Bab 8

78 15 0
                                    

Pagi ini aku menyuruh Vino untuk datang kerumahku. Aku mencurigakan sesuatu dari perkataan Abista semalam. Terdengar suara mesin mobil masuk keperkarangan rumahku menandakan kalau Vino sudah datang.

"Ada apa Tiana? Pagi-pagi sekali kau mennyuruh ku datang kesini" ucap Vino setelah melihatku yang duduk di sofa.

Aku menceritakan kejadian semalam dengan sangat jelas, mulai dari cara Abista menatapku, tersenyum dan juga kata kata Abista semalam.

"Aneh, sepertinya dia tau siapa pembunuhnya!" Vino berkata seraya memakan cemilan.

"Yaa..aku juga berfikir seperti itu semalam, mungkin kita harus melakukan sesuatu sebelum terlambat" aku memberi saran.

"Sebelum itu, dimana Dara? Bau busuknya tidak tercium disini" tanya Vino.

"Hey sialan! Badanku itu wangi, kau kali yang bau busuk. Bedebah!" Dara datang dengan rambut yang masih basah karena habis mandi.

Vino terkekeh lalu membuka suara "baiklah, bagaimana kalau kita paksa dia membuka suara?".

"Bagaimana caranya?" tanya Tiana.

"Bagaimana pun caranya, kita harus dapat informasi itu" Vino menjawab seraya berdiri dari duduknya.

"Dara, tugasmu membujuk Abista suapa mau ikut denganmu pergi kesuatu tempat dan kau Tiana sayang, kau akan.." Vino ngetukan jari di dagu "ah..kau bantu Dara membujuk Abista saja" lanjutnya.

"Lalu, apa Tugasmu?" tanya Dara dengan tampang sinis.

"Tenang saja, aku akan berada di sekitar kalian dan memantau segalanya" Vino tersenyum dengan bangga seolah dia yang paling di butuhkan disini.

🔪🔪🔪

Malam harinya Vino datang membawa sebuah alat komunikasi kecil yang menyerupai kulit, dia menyuruh aku dan Dara memakainya di telinga, setelah terpasang dengan baik, Vino mencoba berkomunikasi dengan kami.

"Baiklah, semuanya aman. Dengar jangan lakukan gerak-gerik mencurigakan yaa..jika target kita tau, hancur semua rencana kita" ucap Vino.

"Baik bos, hei Vino kau dapat alat ini dari mana? Bisa menyerupai kulit begini" kata Dara dengan tangan memegang alat dikupingnya.

"Pasar gelap, kau tidak akan mengerti" jawab Vino dengan nada ketus.

"Astaga! Aku sampai lupa, kau kan hacker, coba kau cek cctv ku, 2 minggu yang lalu seseorang menaruh kuku jari Vilona dikamarku,l. Tapi setelah aku mengecek cctv file rekamannya hilang, jika dihapus kau bisa mrngembalikannya kan?" kali ini Tiana yang bicara.

"Filenya bukan dihapus, tapi dia mengambil memory cardnya. Pelakunya sama seperti pembunuh Bella" Vino menjawab dengan santai.

"oh, kau sudah tau ya. Tapi yang membunuh Vilona kan bukan pembunuh yang sama, tapi si anak sok ide ini yang membunuh. Lalu, kenapa Vilona juga kehilangan kuku jarinya?" kataku menatap Dara kesal kala mengingat jika Dara lah yang membunuh Vilona tanpa mengajak Ku.

"Yaa..memang Dara yang membunuhnya, aku juga ada disana menemaninya. Tapi menurut ku pembunuh Bella juga ada disana, mungkin dia berencana untuk membunuh Vilona karna kami datang dan membunuh Vilona lebih awal, jadi dia hanya memantau segalanya, setelah kami pergi dia baru melakukan aksinya" kata Vino seraya memasukan barang bawaannya kedalam tas.

"Sudah lah, kalain ini. Jalankan rencana ini dulu, kalau rencana ini berhasil kita akan tau siapa pembunuhnya!" kesal Dara.

Vino menarik nafasnya "baiklah, sekarang dimana Abista?".

"Aku akan menelfon Brista menanyakan keberadaan Abista" jawabku.

"Ingat lakukan dengan berhati hati, Tiana" Vino mengingatkan.

Cruelty Psychopath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang