Giant Maiden

200 14 1
                                    

Adzima pov

Falco:"anggota selanjutnya adalah perempuan yang dapat mengubah bagian ukuran tubuhnya sesuai dengan keinginannya"
Adzima:"apakah perempuan itu mempunyai hubungan denganku?"
Falco:"kenapa kamu menanyakan itu?"
Adzima:"karena kamu bilang kamu hanya membutuhkanku untuk mengajak yang satu ini"
Falco:"iya, kalian saling mengenal"
Adzima:'kira kira siapa ya?'
Adzima:"jadi, ada dimana dia?"
Falco:"Kyoto"
Kamipun lalu menuju ke garasi.
Adzima:"Dit, kami berangkat dulu ya"
Adit:"baik, berhati hatilah"

Kami kemudian langsung berangkat ke Kyoto. Tapi anehnya terowongan yang tadi kami lewati untuk pergi ke kerajaan lukisan menghilang dan berubah menjadi sebuah kaca yang memperlihatkan pemandangan jalanan kota. Falco mengemudi tepat kearah kaca itu dan kamipun sampai di Kyoto. Saat kami sampai di Kyoto tiba tiba ada penduduk setempat yang berdiri di tengah jalan di depan kami. Kami terkejut dan Falco langsung dengan cepat memutar setir untuk menghindari orang itu.
Adzima:"fiuh tadi itu hampir saja"
Adzima:"Falco, apa akan baik baik saja meninggalkan Adit sendirian di markas?"
Falco:"tenang saja, markas itu aman kok"
Adzima:"itu bukanlah hal yang aku cemaskan"
Adzima:"aku takut Adit justru melakukan sesuatu pada markasmu"
Falco:"tenang saja, jangan lupa kalau dia adalah seorang Raja, jadi dia bisa menjaga kelakuannya"
Adzima:"sepertinya kamu benar, jadi kita akan mulai mencari perempuan itu dari mana?"

Falco:"God Eye menunjukan kalau perempuan itu sedang berada di sel isolasi"
Adzima:"sel isolasi?"
Adzima:"apakah dia seorang penjahat?"
Falco:"dia pasti punya alasan tersendiri kenapa dia sampai berada disana"
Adzima:"ngomong ngomong, aku tidak ingat aku punya kenalan di Kyoto"
Falco:"itu sepertinya karena kalian sudah tidak pernah saling menghubungi satu sama lain lagi"
Adzima:"darimana kamu tau?"
Falco:"kamu terkejut saat melihat Raja Adit"
Adzima:"alasan yang bagus"

Kami pun akhirnya sampai di sebuah penjara.
Adzima:"bagaimana cara kita masuk ke dalam penjara ini?"
Adzima:'aku merasa itu adalah kalimat teraneh yang pernah kukatakan'
Falco:"kita tidak perlu masuk, sel isolasinya ada di bangunan lain"
Adzim:"lalu apa yang kita lakukan disini?"
Falco lalu menempelkan sesuatu di dinding penjara.
Adzima:"apa itu?"
Falco:"alat untuk meretas sistem penjara"

Aku tidak begitu paham tapi apapun itu aku rasa itu keren. Kami kembali masuk ke dalam mobil lalu kami pergi ke sebuah tempat yang sangat terpencil dan berada cukup jauh dari penjara tadi. Hanya ada sebuah bangunan kecil di tempat ini. Aku rasa bangunan itu adalah sel isolasi. Kami mendekati sel itu, Falco lalu memeriksa pintu sel itu, dia juga mencoba mengetuk pintu itu.
Falco:"pintu ini sepertinya cukup tebal dan kuat"
Adzima:"itu bukan masalah"
Aku lalu membuat tangan tanah yang cukul besar, lalu aku menarik paksa pintu itu hingga akhirnya terlepas.
Adzima:"bagaimana?"
Falco:"sebenarnya aku bisa mengakses server penjara untuk membuka pintu itu"
Adzima:"ups, maaf"
Falco:"untunglah aku telah mematikan seluruh alarm di tempat ini"

Kami kemudian masuk kedalam sel itu dan kamu melihat ada seorang perempuan yang sedang duduk di ujung ruangan. Perempuan itu dengan cepat langsung berbalik sambil mengepalkan tangannya. Semakin lama tangannya semakin membesar dan menuju kearah kami. Aku bersiap untuk menahan serangan itu, tapi Falco menghentikanku. Falco terlihat sangat tenang, padahal dia berdiri didepanku. Tangan itu semakin mendekat, namun berhenti tepat di depan wajahnya Falco. Lalu aku mendengar suara perempuan itu.
???:"Adzima?"

Ternyata benar perempuan itu mengenaliku, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena sel ini cukup gelap dan terhalangi oleh tanganya yang membesar itu. Tangan dari perempuan itu mulai mengecil. Setelah tangan perempuan itu kembali ke ukuran normal akhirnya aku dapat melihat wajah perempuan itu, dan aku tidak percaya apa yang aku lihat. Perempuan itu adalah sahabat lamaku.
Adzima:"Qori"
Aku langsung berlari kearahnya dan langsung memeluknya.
Adzima:"Qori, sudah lama tidak bertemu"
Adzima:"aku merindukanmu"
Qori kemudian membalas pelukanku.
Qori:"aku juga merindukanmu, tapi apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?"
Adzima:"kami sedang mengumpulkan orang orang yang memiliki kekuatan melebihi manusia biasa untuk menyelamatkan dunia, maukah kamu bergabung"
Qori:"dengan senang hati"

Adzima:"ngomong ngomong apa yang kamu lakukan sampai kamu harus berada di sel isolasi"
Qori:"aku tidak melakukan apapun, justru aku sengaja mengunci diriku di dalam sini karena aku tidak mau menyakiti para penduduk"
Qori:"para Pemangsa Jiwa juga tidak bisa masuk ke dalam sel ini"
Adzima:"owh"
Qori:"Dzim, saat kamu bilang 'kami' maksudmu kamu dan pria itu"
Adzima:"owh iya, nama dia Falco"
Sejujurnya untuk sesaat aku lupa kalo Falco juga ada disini. Aku lalu berbalik dan melihat Falco sedang santai bersender di tembok sambil bermain dengan ponselnya.
Falco:"hum? Udah selesai reuniannya?"
Adzima:"Falco maaf aku lupa tentang kamu"
Falco:"santai saja"

Falco lalu berjalan kearah kami dan menjulurkan tangannya ke Qori.
Falco:"hi, aku Falco"
Qori menjabat tangan Falco.
Qori:"namaku Qori"
Falco:"baiklah, ayo kita kembali"
Kami kemudian keluar dari sel itu. Tapi ketika kami keluar, kami melihat para penduduk sedang berlari kearah kami.
Adzima:"sial, bagaimana mereka bisa menemukan kita?"
Qori menghembuskan nafas dan meregangkan tangannya.
Qori:"sebenarnya aku tidak ingin bertarung, tapi tidak ada pilihan lain"
Aku juga mempersiapkan diri untuk bertarung, Sedangkan Falco malah memeriksa tanah.
Adzima:"kamu ngapain?"
Dia tidak menjawabku dan hanya bergumam.
Falco:"sepertinya ini bagus"

Dia kemudian berdiri.
Falco:"Adzima, bisakah kamu membuat lubang yang cukup dalam di depanku?"
Falco:"tapi tinggalkan tanah bagian atasnya"
Adzima:"um baik?"
Aku bingung dengan apa yang ingin dilakukan Falco, tapi aku tetap melakukannya.
Adzima:"sudah"
Karena dibuat bingung oleh kelakuannya Falco, kami tidak menyadari kalau para penduduk sudah tepat berada di depan kami.

Falco:"Qori, hentakan kakimu ke tanah sekuat mungkin"
Qori menghentakan kakinya ke tanah dan semua penduduk terjerembab ke lubang yang aku buat.
Qori:"owh"
Aku kemudian melihat lubang itu dan ternyata.
Adzima:"maaf, sepertinya aku membuat lubang itu terlalu luas"
Falco:"tenang saja, kan ada dia"
Jempol Falco menunjuk ke Qori.
Qori:"iya Dzim, kan ada aku"
Qori lalu membesarkan diri dan membawa kami di tangannya.
Setelah itu kamipun kembali ke markas. Di markas aku melihat Adit sedang menggambar diatas sofa.
Adit:"selamat datang kembali"

Adit mengangkat kepalanya dan dia menyadari kalau ada Qori.
Adit:"owh hi Qori, jadi kamu perempuan yang mereka cari"
Qori:"Adit, jadi kamu juga ada disini"
Falco:"bagaimana istirahat anda yang mulia"
Adit:"bukankah sudah kubilang untuk memanggilku Adit saja, dan aku sudah cukup beristirahat"
Falco:"maaf Adit"
Qori berbisik kearahku
Qori:"apakah dia baru saja memanggil Adit dengan sebutan yang mulia?"
Adzima:"owh iya, percaya atau tidak, sekarang Adit adalah Raja dari Kerajaan Seni"
Qori:"huh, serius?"
Adzima:"sama sepertimu, awalnya aku juga terkejut"
Adzima:"tapi, disaat yang seperti ini, aku rasa apapun bisa terjadi"
Qori:"kamu benar"
Falco lalu melihat kearah kami.
Falco:"kalian berdua kemarilah"
Falco:"selanjutnya kita akan pergi ke London"

DestiniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang