan Koeswandi adalah salah satu orang yang selama ini menginspirasiku.

Bu Euis mengangguk mantap. "Serius, sayang. Ibu juga kaget. Katanya teh organisasi kita sangat membantu mengubah pandangan para remaja dan inspiratif, ibu juga bingung kenapa Pak Hamdan sampainbisa tahu Remaja Sehat."

"Ibu... Kim masih nggak percaya!"

"Ibu serius, Kim. Nanti minggu depan di Hotel Flower Glass, Ibu sama Kim yang mewakili, ya?"

Aku mengangguk lagi.

"Bukan cuma Kim saja, kok. Ada Bara yang juga dapat penghargaan karena dapat juara internasional di bidang IT." kata Bu Euis sambil menurunkan tangannya yang tadi mengelus surai panjangku.

Aku mengetahui siswa bernama Bara itu, namun tidak dekat dan tidak pula pernah mengobrol. Aku hanya tahu sebatas nama saja. Dan Bara memang sangat mahir dalam bidang IT. Dia mampu meretas blog perusahaan terkenal, tentu setelah mendapat izin terlebih dahulu. Lalu setelahnya pasti akan diberikan hadiah. Kira-kira seperti itulah yang kutahu tentang dia.

"Ya sudah, Kim boleh kembali." ucap Bu Euis.

Aku mengangguk tanpa melunturkan senyuman. "Makasih ya, Ibu." Aku pamit membawa perasaan berbunga-bunga dalam hati.

»»««

TO BE CONTINUED

Barllyamore [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang