Maafin typo and happy reading!!!
»»««
Aku tidak akan lenyap
Meski semesta menolak—Kimberlly
»»««
"Kamu apa-apaan sih, Kim?!"
Aku meronta dari dekapan Bara. "Lepasin! Kenapa ngehalangin aku, Bar! Biarin aku mati aja, semuanya udah benci sama aku. Buat apa aku masih hidup!" Aku masih meronta. Tidak menyurutkan air mataku yang rasanya tidak akan pernah bisa berhenti.
Dekapannya terlepas, tapi dia masih tidak membiarkanku lepas dengan teru menggenggam pergelangan tanganku.
"Sadar, Kimberlly! Kamu gak sadar. Banyak yang masih peduli, kamu hidup buat diri kamu sendiri, buat orang tua kamu, bukan buat mereka. Jangan peduliin omongan orang lain. Mereka gak tau apa-apa. Kamu yang jalani hidup, bukan mereka." Benarkah masih ada yang peduli? Siapa? "Aku antar kamu ke UKS, ayo."
Ke UKS dan melewati orang-orang yang mencemoohku? Tidak!
Mereka sama sekali tidak peduli padaku. Buktinya, mereka hanya menontonku sejak tadi. Saat aku mencoba bunuh diri, mereka hanya berteriak, tidak bertindak. Mereka tidak mencoba menyelamatkanku seperti Bara. Mereka tidak peduli! Mereka pembenci!
Aku menolak keras saat Bara menarik tanganku. "Nggak mau! Jangan bawa aku ke sana." tolakku sambil melepaskan tanganku. Nihil. Dia terlalu kuat.
"Kenapa?"
"Aku malu. Aku udah nggak punya muka, mereka tau aku udah kotor. Nanti mereka hina aku lagi."
"Jangan peduliin mereka aku bilang."
Bara menarik tanganku lagi. Kali ini aku pasrah, asal aku menunduk, menulikan pendengaran, membutakan penglihatan, aku tidak akan merasakan penghinaan itu lagi. Lebih bagus lagi kalau aku mati.
Tanganku terus ditarik, mengikuti ke mana saja Bara membawaku. Bisikan penghinaan itu masih bosa kudengar, aku tidak bisa pura-pura tidak mendengar. Tapi aku bisa menutup mata, tidak melihat semua orang. Bara berhenti, aku menubruk punggung lebarnya.
Kudengar suara Pak Jaja yang menyuruhku untuk masuk ke ruang BK, tapi Bara menolak dan izin untuk membawaku ke UKS saja. Tanganku ditarik kembali. Entah diizinkan ke UKS, atau permintaan ditolak dan aku dibawa ke ruang BK. Disidang, dihakimi. Jangan sampai! Aku masih takut. Aku takut melihat dunia luar, mereka pasti mencaciku, menghinaku, menghakimiku.
Hawa panas berubah menjadi sejuk, sepertinya aku sudah masuk ke dalam ruangan, entah ruangan apa. Aku belum membuka mata, terlalu takut. Sunyi. Hanya terdengar langkah kaki dua orang. Aku dan Bara.
"Kenapa tutup mata?" tanya Bara. Tangannya belum lepas.
Aku mengepalkan kedua tanganku. "Takut."
"Takut apa? Di sini gak ada apa-apa."
"Takut mereka. Nanti mereka hina aku, bully aku, benci aku... mereka-"
"Kita di UKS, Kim, nggak ada siapa-siapa di sini cuma aku dan kamu."
Perlahan aku mencoba membuka mata. Pelan. Tidak tahu dari mana rasa kepercayaan itu muncul saat Bara meyakinkanku. Lega. Aku menghela napas saat tahu aku sendiri, tidak sendiri sebenarnya, aku bersama Bara. Jantungku tiba-tiba bertalu dan rasa takutku muncul luar biasa saat membayangkan kerumunan orang di luar sana.
Pikiranku selalu terpaku pada kejadian beberapa belas menit lalu. Otakku selalu membayangkan sekumpulan orang yang berdiri mengerumuniku, menelanjangiku dengan tatapan jijiknya, berbisik-bisik tentang kejelekanku. "Oh, jadi gini ya Kimberlly yang asli. Munafik banget gak, sih?" Ya! Aku munafik. Aku perempuan berdosa, nakal, penikmat pergaulan bebas. Semuanya! Aku kotor....
KAMU SEDANG MEMBACA
Barllyamore [Terbit]
Teen Fiction(AMAN DIBACA SIAPAPUN. Bukan hanya cerita fiksi, tapi dengan adanya cerita ini kalian bisa lebih membuka pikiran kalian. Tidak semua orang yang dipandang buruk adalah orang berakhlak buruk pula. Karena sebelum ada akibat, pasti ada sebab. Sebuah kes...