"Aku dan Ardidan. Kami pacaran."
Sederet kalimat ucapan Choco di sekolah tadi sukses membuat hati Mino berantakan. Sesuatu yang tak ia duga.
Menyesal. Semua karena kebodohannya.
Sekarang ia hanya menatap kosong pada Choco yang masih setia menyelesaikan soal - soal yang dibawanya. Mereka mengerjakan soal UN juga latihan soal untuk tes masuk perguruan tinggi. Mereka telah sepakat untuk fokus pada kelulusan sekolah nanti.
"Hey kok bengong?" Choco mengibaskan tangan kedepan wajah Mino. Sadar jika manik - manik mata Mino terpaku padanya. "Sakit?"
Mino mengerjap lalu menggeleng. "Tidak." jawabnya kemudian beralih pada kertas di tangan Choco yang sudah terisi semua. "Sudah selesai?"
Choco mengangguk namun masih menatap Mino. Penasaran. "Ada masalah?"
"Maksudmu? Aku baik - baik saja." ucap Mino menghindar.
Tidak, aku tidak baik - baik saat ini, Cho, batin Mino.
"Yakin? Apa karena - pengakuan kamu kemarin?" Ucap Choco langsung.
Berpura - pura sibuk memeriksa jawaban Choco pada lembaran kertas di tangannya, Mino seakan tak mendengar perkataan Choco.
"Hah? Apa kamu bilang?"
Merasa tidak dipedulikan, Choco tidak mengulangnya lagi. "Ga jadi."
Pasti dia pura - pura. Mana mungkin sedekat ini tidak dengar. Batin Choco kesal.
"Hm..perkembangan kamu makin bagus Cho. Ini lihat hasilnya."
Mino menyodorkan hasil penilaiannya atas jawaban Choco barusan. Tertera disana nilai yang diraih Choco delapan puluh.
"Eh serius?!" Seru Choco tak percaya dengan mata membulat lebar saking senangnya.
Wajah gadis itu berbinar - binar menatap nilainya sendiri. Itu hasil kerjanya sendiri.
Yeayyyy!!!!
Choco berlonjak - lonjak gembira. Belajar bersama dengan Mino selama hampir sebulan akhirnya membuahkan hasil.
Sampai - sampai tak sadar, ia malah berhambur memeluk Mino.
"Trima kasih ya Mino."
Deg!
Seketika Mino gugup. Seluruh permukaan wajahnya memanas. Bahkan telinganya ikut memerah. Tubuhnya kaku. Ia tengah dipeluk erat oleh gadis yang ia suka. Siapapun akan merasa tegang apabila dipeluk oleh orang yang disukainya.
"Cho...Cho..." ucap Mino berkali - kali. "Se - sebaiknya kita tidak berpelukan be- begini..." peringatnya sembari menegak air ludahnya sendiri. Ia berusaha menahan diri untuk tidak membalas pelukan Choco. Yang ia yakin akan lebih erat pelukannya dibandingkan yang Choco lakukan padanya.
Choco terperanjat. Sontak melepas pelukannya. Melangkah mundur dua langkah dari Mino. Baru sadar jika ia memeluk tubuh tinggi Mino. "Oh ma - maaf, Mino. Aku ga sadar saking senangnya."
Ehemmm
Suara 'deheman' muncul dari pintu kamar Choco yang terbuka. Ada Wilow berdiri disana sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Tersenyum penuh arti. Berisi kecurigaan, hal - hal mesum juga tuduhan menjijikan.
"Saudara - saudara sekalian....!!! Kalo mo mesra - mesraan... Tolong jangan dihadapan anak dibawah umur dan polos seperti aku." Kata Willow penuh penekanan sambil memasang wajah inosen dan sok ke-imut-an nya. "Aku tidak mau teracuni oleh adegan 'live' ala Choco - Mino. KAGAK KEREN!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DNA (Sekuel 'Kakak, Kamu Sangat Cantik') ✔
Teen FictionTentang anak - anak Lovin dan Wima (Choco) dan Chacha dan Rein (Mino) Mino dan Choco dibesarkan bersama. Bertetangga. Kedua orang tua mereka adalah sahabat dari semasa sekolah dulu. Choco tahu semua hal baik buruknya Mino. Begitupun Mino sangat meng...