FDBH | 7. Afraid

114K 6.9K 163
                                    

Mau nggak double update?

*

Aderine menghempaskan tubuhnya di sofa. Gadis itu merasa tubuhnya sangat lelah, wajar saja sebenarnya, seharian beraktivitas di kampus dengan jadwalnya yang benar-benar padat, ditambah lagi gangguan dari jin perusuh yang bernama Alden Brawijaya, membuat hari Aderine terasa semakin panjang dan melelahkan.

Aderine menatap jam dinding yang melekat pada tembok bercat coklat muda di ruang keluarga rumahnya. Waktu masih menunjukkan pukul lima sore, itu tandanya sebentar lagi sosok laki-laki berwajah datar lengkap dengan aura dingin itu akan sampai di rumah. Ya, laki-laki yang dikenal dengan nama Sean Leonard, yang gadis itu maksud.

Setelah percakapannya minggu kemarin, sikap Sean sedikit berubah. Laki-laki es balok itu tak lagi sungkan untuk menyapa Aderine terlebih dahulu, ya meskipun sikapnya itu masih berbeda jauh saat di mana Sean akan mengajaknya ke gereja.

Waktu itu, sikap Sean benar-benar aneh. Seperti Bukan Sean saja. Barangkali karena memang laki-laki itu masih dirundung duka yang berkepanjangan. Biasanya, laki-laki setia memang seperti itu, golongan lelaki setia akan merasa sangat kehilangan saat wanita yang dicintainya pergi, lain halnya dengan lelaki hidung belang, hilang satu sudah buru-buru cari mangsa baru.

Entah mengapa, kebanyakan populasi manusia berjenis kelamin laki-laki di dunia ini, lebih banyak diisi dengan laki-laki tidak berperasaan, yang dengan seenak udelnya menyakiti wanita ketimbang laki-laki yang memiliki welas kasih terhadap sosok wanita yang mencintainya.

Ada yang lebih cantik, langsung berpaling, ada yang lebih molek langsung babar blas ora eling alias sama sekali tidak ingat. Namun, tidak jarang juga ada laki-laki yang benar-benar setia dan mencintai satu wanita―dalam lingkup asmara―di hidupnya. Contoh yang paling santer diberitakan, adalah kisah cinta Habibie Ainun. Sampai ajal menjemput Ibu Ainun, pun Bapak Habibie tetap setia mendampingi istrinya itu.

Merasa haus, Aderine segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Di dapur, Aderine melihat para pelayan rumahnya tengah mempersiapkan makan malam.

"Sore Bi Inah," sapa Aderine pada salah seorang asisten rumah tangganya yang tampak bingung mencari sesuatu. Bi Inah menghentikan aktivitasnya, mengalihkan atensinua pada Aderine, lantas balik menyapa majikannya itu.

"Eh, sore Non Aderine. Haus ya, Non? Saya buatin jus jeruk, ya?" Bi Inah menawari Aderine jus jeruk yang tinggal tuang dari teko ke dalam gelas.

"Nggak usah Bi, saya cuma mau ambil air putih aja. Bibi nggak usah repot-repot." Aderine tersenyum. "Nggak repot Non, kan cuma tinggal tuang. Sama aja kayak Non ngambil air putih," balas Bi Inah kemudian. Aderine terkekeh, menyadari apa yang ia ucapkan tadi.

"Iya Bi. Tapi mending nggak usah aja, lagian lebih sehat air putih, kan? Ngomong-ngomong, Bi Inah lagi cari apa?" Tanya Aderine pada sosok wanita paruh baya yang usianya sudah menginjak pertengahan lima puluh tahunan itu.

"Eh, itu Non, saya lagi nyari garam, lupa naruhnya di mana. Udah tanya ke pelayan lain, tapi mereka juga lupa naruhnya." Aderine mengangguk, gadis cantik itu berusaha mengingat di mana tadi malam ia meletakkan garamnya.

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan Aderine bangun di tengah malam, dan dalam kondisi lapar yang mengharuskannya untuk memakan sesuatu. Tadi malam Aderine tidak membuat mie instan seperti biasanya, itu dikarenakan persediaan mienya yang telah habis. Hingga akhirnya gadis yang masih berusia duapuluh tahun itu, memutuskan untuk memasak nasi goreng.

Nasi goreng? Sebenarnya makanan itu tidak baik dikonsumsi saat malam hari. Bukan tanpa alasan, nasi goreng itu cenderung berminyak dan itu membuat lemak tertimbun dalam tubuh, apalagi jika memutuskan langsung tidur setelah memakannya. Biasanya, seseorang harus berjalan minimal duapuluh langkah, untuk mengurangi kemungkinan penimbunan lemaknya. Entah itu mitos atau fakta, tapi banyak perempuan yang mempercayai hal itu.

From Daddy Be Hubby [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang