7. Mafia & Polisi

128 8 0
                                    

Dirumah mewah tepat dibagian teras, ada seseorang gadis yang datang kesana, dia datang sambil membawa botol bir dan sebuah gelas kearah meja itu, kemudian ia pun duduk dikursi. Tak lama kemudian, seseorang datang menghampiri gadis itu dan bersaut “Hey, apa kau akan terus-terusan seperti itu? Kau selalu saja tidak melakukan sesuatu dan hanya meminum bir konyolmu itu!?” dari kejauhan.

Gadis itu tersenyum sinis. “Ck, aku akan melakukannya. Tenanglah dan tidak perlu khawatir, bodoh sekali!” Gumam santainya yang menuangkan air dari botol bir kedalam gelas kemudian meminumnya dengan santai. Sementara pria itu menghentikan langkahnya dihadapan sang gadis kemudian duduk dihadapannya, gadis itu menyisakan sedikit air bir dalam gelas, ia meletakkan kembali gelas itu dimeja. “Hmmm, hari ini aku akan mengusir Anjing-anjing itu dari kandangnya. Aku penasaran bagaimana reaksi mereka ketika aku datang ke perusahaan itu nanti, karena aku ingin mengambil kembali apa yang mereka curi dariku.” Sambungnya sambil mengaduk minuman tersebut dengan jari telunjuknya.

“Apa yang harus kau lakukan untuk itu? Apakah kau melakukannya dengan bir yang telah kau racuni itu padanya?” Tanya pria itu tersenyum.

“Kita melakukan penyerangan, aku yakin dia pasti akan menghubungi polisi... Dan polisi itu akan datang bersama saudara kembarku, Parwati..” Ujarnya kemudian meminum bir lagi lalu meletakkannya kembali. “Aku tahu, kita akan berhasil jika aku bisa menembak Parwati. Dia akan menyerah.” Sambungnya tersenyum.

Pria itupun tersenyum selebar mungkin karena perkataan gadis yang ada dihadapannya. “Bravo, Khusi!” Serunya memuji gadis itu yang ternyata bernama Khusi, sementara Khusi tersenyum juga atas pujian dari sang pria.

“Thank you.” Balas Khusi.

••••

Sementara dikampus, para mahasiswa berdatangan satu persatu kekampus itu untuk melakukan tugas piket yang diberikan oleh gurunya masing-masing. Sedangkan Geet yang mencangkul tanah didekat gerbang, tak lama kemudian sebuah mobil hitam pun berhenti didepan gerbang. Geet menoleh terhadap mobil itu. “Syukurlah, orang konyol itu akhirnya datang juga.” Gumam Geet menggerutu sambil bernafas lega, kemudian pria itu turun dari mobilnya dan menghampiri gadis itu.

Pria itu tersenyum jahil ketika melihat Geet sedang mencangkul tanah. “Hey Geet! Kau lumayan keren! Lakukan itu setiap hari kalau perlu, supaya kau lebih keren lagi!” Sahutnya terkekeh.

Geet merasa kesal dan meletakkan cangkul itu ditanah dengan kasarnya, kemudian memandang pria itu. “Ah, ayolah Rishab.. Apa kau sudah pernah melihatku melempar cangkul ini mengenai kepalamu!? Hah!” Ketus Geet, sementara Rishab tertawa sejenak. “Sebaiknya bantulah aku!” Sambung gadis itu ketus, tapi pria itu tetap tertawa. “Cepat!” Bentak Geet pada pria itu.

Rishab membulatkan matanya sambil tersenyum menyeringai. “Baiklah, baik..” Turut pria itu dan memaksa mengambil cangkul itu dari tangan Geet sambil bilang “Sini cangkulnya!” pada Geet, gadis itu merasa kesal dan membiarkan Rishab mengambil cangkul itu kemudian mencangkul tanahnya, sedangkan Geet mengambil bunga yang masih di pot tak jauh dari Rishab.

••••

Sedangkan dirumah susun sederhana, Laksh berjalan kearah mobil sambil memanggil Ragini. “Ragini, ayo!” Sautnya yang membuka pintu mobil.

Ragini pun keluar dari rumahnya dengan raut wajah yang tak semangat, kakinya melangkah kearah mobil Laksh. “Aku sudah siap, ayo..” Ujar Ragini lesu.

Sementara Laksh memperhatikan raut Ragini yang kurang semangat, kemudian memegang kedua pipi gadis itu. “Tenanglah, semua akan baik-baik saja.” Hiburnya tersenyum. “Kita akan melakukannya untuk membebaskan Swara, aku adalah sahabatmu.. Aku akan selalu ada untukmu dan untuk mereka, sahabat-sahabat kita.” Sambungnya menjelaskan, tapi gadis itu hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, Laksh tersenyum dan tangannya mengarah ke dagu gadis itu kemudian mengarahkan kepandangannya. “Tatap aku..” Lirihnya, sementara gadis itu hanya diam menatapnya, hati Ragini begitu berdebar-debar ketika ia memandang pria yang ia sukai sejak sekolah menengah pertama. “Apa kau mengerti akan apa yang kujelaskan tadi?” Tanya Laksh.

EternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang