19. Prom Party - 2

226 20 0
                                    

Selepas kejadian mengejutkan diatas panggung. Choco bergegas pergi dari acara prom night dengan berurai air mata yang terus ditahannya tetapi sayangnya tidak bisa diajak kerja sama. Tangisannya terpecah juga.

Ia buru - buru keluar dari tempat itu. Tak perduli suara panggilan dari sahabatnya Sindi, adik semata wayangnya Wilow, dan Ardidan yang mengkhawatirkannya. Sejujurnya ia tidak tahan berada di tempat itu. Mendapat tatapan prihatin juga ejekan pada dirinya.

Mino, sebenarnya apa yang sudah terjadi? , batinnya.

Mino tampak gusar setengah mati. Ia langsung mencari keberadaan Choco yang menghilang dari acara prom. Wilow hanya mengatakan bahwa Choco pergi begitu saja.

Wilow nyaris saja menghajarnya kalau tidak segera ditengahi Ardidan. Mino menjelaskan duduk persoalannya. Maka mereka pun mengerti. Bergegas mereka mencari Choco.

Jantungnya berdegub tak tenang. Takut kesalahpahaman terjadi antara dirinya dengan Choco. Dia tidak mau Choco tersakiti karena tingkah mantannya itu.

Tangannya mengusap wajahnya kasar. Rambutnyapun berantakan. Dasinya sudah melonggar di kerah kemejanya. Bahkan jasnya sudah ia lepaskan dari tubuhnya dan ia letakkan didalam mobil. Lengan kemejanya ia gulung tinggi. Pelipisnya juga dibasahi buliran keringat. Mino sangat bingung mencari - cari Choco.

Kini Mino ada di sekitar taman sekolah. Matanya menoleh ke kanan juga ke kiri. Sayangnya penerangan sekitar taman terlalu minim hingga tidak terlalu jelas untuk melihat keberadaan orang.

"Choco, kamu dimana sayang?" lirih batinya bertanya.

Namun suara isakan tangis yang terdengar lemah, ditangkap telinganya. Mino berbalik mencari sumber suara itu.

Dan yah, rupanya Choco tengah menangis duduk di bangku taman sendirian. Menahan isakan perih hatinya dengan menutup mulutnya dengan telapak tangan mungilnya. Sesekali jemarinya mengusap aliran deras air matanya.

Hati Mino melengos melihat badak-nya yang selalu tampak kuat sekarang malah menangis sendirian sambil menepuk dadanya. Ia juga merasakan perih itu. Ia tidak kuat melihat gadisnya bersedih.

Perlahan langkah kakinya mendekati. Sementara manik matanya tetap tertuju pada gadis itu.

"Hey, jangan menangis sendirian disini. Nanti dikira orang ada kuntilanak cantik nyasar disini." tegur Mino diselingi candaan.

Perlahan wajah Choco mendongak, mendapati senyum tampan Mino. Bibirnya tiba - tiba mengerucut manyun sesenti. Gak lucu!

Lalu ia berpaling dari Mino.

"Biarin aja dibilang kuntilanak. Pergi sana! Balik sama Tiara. Dia kan lebih cantik. Makanya kamu pergi sama dia tadi. Ngelanjutin ciuman panas kalian kan?!"

"Maksudmu?" Mino tak mengerti beberapa saat. Hey, pacarku sedang cemburu?

"Tadi kenapa pergi begitu saja? Bukannya marah atau menjelaskan langsung atau apalah. Malahan membawa Tiara entah kemana. Bikin orang merasa terbuang, gak dianggap." Choco mendecih kesal lalu bersedekap dada. Mulutnya masih manyun, membuat Mino gemas melihatnya.

Mino duduk disamping Choco. Kepalanya miring menoleh pada Choco yang masih setia ngambek tidak sudi melihat dirinya. Tubuh Choco bergeser mengambil jarak dari Mino.

"Trus enak tadi kan dimanja sama Tiara."

"Sayang, aku itu gak ada apa - apa sama dia." Mino berusaha membela dirinya. Terus kenapa Choco bisa berkata seperti itu.

Choco lantas berpaling padanya. Memandangnya kesal. Seperti alat pemindai, kedua matanya bergerak dari atas ke bawah. Dan Mino mengikuti arah gerakan mata Choco memperhatikan dirinya sendiri. Dahinya bertaut, bingung apa yang sedang dipikirkan pacarnya.

OUR DNA (Sekuel 'Kakak, Kamu Sangat Cantik') ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang