"Bedebah! Apa-apaan ini, pembunuh itu sudah membunuh satu korbannya lagi, bahkan harusnya itu korbanku! Kenapa dia selalu 10 langkah lebih maju dariku!" Tiana membanting vas bunganya dengan kesal.
"Siapa yang di bunuh sekarang? Apa masih anggota geng sok berkuasa disekolahmu itu?" tanya Dara.
"Ya! Dia membunuh Veni, ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bergerak membunuh Rani si ketua geng yang menyebalkan itu dan juga si pembunuh brengsek itu!" Tiana mengambil koleksi pisaunya dan memasukannya kedalam tas.
"Hei Vino, lakukan sesuatu. Pacarmu sudah gila" Dara menyenggol lengan Vino yang sedang asik bermain game di ponselnya.
"Dia memang gila, biarkan saja" Tiana yang mendengar ucapan Vino langsung mengambil ponsel Vino dan menginjaknya.
"Terima kasih" Tiana menampar Vino kesal.
"Hei, bahkan ponselku lebih mahal dari sepatu jelekmu itu, menyingkirlah! Jauhkan sepatu jelekmu dari ponselku yang mahal!" Vino mendorong Tiana, hingga Tiana jatuh terduduk di sofa.
"Berhentilah bertengkar. Lihat, ada seseorang di gerbang rumahmu, dia berusaha masuk" Dara menunjuk tamblet Vino yang sudah terhubung dengan cctv di rumah ini.
Terlihat seorang perempuan berusaha masuk kedalam rumah Tiana dengan wajah panik. Dara, Vino dan Tiana pun keluar dengan wajah dingin, setelah membuka pagar mereka mendapati Rani dengan air mata yang terus menyucur di pipinya.
"Apa yang kau lakukan disini? Dari mana kau tau rumahku?" tanya Tiana.
"Itu tidak penting. Tiana aku mohon lepaskan aku jangan bunuh aku, aku sangat minta maaf, ini sungguhan Tiana" Rani terjatuh duduk, badannya begetar hebat.
Tiana menarik Vino dan Dara untuk masuk kedalam rumah. "menurutmu apa aku harus bantu dia?" tanya Tiana.
"Ya, mungkin ini saatnya kau berbuat baik" Vino berkata dengan wajah tanpa dosa.
"Umm..ya itu ide buruk. Tangan ku sudah gatal, mangsa sudah masuk kedalam sarang singga. Tidak boleh disia-siakan" Tiana berkata sambil mengambil pisaunya dan berjalan untuk kembali keluar mengahmpiri Rani.
"Oh tidak!" teriak Tiana tidak percaya. Vino dan Dara pun menghampirinya.
Mereka melihat pemandangan yang..ah mereka sudah terbiasa. Tapi tetap saja mereka terkejut melihatnya. Baru sebentar mereka meninggalkan Rani masuk kedalam rumah dan sekarang kondisi Rani sangat menyeramkan.
"Apa menurutmu lehernya hampir putus?" tanya Vino.
"Yaa, kurasa begitu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana si pembunuh, membunuh Rani secepat itu, bagaimana menurutmu?" kali ini Dara yang bertanya.
"Aku tidak bisa membayangkannya. Kau harus segera membereskan ini, kalau nanti orang lihat bahaya" Tiana berkata dengan mata yang masih menatap mayat Rani.
Mereka segera mengambil plastik tebal dan mulai memembereskan kekacauan ini. Setelah selesai Tiana dan Dara membersihkan darahnya dengan cara disiram, lalu dengan sengaja Tiana membuang pembersih lantai ke tempat dimana Rani di bunuh tadi, agar amis darahnya hilang. Sedangkan Vino dia mengubur mayat Rani di taman.
Setelah selesai mereka kembali duduk diruang tengah "Baiklah...sekarang apa?" tanya Dara.
"Apanya yang apa? semua sudah jelas, mangsaku sudah habis" Tiana berkata sambil memainkan pisaunya.
Dara dan Vino menatap Tiana dengan tatapan bingung. Setelah beberapa menit mereka saling diam. Tiana tiba-tiba memukul lengan Vino kencang dan mendapati tatapan tajam dari Vino.
"Apa kalian sadar?" Tiana menatap dara dan Vino bergantian "jika Rani di bunuh di sini, bukankah pembunuhnya juga ada di sekitar sini?" ucapnya dengan nada suara pelan.
"Oh, astaga!! Bahkan aku tidak memikirkannya!" Dara menepuk Jidatnya.
Vino menghela nafas "yaa..aku tau kalian bodoh. Bahkan aku sudah menyadarinya sejak aku melihat mayat Rani, saat memegangnya pun aku bisa lihat bagaimana cara si pembunuh menghabisi nyawa Rani" ucap Vino sombong, karna dia memiliki kemampuan melihat masa lalu.
"Ya, aku tidak heran" Tiana mengangguk-angguk kepalanya.
"Yang paling penting aku mendapat pengelihatan melihat masa depan saat aku tidak sengaja memegang tembok belakang rumah Tiana." Vino berkata dengan serius.
Tiana tersenyum seraya menepuk tangannya sekali "wow..keren, apa yang kau lihat?".
"Salah satu diantara kalian akan terbunuh" kata Vino.
"Baiklah, itu tidak keren!" Tiana menampilkan wajah sedihnya.
"Kalau begitu, dia mana pembunuh itu? Dia ada disini kan?" kini Dara yang bertanya.
"Aku rasa pembunuh itu selalu berhati-hati untuk melakukan tugasnya, mungkin juga dia tidak membunuh lebih dari satu orang untuk sehari, atau mungkin juga pembunuh itu masih ingin korbannya menikmati sisa-sisa hidupnya" Vino berasumsi.
Tiana dan Dara mengangguk dengan Fikiran yang bercampur aduk.
🔪🔪🔪
"Tiana! Aku kembali" ucap Sesil dengan senyuman lalu memelukku.
Kalian harusnya ingat, aku pernah bilang memiliki teman yang liburan keluar negri tanpa tau waktu. Aku tidak mengerti dia masih sekolah di sekolah yang sekarang ku tepati apa tidak.
"Kau ini lama sekali liburannya? Siapa dia?" tanya ku menatap laki laki dengan kulit sawo matang yang terlihat lebih tua dariku.
"Kenalkan, dia sepupuku" Sesil memberi kode pada laki laki itu untuk menjabat tanganku.
"Ah aku Aziz, senang bertemu denganmu" katanya tersenyum tampa mengulurkan tangan.
"Siapa Tiana?" Vino menghampiriku seraya merangkulku.
"Temanku di sekolah, ini sepupunya" kataku.
Vino menyalami keduanya, saat Vino menyalami keduanya perubahan ekspresi terlihat pada wajahnya, aku sudah terbiasa dengan itu.
"Baiklah Tiana, aku kemari hanya untuk menyapamu, besok kita akan bertemu kembali ya. Dadah!" Sesil menaiki mobilnya diikuti Aziz.
Setelah mobilnya pergi menjauh, Vino berkata dengan nada suara pelan "berhati-hati lah, cowo itu berbahaya" ucapnya, akupun mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruelty Psychopath [COMPLETED]
Mystery / Thriller⚠[Privat acak, Follow aku dulu, supaya kalian bisa baca keseluruhan😊] Hai namaku Tiana, Tiana Aldarine. Kamu tau seorang psycho? Tidak? Baiklah biar aku beri tahu. Psychopath itu tidak sama dengan gila, karena seorang psycho sadar sepenuhnya ata...