Follow ig @delasinta_
***
"Ehm ... Dad, aku mau tanya. Apa boleh?"
"Tanya aja, kalau aku tahu jawabannya, aku pasti akan menjawabnya."
Dengan tatapannya yang saat ini sudah teralih pada Aderine, Sean menjawab. Seulas senyum yang sama sekali bukan kepribadian Sean, tampak terpatri pada wajah tampannya itu. Ah, Sean benar-benar berusaha merubah jati dirinya. Alasannya supaya tidak dianggap memanfaatkan keadaan, membuat laki-laki itu terus melakukan sandiwaranya. Entahlah sampai kapan ia melakukan itu. Tanpa Aderine sadari, ternyata jari-jemari Sean sudah bertautan dengan jari-jemarinya.
Aderine menghela napasnya, wanita itu masih belum menyadari kalau tangannya sudah berada dalam gengaman suaminya itu. Pikirannya sudah terpenuhi oleh keanehan-keanehan sikap Sean dari semalam, semenjak mereka melakukan kegiatan yang―ah, sepertinya tidak perlu dijelaskan karena itu tergolong kegiatan sensitif, yang seharusnya hanya diketahui oleh suami, istri, dan Tuhan saja.
"Apa maksud Daddy tadi siang?"
"Maksud Daddy yang mana, Sayang?"
Ah, bahkan laki-laki itu memanggil Aderine dengan panggilan 'sayang', yang ternyata sukses membuat kedua belah pipi Aderine bersemu. Gugup, Aderine menggigit bibirnya, membuat gerakan yang menunjukkan bahwa saat ini, ia tengah dalam fase salah tingkah, apalagi setelah menyadari tangannya digenggam oleh suaminya itu.
Melupakan fase salah tingkahnya, Aderine berusaha mengembalikan fokus pikirannya untuk mempertanyakan kembali kebingungan hatinya itu. Ia menarik gugup tangannya dari laki-laki yang saat ini tengah memamerkan seulas senyum menggoda ke arahnya itu.
Aderine fokus!
Aderine fokus!
Aderine fokus!
Berkali-kali Aderine berusaha menyugesti dirinya agar tidak memikirkan perlakuan Sean yang kelewat manis itu.
"Kok pipinya merah gitu? Baper ya sama aku? Kalau udah baper, bentar lagi pasti jatuh cinta. Iya, kan?" Sean kembali bersuara, ia mengedipkan sebelah matanya seolah menggoda Aderine. Meski begitu, hati Sean mengeluarkan umpatan, ia sedikit jijik dengan apa yang dirinya lakukan.
Aderine semakin salah tingkah dibuatnya. Ini kali pertama Aderine merasakan gejolak aneh di hatinya, atau ... barangkali dia pernah merasakan gejolak aneh itu namun ia tidak menyadarinya.
"Yah, istri aku yang cantik ini malah diem. Kita bicaranya sambil aku jalananin mobil ini aja ya? Kalau kita nggak jalan-jalan, takutnya mobil ini bakal ngalangin jalan, eh sebelum itu sabuk pengamannya di pasang dong. Atau mau aku yang pasangin?" Sean menatap lekat Aderine, bibirnya tersenyum simpul, senyum yang sebenarnya lebih terlihat seperti seringaian. Aderine menggeleng cepat, dan segera memakai sabuk pengamannya.
Aderine baru sadar, jika mobil suaminya masih terparkir di depan gerbang kampus. Kemudian, Aderine hanya mengangguk kaku tanpa mengeluarkan suaranya. Rupanya wanita itu masih merasa bingung dengan sikap suaminya yang tiba-tiba aneh itu.
Perlahan mobil yang dikendarai Sean itu pun melaju, membelah jalanan ibu kota yang tampak ramai karena sudah memasuki jam pulang kantor.
Aderine mulai menyadari sesuatu hal lagi, sosok Sean itu termasuk orang yang gila kerja. Sangat jarang ayah angkat yang sudah berstatus sebagai suaminya itu, pulang dari kantor sebelum pukul tujuh malam. Dan ini? Jangankan jam tujuh malam, jam kantor pun belum berakhir. Jam kantor biasanya akan berakhir pada pukul lima nanti, dan sekarang ini waktu masih menunjukkan pukul 04.48, Aderine juga yakin, membutuhkan waktu sedikitnya setengah jam―jika tidak terjadi kemacetan―untuk Sean sampai di kampusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daddy Be Hubby [Terbit]
Romance"A-aku ingin kalian menikah." Aderine Jiyana, tidak pernah menyangka akan berada di posisi itu. Saat di mana, Ibu angkatnya yang tengah meregang nyawa, meminta dirinya untuk menikah dengan laki-laki berperingai dingin dan selalu bersikap datar pada...