Prolog

262K 11.6K 204
                                    

Aderine berjalan pelan―namun raut wajahnya menunjukkan kegelisahan yang sangat tersirat―menuju ruang rawat Ibunya. Lebih tepatnya, Ibu angkat Aderine. Aderine menatap punggung tegap yang berjarak dua langkah darinya. Sosok itu tampak sama seperti hari-hari sebelumnya, dingin dan tidak tersentuh.

Namun, Aderine sudah terbiasa, Ayah angkatnya itu selalu bersikap demikian padanya. Bahkan, pernah terhitung sekitar satu minggu, Aderine dan Ayah angkatnya sama sekali tidak bertegur sapa. Aderine sendiri juga enggan untuk menyapa Sean terlebih dahulu. Ya, wanita dengan gengsinya. Apa lagi?

Singkat cerita mengenai Aderine, Aderine diangkat dari panti asuhan oleh Rihanna dan Sean saat usia Aderine masih 10 tahun, itu artinya saat Rihanna berusia 26 tahun, dan Sean yang masih berusia 22 tahun. Pertemuan pertama Rihanna dan Sean dengan Aderine, adalah saat usia Aderine masih menginjak tujuh tahun. Membutuhkan waktu tiga tahun untuk Rihanna meyakinkan suaminya tersebut, agar mau mengangkat Aderine menjadi putri mereka.

Suami istri itu terpaksa mengadopsi anak, karena Rihanna yang tidak bisa mengandung, setelah pengangkatan rahimnya akibat kanker yang sempat menggerogoti tubuh wanita itu.

Sean yang terbilang masih muda, menolak tegas keinginan Rihanna yang bahkan sempat meminta cerai padanya. Ia pikir, mereka masih memiliki cara lain untuk mendapat anak, namun Rihanna tidak berpikir demikian, baginya ia sudah tidak memiliki harapan.

Sean yang terlalu mencintai Rihanna, tidak mungkin menceraikan wanita itu, biarpun lebih dewasa darinya dan tidak bisa memberinya keturunan, itu bukan masalah bagi seorang Sean. Yang terpenting hati mereka kan?

Pilihan Rihanna nyatanya jatuh pada sosok Aderine. Sejak pertama kali melihat Aderine. Rihanna sudah mencintai gadis kecil itu. Tiba-tiba saja Rihanna terpikat pada gadis itu. Ada sesuatu dalam diri Rihanna yang begitu menginginkan Aderine. Sean sempat menolak, karena usia Aderine yang tidak terlalu jauh dengannya, dalam artian untuk hubungan antara ayah dan anak, namun istrinya itu tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Dan pada akhirnya, kembali dengan berat hati Sean menerima keputusan istri yang sangat dicintainya itu.

"Auh!" Aderine mengaduh, baru saja ia menabrak punggung lebar Ayah angkatnya yang keras bak tembok itu. Aderine mengelus dahinya kesal. Namun ekspresinya segera ia rubah ketika melihat sean membalikkan tubuh dan menghadap pada dirinya.

"Ehm ... ma-maaf," cicit Aderine pelan disertai ringisan. Sean hanya membalasnya dengan dehaman kecil.

"Masuk!" Perintah Sean, yang sudah membukakan pintu ruang rawat Rihanna. Saat ini, Rihanna tengah di rawat di rumah sakit, karena kanker kembali menggerogoti tubuhnya.

Tanpa berkata apa-apa, Aderine memasuki ruangan itu. Di sana ada ibu angkatnya yang terbaring tak berdaya. Rihanna tersenyum lemah menatap kedatangan suami dan putrinya. Wanita itu menggerakkan tangannya, seolah meminta Aderine dan Sean mendekat ke arahnya.

"Mom, Aderine kangen Mommy." Aderine memeluk tubuh ringkih Rihanna, gadis berusia 20 tahun itu tidak kuasa menahan tangisnnya melihat sang Ibu angkat dalam kondisi yang tidak bisa dibilang baik itu.

"Mommy juga kangen sama kamu, Sayang," balas Rihanna dengan suara lemahnya. Mata wanita itu tampak sayu, menandakan bagaimana daya tubuhnya yang begitu lemah.

"Mo-Mommy lega lihat kamu saat ini. De-dengan begitu, Mommy bisa pergi dengan tenang ke sisi-Nya." Bening kristal tampak jatuh dari sudut mata Rihanna.

"Mommy bicara apa sih? Nggak baik bicara kayak gitu. Mommy pasti sembuh, dan kita bisa hidup bahagia bersama." Aderine mengelus tangan ibunya, air mata terus menggenangi pelupuk gadis itu. Aderine.

Rihanna menggeleng pelan, dengan gerakan lemahnya wanita itu meraih tangan Sean dan meletakkannya di atas tangan Aderine yang sedari tadi sudah digenggamnya.

"Aku mau meminta sesuatu. Barangkali ini permintaan terakhirku pada kalian. Aku harap kalian ma-mau me-mengabulkannya," ucap Rihanna dengan napas yang tersenggal di akhir kalimat.

"Aderine janji bakal ngabulin permintaan Mommy. Sekarang Mommy ucapin, apa keinginan Mommy. Sebisa mungkin Aderine kabulin," ucap gadis itu dengan isakan di sela penggal demi penggal katanya.

Rihanna tidak langsung menjawab, wanita itu menatap suaminya, menunggu respon yang bakal suaminya berikan. Seolah mengerti akan arti tatapan istrinya itu, Sean menganggukkan kepalanya.

"Ak-aku mau kalian menikah."

Kalimat yang setengah tersenggal itu, bagai petir di siang bolong yang menyambar Aderine. Aderine membelalakkan matanya, menatap ibunya itu dengan pandangan tidak setuju. Berbeda dengan ekspresi yang ditampilkan Sean, pria itu hanya menampilkan wajah datarnya. Tidak tampak menolak ataupun menerima.

"Mom, Aderine tidak mau. Daddy itu Ayah Aderine, mana mungkin Aderine menikah dengan ayah Aderine sendiri? Bagaimana dengan kata orang lain? Apapun permintaan Mommy, bakal Aderine kabulin, tapi tidak untuk permintaan yang itu. Aderine tidak mau!" Tolak Aderine. Napasnya tersenggal, karena tangisannya yang kian histeris.

"Nggak Aderine. I-ini permintaan terakhir Mo-Mommy. Mommy ti-tidak akan pernah rela, melihat suami Mo-Mommy bersanding dengan wanita lain, selain kamu Sayang." Tangan halus wanita itu mengelus pipi Aderine. Aderine memejamkan matanya, air matanya kian berdesakan ingin keluar. "Ka-kamu tidak usah mendengarkan ka-kata orang lain. Ja-jangan pe-pedulikan mereka," lanjut Rihanna dengan napas yang semakin tersenggal.

"Tapi Mom..."

"Mommy mo-mohon Sayang, ini permintaan te-terakhir Mommy. Sean, to-tolong kabulkan pe-permintaanku. Jika benar ka-kamu mencintai aku. Lindungi Aderine, ja-jaga dia baik-baik. Kalian ... berjanjilah, kalau ka-kalian akan me-mengabulkan permintaanku, kalian ha-harus menikah," ucap Rihanna dengan tarikan napas panjang, seolah napasnya itu benar-benar sudah habis.

"Mom..."

"Aku berjanji!" Rihanna tersenyum lemah mendengar ucapan suaminya. Mata sayunya beralih menatap Aderine, menatap gadis itu dengan memohon.

"Ba-baiklah, Aderine janji."

Senyum di wajah Rihanna kian melebar, sedetik kemudian matanya tertutup. Deru napas wanita itu tidak lagi terdengar, Aderine yang mengetahuinya langsung berteriak histeris. Sean, pria itu hanya memejamkan matanya, separuh hatinya telah pergi, meninggalkannya dengan luka baru yang jelas akan membekas.

Rihanna pergi dengan meninggalkan luka yang mendalam bagi Sean maupun Aderine. Namun, wanita itu pergi dengan damai, wajahnya seperti seseorang yang tengah terlelap dan bermimpi indah.

Damailah di sisi-Nya, Rihanna. Aku mencintai kamu. Dari dulu, kini, dan nanti, sampai ragaku tak lagi bernyawa.

Tbc...

Follow akun wattpad saya sebelum lanjut baca ^^

From Daddy Be Hubby [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang