Update lagi, seneng nggak kalian?
Btw, jangan lupa follow IG @delasinta_
***
Saat malam harinya, setelah kejadian sore tadi―lebih tepatnya saat makan malam berlangsung―Aderine, wanita itu kentara sekali jika tengah menjauhi Sean. Terbukti dengan cara makan Aderine yang terkesan tergesa-gesa.
Sean yang mengetahui gestur tubuh Aderine, pun mencoba tetap tenang. Pantas bila wanita itu takut padanya, atau mencoba menjauhinya. Ia dikira sebagai penyakit yang memang harus dijauhi. Ditambah lagi kata-katanya tadi yang jelas saja seperti sebuah ancaman. Semua jadi wajar kalau Aderine takut dengannya.
Sean sudah bertekad malam ini, untuk mengakhiri dramanya. Besok pagi, ia akan kembali menjadi Sean yang seperti sedia kala. Laki-laki itu terlalu muak harus berakting manis di depan Aderine. Ya, salahkan saja gengsinya. Sean terlalu menjunjung tinggi gengsinya.
"Makan yang benar, Sayang. Jangan cepat-cepat kayak gitu, nggak baik buat kesehatan kamu sendiri." Setidaknya, malam ini adalah kali terakhir Sean bermanis-manisan dengan Aderine. Sean akan benar-benar bertingkah layaknya lelaki yang penuh kehangatan. Tidak sulit melakukan itu, Sean hanya membayangkan wajah Rihanna dan ... boom! Ia bisa bersandiwara seakan dia bukan dirinya yang sebenarnya.
Tutur kata yang terucap dari mulut Sean terdengar begitu lembut, sangat jauh berbeda dengan yang selama ini Sean keluarkan. Begitu juga dengan perlakuan sosok yang mengaku bernama Leon ini begitu lembut dan penuh perhatian, padahal sore tadi Aderine bersikap ketus padanya.
Menggeleng pelan, Aderine sama sekali tidak menghiraukan titah Sean, ia terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya dengan cepat. Berusaha agar makan malamnya tidak berlangsung lama, terlebih lagi ada jiwa gila yang duduk di sebelahnya.
Uhuk...
Pada akhirnya, apa yang Sean ucapkan benar terjadi. Istrinya itu tersedak. Buru-buru Sean menyodorkan segelas air putih pada Aderine. Gerakan itu spontan Sean lakukan, entahlah, hanya saja ia merasa sedikit khawatir.
Secepat kilat Aderine mengambil gelasnya dan menegak habis cairan bewarna bening tersebut. Sean mengelus punggung Aderine dengan gerakan lembut, "Tuh kan, nggak mau nurut sama omongan suami sih. Jadi keselek, beneran kan?"
Dia beda banget sama Kulkas. Dia benar-benar lelaki yang penuh perhatian. Batin Aderine bersuara. Menilai perlakuan yang Sean versi Leon berikan padanya.
Baper?
Aderine berusaha menekankan perasaannya sendiri agar tidak terbawa suasana oleh sosok itu. Ia akan disangka gila jika menyukai sesuatu yang sangat tidak nyata, terlebih lagi masyarakat luas menganggapnya―alter ego itu―sebagai sebuah penyakit yang harus dimusnahkan.
"Kamu bukan suamiku!" Tandas Aderine setelah tenggorokannya tak lagi terasa sakit. Sean hanya menyunggingkan seulas senyumnya.
"Iya, terserah apa yang mau kamu bilang. Bagi aku, aku ini suami kamu, dan kamu istriku. Meski nama yang terikat itu, bukan namaku." Sean mengelus puncak kepala Aderine memberi kecupan pada dahi wanita itu. Aderine diam tidak bergeming di tempatnya, matanya menatap kesal pada Sean.
"Aku udah bilang dari sore tadi, jangan sentuh-sentuh aku! Kamu itu penyakit. Kamu itu harus dimusnahkan!"
Sakit. Benar. Rasanya teramat sakit mendengar ucapan Aderine itu. Jika saja sosok itu benar-benar Leon, barangkali Leon akan merasa sakit. Ia juga memiliki hati. Jika disuruh memilih, dibanding tinggal di satu tubuh yang sama sekalipun itu seorang lelaki berwajah tampan, Leon lebih memilih menjadi sosok manusia seutuhnya meski fisiknya tidak sempurna. Ya, barangkali seperti itu yang akan Leon pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daddy Be Hubby [Terbit]
Romance"A-aku ingin kalian menikah." Aderine Jiyana, tidak pernah menyangka akan berada di posisi itu. Saat di mana, Ibu angkatnya yang tengah meregang nyawa, meminta dirinya untuk menikah dengan laki-laki berperingai dingin dan selalu bersikap datar pada...