BAB 11

17 2 1
                                    

Malam hari ini entah kenapa udaranya sangat dingin, angin kencang terus menggoyangkan pohon dengan riuh. Aku berjalan kearah dapur dan melihat Dara sedang masak untuk makan malam kami bertiga, aku mengambil minuman didalam kulkas dan langsung meneguknya dengan rakus.

"kau ini kenapa? Biasa aja minumnya, mati tersedak baru tau rasa kamu" kata Dara tersenyum masih sibuk mengoseng masakannya di wajan "dimana Vino?" tanyanya.

"oh iya, dia diatas. Kita berdua disuruh kesana" ucapku.

"baiklah ayo, aku sudah selesai memasaknya" Dara berjalan mendahuluiku, aku pun menyusulnya.

Sesampainya di kamar kami berdua melihat Vino menenggelamkan kepalanya di bantal dengan posisi tubuh terlungkup.

"kenapa Vin?" tanya Dara.

"aku punya firasat tidak enak, malam ini jangan keluar rumah apapun alasannya" ucapan Vino membuat bulu kuduk Tiana dan Dara merinding.

"yasudah, ayo makan. Aku sudah masak makanan terlezat hahaha" kata Dara mencairkan suasana.

Tidak lama terdengar suara benda jatuh dari lantai bawah, kami bertiga pun langsung berlari ke lantai satubuntuk melihat apa yang terjadi. Ooh ternyata gelas bekas aku minum terjatuh dan terlihat seekor kucing disana.

"oh, hanya kucing kenapa panik banget sii kita" Dara langsung bersiap menyajikan makanan.

"boleh aku sentuh sesuatu disini? Biar aku bisa liat yang sebenarnya terjadi" tanya Vino wajahnya masih terlihat sedu.

"ngga perlu Vin, itu cuma kucing. Toh kucingnya juga udah keluar tadi lewat jendela, kau juga lihat itu" kata Dara.

Tiana yang sudah duduk di meja makan bersama Vino menunggu Dara selesai menyajikan makanannya "selamat menikmati" kata Dara setelah selesai menyajikan dan duduk di samping Tiana.

"gimana enak kan masakan ku? Kau kalah Tiana" kata Dara dengan senyuman.

"iyaa..iyaa kau memang hebat untuk soal nemasak makan" Tiana pun ikut tersenyum.

Tidak lama setelah suapan-suapan berikutnya, mataku mulai berat entah kenapa. Aku juga melihat Vino dan Dara yang sama-sama menahan kantuk, tidak lama Vino mulai menjatuhkan kepalanya dengan keras kemeja, begitu juga dengan Dara, aku melirik sekeliling dan mentadapati seseorang berbaju serba hitam tidak jauh dariku. Setelah itu aku memejamkan mataku.

🔪🔪🔪

Aku terbangun dan melihat orang yang berpakaian serba hitam itu sedang memotong kepala Dara dengan entengnya menggunakan pisau daging besar. Aku berdiri lalu mundur sambil mrngeluarkan pisau kecil yang selalu kubawa kemana mana dan menodongkan kearahnya.

"sialan! Kau membunuh temanku!" teriakku kesal masih menodongkan pisau kearahnya.

Orang berpakaian serba hitam itu hanya menatapku lalu mlberalih memotong kepala Vino dengan santainya "tidak!!! Vino!" aku menetskan airmata, namun sama sekali tidak mengalihkan tatapanku pada orang berpakaian serba hitam itu.

Orang itu terus saja menyiksa Vino dan juga Dara dia mengayat kulitnya, mengeluarkan matanya, aku tidak bisa menyaksikan orang yang ku miliki di dunia ini lenyap begitu saja.

"bedebah!!" aku melemparkan pisau kearah orang itu dan pisunya menancap tepat didada, tapi kenaoa dia tidak mati? Ah sial! Aku baru ingat pasu itu tudak terlalu panjang, otomatis tidak mengenai jantungnya.

Orang itu berjalan kearahku masih membawa pisau daging besar miliknya, aku terus berjalan mundur tidak lama aku pun terjatuh duduk di sofa karena jalanku terhalang sofa. Orang itu terus mendekatkan wajahnya padaku aku menatapnya tajam tanpa takut, perlahan orang itu membuka penutup wajahnya. Aku sangat terkejut melihatnya.

"hallo Tiana" katanya dengan senyuman menjijikan.

"kau!! Brista! Apa maksudmu melakukan ini semua?" kataku dengan nada tinggi.

Masih dengan posisi yang sama Brista tertawa "apa maksudku katamu? Kalian semua sudah membunuh saudara kembarku!! Apa itu tidak cukup jelas?! Kau kemanakan jasadnya?! Cepat beri tau aku Tiana!!" bentaknya seraya menamparku dengan sangat kencang.

Aku meringis "kenapa kau membunuh Vino dan juga Dara?!".

"itu untuk kematian saudaraku!! Kalian semua harus merasakanapa yang saudaraku rasakan!!" katanya kembali menamparku di sisi sebelahnya "aku kira kau adalah teman yang baik, ternyata tidak! Kau sama saja seperti sampah!!".

"kau juga tidak jauh beda dengan kami bertiga!! Kau juga sampah!" kataku mrnantangnya.

"bedebah!! Banyak bicara!!" dia menamparku terus menurus, lalu berhenti dan mengangkat pisau dagingnya "dan yang ini untuk kau karena sudah merebut Vino dariku!!".

Aku terkejut dengan perkataannya "jadu kau juga yang membunuh semua geng Rani?" tanyaku.

Dia diam tidak menjawab, manautkan alisnya bingung. Tidak lamatubuh Brista jatuh dengan keadaan kepala yang terpenggal, darah segar pun mencuat ke seleuruh tubuhku.

"aku dan saudaraku aziz yang membunuh geng Rani" ucap Sesil setelah memenggal kepala Brista dengan kapak pedang yang tidak terlalu panjang tapi sangat tajam.

"kau Sesil? Tapi kenapa?" tanyaku masih duduk disofa.

"karena aku mencintaimu Tiana dan Vino telah merebutmu dariku! Diamana dia?" jawab Sesil mendekatkan wajahnya kepadaku.

Saudaranya Aziz berjalan kearah meja makan dan mengangkat kepala Vino yang sudah terpisah dari tubuhnya "sudah mati, kita telat" ucapnya kembali menjatuhkan kepala Vino di meja makan.

Sesil mengalihkan pandangannya dari Aziz dan kembali menatapku "aku sudah muak dengan kau Tiana dan aku sudah tidak mencintaimu! Selamat tinggal!!" kata Sesil mengayunkan pedangnya kearahku.

.

.

.

"AAAGGGRRHHHH!!!" Tiana terbangun dari mimpi panjangnya yang mengerikan, dia masih duduk di perpustakaan sambil memegang buku yang menceritakan seorang pembunuh.

"hei Tiana! Jangan berisik ini perpustakaan!" ucap penjaga perpustakaan. Tiana hanya mengangguk dan meminta maaf.

"apa-apaan mimpiku tadi? Aku bukan seorang pembunuh, aku tidak mau jadi seorang pembunuh" Tiana berbicara sambil melihat telapak tangannya yang basah.

"hei, kamu kenapa?" Tiana menatap laki-laki itu terkejut "aku Vino" katanya lagi.

Tiana yang terkejut langsung pergi meninggalkan perpustakaan dengan pikiran yang terus memikirkan tentang mimpi mengerikan itu. Kenapa itu semua terasa seperti nyata? Tapi Tiana bukanlah seorang pembunuh, memang di kehidupan nayata dia sering di ganggu geng Rani, tapi dia sama sekali tidak berfikiran untuk membunuhnya. Kenapa Tiana di mimpi dan di nyata terlihat berbeda? Bahkan berbanding terbalik 180° . Kenapa juga di dunia nyata Tiana benar benar bertemu dengan Vino? Ini aneh.

.

.

DONE BYE~

Cruelty Psychopath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang