P a r t | 3. Begin

24.3K 1.3K 33
                                    

Ternyata banyak sekali orang-orang hebat di dunia ini. Dari anak kecil, remaja, sampai orang dewasa. Aku kagum sekali pada mereka yang mendedikasikan ilmu dan kemampuannya untuk bangsa. Kagum pada mereka yang berhasil menorehkan nama di kancah dunia internasional, membawa nama Indonesia dan tentu mengharumkannya.

Acara penghargaan ini sudah berlangsung sejak satu jam yang lalu. Sejak saat itu aku tak berhenti-berhenti terkesima pada mereka yang berdedikasi. Nama Bara dipanggil, Bara sudah sering memenangkan lomba IT baik nasional maupun internasional. Yang paling mengagumkan adalah saat Bara memenangkan peretas tercepat dan hadiahnya mengunjungi kantor Google. Hah... Bagaimana rasanya bertemu Bill Gates?

Selanjutnya namaku dipanggil. Dengan gugup aku maju untuk menerima trophy. Aku mengucap beberapa kata terima kasih pada orang-orang yang berpengaruh sehingga aku mendapatkan penghargaan seperti ini. Akhirnya lega, aku bangga. Aku senang telah membanggakan sekolah, Bu Euis, dan orang tua. Terima kasih juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Aku kembali duduk diantar Bu Euis dan Calissa setelah bersalaman dengan Bara, Pak Kusnadi, Bu Euis, dan Calissa. Untuk sesi bersalaman dengan Calissa, sensasinya berbeda karena dia mendengus saat kami bersalaman. Maaf, mungkin tidak bisa disebut salaman, karena dia hanya menempelkan tangannya saja selama setengah detik, mungkin.

"Selamat, sayang." ucap Bu Euis. Aku memeluknya erat, tanpa Bu Euis yang membimbing juga aku bukan apa-apa. "Terima kasih, ibu. Ibu yang sering membimbing Kim sampai Remaja Sehat bisa sukses."

"Iya sama-sama."

"Kali-kali kalau ada seminar ajak Bapak, ya Kim? Siapa tahu Bapak juga bisa dapat penghargaan kaya kamu." canda Pak Kusnadi.

"Boleh, Pak. Hehe." jawabku. Selanjutnya kami mengobrol dengan asik, memberi pendapat tentang guru yang mengabdi di pedalaman.

"Ibu, saya pergi ke toilet dulu ya?" Calissa tiba-tiba berseru sehingga kami yang sedang mengobrol, menoleh pada Calissa.

"Iya, Sa," seru Bu Euis sebelum asik kembali mengobrol dengan Pak Kusnadi dan Bara.

Calissa ikut? Iya, dia diminta ikut oleh Bu Euis karena di ReHat, Calissa ada di divisi dokumenter. Tugas Calissa adalah mengabadikan momen-momen saat menerima penghargaan, tentu saja.

Acara penghargaan berlangsung dengan lancar dan seru hingga akhir acara. Sebelum semuanya bubar, kami para penerima penghargaan diberitahukan untuk menaiki podium untuk berfoto bersama. Calissa belum kembali sejak tadi meminta izin ke toilet, entah ke mana dia. Bu Euis sampai khawatir.

Akhirnya Bu Euis lah yang memotret momen tersebut. Aku berdiri bersisihan dengan Bara. Setelah selesai, aku kembali menghampiri Bu Euis. Wajah Bu Euis masih terlihat cemas sebenarnya.

"Kim, Calissa mana ya? Kok nggak balik lagi. Ibu khawatir," cemas Bu Euis. Wajahnya sangat kentara kecemasannya. Aku juga ikut khawatir, takut terjadi apa-apa dengan dia.

Akhirnya aku mengambil ponsel di tas selempang kecilku. "Kim coba telepon, ya Bu." usulku. Bu Euis mengangguk.

Selama panggilan mencoba tersambung, Pak Kusnadi bertanya pada Bu Euis apa yang terjadi. "Aya naon, Bu? (Ada apa, Bu?)" tanya Pak Kusnadi.

"Ieu Pak, Calissa tadi teh bade ka wc ceunah, tapi dugi ayeuna teu dongkap deui kadieu geuningan. (Ini Pak, Calissa tadi bilang mau ke wc, tapi sampai sekarang nggak datang lagi ke sini.)"

"Ka mana atuh nya, (Ke mana ya,)"

"Duka, Abdi ge kawatir. Puguh ieu nuju ditelepon ku Kimberlly. (Nggak tahu, saya juga khawatir. Ini lagi ditelepon sama Kimberlly.)"

Barllyamore [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang