Suara musik menggema didalam ruangan Woozi, Woozi duduk di tengah-tengah dance hall sambil menulis beberapa lirik lagu. Ia menarik nafas pelan sebelum ia memandang cermin lebar yang ada dihadapannya, mengedipkan matanya beberapa kali kemudian menyentuh dada kirinya, memejamkan matanya kemudian menunduk.
Sebuah instrumen ballad mengalun (*alunan musik Say Yes*), Woozi semakin menundukkan kepalanya, air matanya menetes. Sedangkan tangan kirinya menggenggam erat pena yang sedang ia pegang. Tangisnya tanpa suara, namun air matanya deras mengalir.
Tak lama kemudian ia mendengar suara pintu diketuk, ia segera mengusap air matanya dengan lengan bajunya dan membereskan kertas-kertas yang ada dihadapannya. Ia memastikan wajahnya dicermin agar tidak terlihat seperti seseorang yang habis menangis dan kemudian membuka pintunya.
Wajah Mingyu yang pertama kali dia lihat, Mingyu memberikan senyuman kecilnya sebelum masuk keruangan Woozi. Ia berjalan ke dance hall dan duduk sambil berselonjor kaki. Ia menepuk space disebelahnya, Woozi menutup pintu kemudian duduk di samping Mingyu.
"Kau sendiri?" Tanya Woozi. Mingyu menooleh kearah Woozi kemudian mengangguk.
"Apa kau mengharapkannya datang bersamaku malam-malam begini?" Mingyu balik bertanya, Woozi hanya diam, memandang kebawah dan memainkan pena yang ada ditangannya.
"Ji..."
"Mingyu, biarkan seperti ini. Aku mungkin tidak sanggup untuk melangkah lebih jauh, aku harus menahan emosiku ketika aku bersamanya." Woozi memotong ucapan Mingyu. Mingyu mengangguk.
"Ini baru permulaan dan kau sudah mau menyerah? Lakukan perlahan, aku akan membantumu."
Namun Woozi menggeleng, "Cukup seperti ini, aku sudah bisa bahagia. Aku bisa bersamanya walaupun sebagai orang lain. Asal aku dapat melihatnya kembali, itu cukup untukku."
Mingyu menarik nafas, "Tapi kenapa?"
"Mingyu, aku tidak ingin merusak kebahagiaannya bersama Jeonghan, aku tidak ingin masa lalu memberatkannya, biarlah seperti ini. Aku...Jeonghan..." Woozi mulai tidak bisa menahan air matanya, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
Mingyu merangkul Woozi, mengusap bahunya. "Menangislah Ji, aku mengerti, jangan ditahan."
Woozi tidak dapat menahan tangisnya. Ia berbalik, memeluk Mingyu dan menangis dipundaknya, kali ini tangisnya benar-benar keluar, air matanya membanjiri wajahnya dan kemeja yang Mingyu gunakan. Mingyu mengusap punggung Woozi perlahan tanpa berusaha menghentikan tangisan Woozi.
"Aku—Aku merindukannya Mingyu, aku sangat merindukannya..." Ucap Woozi disela-sela tangisnya, Mingyu mengangguk.
"Aku tahu, Jihoon... Aku tahu."
Woozi mememluk Mingyu dengan erat, menumpahkan rasa yang tertahan didadanya dengan air mata, ia tidak berkata-kata begitu pula dengan Mingyu.
=+=+=+=+=
~ S.COUPS POV ~
Aku memutar instrumen yang tadi siang Woozi berikan padaku, mendengarkannya berulang-ulang sambil membaca liriknya. Woozi benar-benar jenius, ia membuat instrumen dan lirik yang sempurna, belum pernah aku mendengar yang seperti ini. Bahkan liriknya pun terkesan seperti ucapan sehari-hari, bukan kata-kata kiasan yang biasanya diungkapkan dalam setiap lagu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S YOU - JICHEOL
Fanfiction[UN-EDITED] Persahabatan, karir, dan Cinta, mana yang akan kau pilih? Choi Seungcheol, seorang penyanyi terkenal akan berkolaborasi dengan Composer yang belum lama ini meniti karir di Amerika. pilihan hidupnya akan menjadi sulit ketika Seungcheol d...