Beruntung punya pacar seperti Mino yang tak hanya tampan tetapi juga cerdas, yah hanya kelakuannya saja kadang menyebalkan. Hukuman dari Bu Ratih terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dan urusan dengan Ardidan?
-kembali pada hari itu-
Bubar sekolah, Mino lantas menarik Ardidan ke kafe yang letaknya tak jauh dari sekolah. Ia hendak berbicara empat mata antar pria. Ia tidak mau kejadian tadi pagi terulang hanya demi percintaan Ardidan yang tak tersampaikan. Sementara perasaannya harus dikorbankan. Dan Mino sadar Choco ada maksud membuatnya cemburu, sebagai pembalasan padanya.
Kontan Choco panik setengah mati. Ia lari pontang panting mengejar langkah dua pria bertubuh tinggi itu. Sampai helaan napasnya berlomba keluar masuk ke rongga hidungnya setelah mendapati dua makhluk tampan yang kini terpelongo melihat dirinya yang sedang menyeka keringat di dahinya.
"Mino, tolong ja-"
"Apa yang kamu lakukan disini?! Ha?! Sampe senin kemis gitu napasnya!" seru Mino panik menghampiri gadis itu. "Kami hanya bicara. Tidak aku hajar dia. Aku juga tidak mau dituntut pacarku sendiri karena merusak wajah idola jeleknya." tekan suara Mino, sukses bikin Ardidan nyaris terjungkal ingin tertawa terbahak - bahak dari tempatnya saking ngga tahan mendengar omelan Mino yang terdengar tidak rela bahwa dia itu 'idola tampan' kesukaan Choco.
Choco mendengus.
Sempat - sempatnya si monyet sialan satu ini mengejek idola tampanku!
"Iya Cho. Aman kok." tambah Ardidan terlihat membela Mino. Sementara Mino tidak menyukai itu, dapat dilihat lirikan tajam ia pancangkan pada Ardidan. Bisa diem resleting dulu itu mulut!!!
Mengerti maksudnya, Ardidan langsung mengatupkan mulutnya.
Choco geleng kepala tidak percaya. "Aku ikut mendengar pokoknya. Kalo ga-"
Alis Mino kontan terangkat, tak senang karena Choco tidak mau mengalah juga. Susah juga kalau punya pacar mengidolakan pria tampan -yang tentunya sangat tidak ingin diakui oleh seorang Mino, karna baginya hanya dirinyalah yang paling tampan untuk Choco.
"Baiklah, tetapi jangan ikut campur urusan pria. Kamu cukup duduk cantik disini dan hanya melihatku saja. Jangan sekali - kali menoleh pada idola jelek ini!" putus Mino dengan berat hati. Dan dibalas pelototan mata Choco.
Hei, Mino, makhluk se-tampan Ardidan harus aku anggurin. Mataku juga butuh penyegaran, mo-nyet....
Itu kata hati Choco namun diurungkannya karena tidak mau melakukan adegan pertengkaran antar sepasang kekasih ala drama, hanya saja bedanya, yang mereka ributkan karena kecemburuan sang pacar pada pria yang di-idolakan gadisnya, bahkan dekat pula sebagai teman. Wajar Mino khawatir setengah mampus karena saingannya amat berat. Bisa - bisa kedudukannya di hati Choco akan tersingkirkan.
Choco menurut. Duduk mengarah pada Mino. Sepasang mata bulat indahnya terpasang rekat hanya pada Mino, si monyet setan tapi amat dicintainya.
"Cho, ingat cukup menatapku saja! Jangan melihat si jelek ini! Hanya aku paling tampan! Mino Variz TAM-PAN hanya milik Choco Rabita! Paham?!" peringat Mino lagi dengan nada posesif menunjuk hidung mancungnya sendiri pakai telunjuk. Sederet kalimat Mino itu malah menimbulkan semburat merah di kedua pipi Choco, terus terang sejak pacaran dengan Mino, Choco sangat suka di-posesif-in dengan cara Mino tentunya. Bukan hal negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DNA (Sekuel 'Kakak, Kamu Sangat Cantik') ✔
Teen FictionTentang anak - anak Lovin dan Wima (Choco) dan Chacha dan Rein (Mino) Mino dan Choco dibesarkan bersama. Bertetangga. Kedua orang tua mereka adalah sahabat dari semasa sekolah dulu. Choco tahu semua hal baik buruknya Mino. Begitupun Mino sangat meng...