Bab 1

204 30 4
                                    

Pagi ini langit hitam menandakan akan turun hujan, aku segera bergegas menuju sekolah dengan menggunakan mobil mini putih kesanganku. Sampai disekolah aku memarkirkan mobilku dan yaa~ hujan sudah turun mengguyur permukaan bumi. Aku segera turun dari mobil dan berlalu memasuki kelas.

Saat sampai kelas aku langsung melipat tanganku diatas meja dan menjatuhkan kepalaku diatas tangan. Karena rasa kantuk ini terus menghantuiku. Setelah beberapa menit aku tertidur, seseorang tiba tiba mengganggu tidurku, dia memukul mejaku kencang, sontak saja aku terkejut dan langsung menegagkan tubuhku dengan menatap kearahnya dingin.

Uh! Ternyata dia Rani dan gerobolannya yang selalu membully murid lemah disekolah. Mereka juga terus menggangguku 2 tahun belakangan ini, mulai dari menumpahkan minuman dengan sengaja ke bajuku, menyuruhku membawakan semua tas milik mereka, menempelkan permen karet di rambutku, merobek semua buku-buku ku, bahkan mereka sampai menggores mobil kesayanganku dengan besii. Menyebalkan!.

Karena aku sudah tidak tahan dengan sikap mereka akhirnya aku melawannya dengan bersikap tegas, tidak seperti dulu yang diam saja dan mereka harus di beri pelajaran.

"Hey, apa kau lelah?" Rani tersenyum sinis.

"Apa urusannya denganmu?" jawabku ketus.

"Hey, jangan berbicara dengan nada seperti itu bodoh! Ubah nada biacaramu!" teriak Vilona seraya menjambak rambutku.

"Sialan tikus tikus ini!" batinku.

Aku menepis tangan Vilona kasar, lalu menatap kearah mereka berempat tajam, tanpa berucap apapun aku pun melenggang pergi.

"Hei! Urusan kita belum selesai!" bentak Rani.

"Aku tidak memiliki waktu untukmu, maaf ya" aku tersenyum manis lalu keluar kelas.

"Tiana sialan!" teriak Rani.

🔪🔪🔪

Kini aku duduk di perpustakaan membaca buku yang menceritakan seorang pembunuh, aku suka membacanya itu menyenangkan. Ternyata seorang pembunuh juga mempunyai ciri khas masing-masing saat melukai korbannya.

Karna terlalu asik membaca buku, aku tidak sadar jika seseorang kini sudah duduk dikursi sampingku, orang itu menatapiku dari tadi. Agrhh..aku benci di tatap seperti itu!.

"Kau suka membaca buku dengan genre itu?" tanyanya masih menatapku.

"Yaa begitulah" jawabku cuek masih tetap membaca buku.

"Siapa namamu?".

"Tiana" dia tersenyum.

"Boleh aku menjadi temanmu?" dia mengambil buku yang kubaca.

Aku langsung menatapnya dingin "aku tidak membutuhkannya" kataku beranjak dari tempat duduk, tapi pria itu menahan tanganku.

"Kenapa? Kau butuh teman sepertiku..ayolah kita punya hobi yang sama".

Aku memincingkan mata menatapnya sambil berfikir "hobi yang sama? Apa sih yang dia bicarakan?" pikirku.

Aku menatapnya sejenak setelah itu aku menepis tangannya lalu pergi dengan senyuman tipis yang kutunjukan kepadanya. Aku melihat pria itu tersenyum senang.

Vino, ya nama laki-laki itu adalah Vino Aldrich. Laki-laki yang dikagumi seluruh siswa perempuan karena fisiknya, tinggi, putih, hidung mancung, alis tebal, ditambah matanya yang tajam dan senyumannya yang sangat manis. Vino juga di senangi karena dia termasuk laki laki cerdas, tapi tetap saja walaupun memiliki otak cerdas, para guru masih meragukannya karena sikapnya yang brandalan.

🔪🔪🔪

Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera merapikan alat tulis ku kedalam tas, aah..tidak, lebih tepatnya satu buku yang sedari tadi menganggur diatas meja tanpa kusentuh sama sekali, karena sejak tadi aku hanya diam berdiskusi dengan pikiranku.

Setelah menggendong tas sekolah, aku berjalan untuk keluar dari kelas, namun tiba-tiba saja aku menabrak seseorang yang aku yakini adalah laki-laki. Karena aku menabraknya tepat di dada bidang miliknya.

Aku meringis sambil memegangi dahiku, aku mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang baru saja menghalangi jalanku. Aku sangat terkejut saat mendapati..

"Kau?!".

"Hai teman" kata Vino sambil tersenyum menjengkelkan.

"Ada apa? Kenapa kemari?".

"Pulang bersamaku ya?".

"Akk--" kataku terpotong karena gerombolan Rani datang dan langsung menggeser tubuhku kasar dari hadapan Vino.

"Mm..Vino~ pulang bersamaku saja, supirku hari ini tidak menjemput" kata Rani dengan nada bicara yang dibuat seimut mungkin. Cih..aku mau muntah mendengarnya.

"Ooh~begitu" kata Vino mengangguk anggukan kepala "tapi aku ingin pulang bersama Tiana" lanjutnya.

"Kau ingin pulang bersama wanita...yang.." Rani berucap sambil menatapku dari atas sampai bawah "uuh..seperti ini?" dia bergindik lalu kembali menatap Vino.

"Hey Rani, apa urusannya denganmu? Aah sudahla..ini tidak penting. Ayo Tiana" Vino langsung pergi, aku mengikuti langkahnya dan Rani menatapku dengan tajam karena kesal.

Aku dan Vino berjalan kearah parkiran sekolah, saat sampai parkiran aku memisahkan diri karena aku membawa mobil sendiri.

"Tiana, mau kemana? Mobilku ada disini" kata Vino membuat aku berhenti melangkah.

"Aku membawa mobil Vino"

"Aku tidak peduli, kau tetap akan pulang bersamaku. Mobilmu taruh saja disini, tidak akan ada yang mencuri. Besok kau bisa pulang membawa mobilmu" jawabnya enteng.

"Hahahha...tidak, aku harus cepat pulang. Sampai ketemu besok daah~" kataku tersenyum kearah Vino dan langsung berlari kearah mobilku berada.

Aku segera mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, supaya cepat sampai rumah. Aku perlu mengisthirahatkan otak cerdasku ini, jika aku tidak cukup isthirahat bagaimana bisa aku merancang strategi untuk membunuh secara lancar?

Cruelty Psychopath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang