26. Choco Milik-nya Mino

292 25 2
                                    

***

Mungkin ini adalah akhirku...

Kepada Ayah, Bunda dan adikku Wilow, aku selalu menyayangi kalian.

Kepada kekasihku Mino, aku selalu mencintaimu.

Kepada sahabatku dan orang terdekatku, aku selalu mengingatmu dan merindukan senyum hangat kalian.

Kepada dunia tempatku hidup sedari lahir hingga berakhir ini, trima kasih atas tumpangannya.
Sehingga aku dapat mengenal mereka yang pernah dan hadir dalam hidupku.

Kedua mata gadis mungil dan manis itu mengerjap perlahan, dengan tubuh terlentang dan menggelepar pelan. Bibirnya merah karena muntahan darah segar yang keluar dari mulutnya bergerak kecil nyaris tak terlihat merapalkan doa - doa itu.

Sepintas batinnya bertanya, salah apakah dirinya harus mengalami peristiwa menyakitkan ini?

Maka detik berikutnya, layar gelap gulita dalam pandangannya.

Sebelum itu, hatinya berbisik....

Selamat tinggal......

...............................

Air mata bergulir perlahan di kedua sisi pipi Choco. Lalu mata bulatnya terbuka perlahan. Menyipit melawan terang cahaya lampu ruang rawat diatas tubuhnya. Menyengatkan pandangannya.

Bibir pucatnya bergetar hendak mengucap.

"Aku berada dimana? Apakah aku telah di surga? Tapi...mengapa sekujur tubuhku masih terasa sakit semua. Mengapa--- wangi aroma tubuh Mino masih terasa kuat dalam penciumanku?"

Barisan kalimat itu hanya dapat jelas Choco ucapkan dalam pikirannya. Sementara kedua belah bibirnya hanya bergerak sedikit sekali. Sedikitpun tidak ada suara keluar dari sana.

Sekuat tenaganya ia mencoba mengelilingi sekitarnya dengan kedua matanya di tengah rasa sakit yang menerjang tubuh kecilnya. Sayang, sedikitpun tubuhnya tak dapat ia gerakkan.

Tetapi tunggu.
Tersadar sesaat. Telapak tangannya terasa hangat. Hangat dalam sebuah genggaman erat teramat. Seolah takut dirinya akan hilang begitu saja.

"Mino..." ucap gadis mungil itu lirih saat menyadari keberadaan seseorang tengah menggenggam erat tangan lemahnya.

Pelan sesungguhnya suara Choco. Hebatnya pria tampan berwajah agak pucat karena kurang tidur mendengar suara Choco. Matanya mengerjap.

Dalam hitungan detik, kedua pandangan mereka bertemu.

Choco tersenyum tipis sampai mata menyipit.

Mino melebarkan matanya lebar - lebar. Terkejut bukan main. Gadis yang dicintai selama ini ia tunggu sadar dari komanya. Dan senyum lebar tak percaya mengisi wajah pria itu.

"Sayang...."

Rasa gembira memenuhi ruang rawat itu. Mino mengecup wajah gadisnya. Di kening, kedua pipi, hidung dan berakhir lumatan penuh kerinduan pada bibir. Menyesapnya. Menyelimuti bibir pucat Choco dengan bibir seksinya penuh rasa cinta. Seiring itu juga air mata turun di wajah keduanya.

"Aku rindu kamu, Choco-ku. Nyaris saja aku kehilangan harapan. Aku gak tau apa yang akan terjadi apabila kamu...."

"Shhhtt"

"Choco...."

"Mino, aku juga rindu. Sayangnya perjalananku kembali terlalu lama. Maaf membuat khawatir."

"Dasar badak nakal! Aku sungguh rindu tinjuan-mu, tendangan andalanmu, tingkah nakalmu, sama ciuman manismu"

"Iiih sempat mesum gitu sih!" Choco tergelak pelan menghadapi godaan nakal Mino.

OUR DNA (Sekuel 'Kakak, Kamu Sangat Cantik') ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang