Animals Instinc

111 5 0
                                    

Adzima pov

Saat sudah berada di markas, Qori menanyakan kenapa aku tidak memberitau Falco.
Qori:"Dzim, kenapa kamu tidak memberitau Falco tentang kekuatannya?"
Adzima:"aku tidak tau, aku merasa kalau aku sangat ingin kalau dia tidak tau"
Adzima:"apalagi kekuatan itu terlihat sangat berbahaya dan menakutkan"
Ina kemudian mendekat kearah kami dan bertanya.
Ina:"kenapa kalian berbisik bisik?"
Kami lalu menceritakan ke Ina tentang apa yang terjadi di Atlantis.
Adzima:"jangan ceritakan hal ini pada siapapun, terutama Falco"
Ina:"kenapa kamu tidak ingin Falco tau tentang ini?"
Falco:"tidak ingin aku tau tentang apa?"
Falco tiba tiba muncul didekat kami dan membuat kami terkejut.

Adzima, Ina, Qori:"JANGAN MUNCUL SECARA TIBA TIBA!!!"
Falco:"maaf maaf"
Falco:"jadi, tidak ingin aku tau tentang apa?"
Adzima:"ini rahasia perempuan, jadi kamu tidak perlu tau"
Falco:"baiklah"
Falco:"cepatlah berkumpul, kita akan segera membahas tentang anggota selanjutnya"
Kami semua lalu berkumpul di meja hologram di tengah ruangan.
Adzima:"jadi, kemana kita akan pergi?"
Falco:"hutan hujan Amazon"
Falco lalu melihat kearah Dwiyan.
Falco:"Dwiyan, bisakah kamu bicara dengan ikan?"
Dwiyan:"bisa, kenapa memangnya?"
Falco:"kita akan membutuhkan kemampuan itu nanti"

Setelah itu kami naik perahu untuk pergi ke Amazon. Kami sudah sampai di Amazon, kami berjalan menyusuri hutan yang becek dan lembab, ada banyak suara hewan di sekeliling kami. Fian dan Adit sedang menepuk nyamuk yang menggigit mereka.
Fian:"banyak amat nyamuknya"
Adit:"iya nih, aku pake pakaian pendek juga"
Qori:"namanya juga hutan, maklumi saja"
Adit:"iya sih, tapi memangnya siapa yang tinggal dihutan seperti ini"
Ina:"banyak hewan tinggal dihutan yang seperti ini Dit"
Adit:"tidak, maksudku orang, memangnya kita mau mencari hewan?"
Adit:"Falco?"
Falco:"kita memang mencari hewan kok"
Adit:"tuh kan....... tunggu? Apa?"
Falco:"beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak yang terkena penyakit berbahaya, tidak ada satupun dokter yang bisa menyembuhkan anak itu"

Fian:"kenapa pembahasan soal hewan bisa nyambung ke anak yang sakit?"
Falco:"dengarkan dulu"
Falco:"ayah dari anak itu hampir putus asa, kemudian dia menemukan sebuah solusi, ayah anak itu menemukan kalau gen dari monyet hijau bisa melawan penyakit itu"
Falco:"ayah anak itu kemudian menyuntikan gen dari monyet hijau ke anaknya, dan ternyata berhasil"
Falco:"tapi ternyata gen monyet itu terlalu kuat, dan memutasi gen milik anak itu, membuat kulit dan rambut anak itu menjadi hijau, menguatkan insting anak itu, dan membuat anak itu dapat berubah menjadi hewan apapun yang dia mau"
All:"woah"
Falco:"tapi karena itulah dia jadi sulit diterima oleh masyarakat, dan dia memutuskan untuk pergi ke Amazon ini"

Adzima:"itu cukup menyedihkan"
Falco:"iya aku setuju"
Falco:"sepertinya aku sudah cukup mengulur waktu, bisakah kamu keluar?"
"Roar" kami tiba tiba mendengar suara raungan dari balik semak semak.
Adzima:"kalian dengar itu?"
Fian:"iya, itu seperti raungan harimau"
Falco mendekati semak semak itu, kemudian ada singa berwarna hijau yang melompat dan menindih Falco. Falco langsung menahan mulut dari singa itu.
Falco:"itu aneh, seharusnya tidak ada singa yang berwarna hijau"
Falco:"bahkan seharusnya tidak ada singa di Amazon"
Falco lalu tersenyum.

Falco:"benarkan? Anak dalam cerita"
Adzim:'jadi singa itu adalah anak yang diceritakan Falco tadi?'
Singa itu kemudian terlihat takut lalu berlari kearah sungai, dan berubah menjadi ikan. Falco lalu dengan santainya kembali berdiri seperti tidak terjadi apa apa.
Falco:"Dwiyan, bisakah kamu meminta ikan ikan yang ada di sungai untuk mengepung dia?"
Dwiyan:"baik"
Dwiyan lalu berbicara pada ikan ikan itu menggunakan telepati.
Dwiyan:"sudah"
Falco lalu berjongkok di tepi sungai sambil melihat kearah ikan yang berwarna hijau tadi.

Falco:"tenanglah kawan, kami tidak akan menyakitimu, kami bukanlah musuhmu"
Falco:"dunia sedang berada diambang kehancuran"
Falco:"dan kami membutuhkan bantuanmu untuk menyelamatkan dunia ini"
Falco:"maukah kamu membantu kami"
Falco:"Elyas?"
Ikan itu kemudian berubah menjadi manusia, dan ternyata dia adalah Elyas. Elyas memperhatikan Falco dengan ekspresi ketakutan.
Elyas:"bagaimana kamu bisa tau namaku?"
Elyas:"siapa kalian ini sebenarnya?"
Dwiyan:"kamu tidak mengingat kami? Aku Dwiyan"
Elyas:"Dwiyan?"
Elyas langsung senang saat melihat Dwiyan, dan langsung berdiri disamping Dwiyan.
Elyas:"aku mengingat kalian teman teman"
Elyas lalu menunjuk kearah Falco.
Elyas:"tapi siapa dia?"
Sebelum Falco menjawabnya, Fian terlebih dulu menjawabnya.
Fian:"owh"
Fian:"dia adalah... "
...
...
...
Fian:"pujaan hatinya Adzima"
Setelah itu Fian tertawa dan kami melihat dia dengan tatapan datar.
Artha:"gak lucu Fian"
Dwiyan:"dia benar, ini bukan waktunya untuk bercanda"
Adit:"sepertinya kita harus cepat cepat mencarikanmu pasangan kawan"
Fian:"maaf maaf"
Falco:"aku Falco"
Falco mengulurkan tangannya ke Elyas. Namun Elyas sedikit mundur dan ketakutan.
Falco:"tidak perlu takut padaku, aku bukanlah musuhmu"
Falco lalu tersenyum, senyuman yang sangat ramah dan hangat. Senyuman yang sangat indah. Senyuman yang........

Qori:"Dzim, kamu menggumamkan isi pikiranmu"
Aku terkejut, dan mukaku langsung memerah lalu akupun memalingkan mukaku. Senyumannya Falco membuat rasa takut Elyas menghilang, dan Elyas menjabat tanggan Falco.
Elyas:"namaku Elyas, tapi sepertinya kamu sudah tau namaku, salam kenal"
Setelah bersalaman, tiba tiba Falco, Elyas, Dwiyan dan Artha menjadi bersiaga dan memperhatikan sekitar. Falco bahkan mengaktifkan maskernya.
Falco:"bersiaplah"
Ina:"memangnya ada apa?"
Belum sempat ada yang menjawab pertanyaan Ina, tiba tiba suasana sekitar menjadi sangat dingin, dan kami tau apa artinya itu. Kami semua ikut bersiaga, namun tiba tiba."Duuut" Fian pun buang angin, dan kami kembali memarahinya.

Adzima:"Fian! ini bukan waktunya untuk bercanda"
Fian:"maaf, kali ini aku benar benar tidak sengaja"
Falco lalu menodongkan pistolnya kearah Fian.
Adzima:"tunggu, Falco, Fian bilang dia tidak sengaja"
Fian:"itu benar kawan, aku benar benar minta maaf"
Tapi Falco tidak peduli, dan dia tetap menembak. Tapi ternyata dia tidak menembak Fian, melainkan dia menembak Pemangsa Jiwa yang berada di belakang Fian.
Fian:"woah, kamu menakutiku tadi"
Tiba tiba ada banyak sekali Pemangsa Jiwa yang muncul setelah itu.

Falco:"sial, kembali ke perahu"
Adit:"tapi kita bisa melawan mereka"
Falco:"jika mereka menghancurkan perahu, maka kita tidak akan bisa kembali ke markas"
Kami pun langsung bergegas kembali ke perahu, dan saat kami sampai, ada beberapa Pemangsa Jiwa yang mencoba menyerang perahu. Kami mengalahkan para Pemangsa Jiwa itu dengan cepat kemudian naik ke perahu. Falco mengemudikan perahu sedangkan yang lainya melindungi perahu dari para Pemangsa Jiwa yang masih mencoba menyerang perahu. Setelah cukup lama melindungi perahu, akhirnya kami sampai di lautan bebas, dan berhasil lolos dari para Dementor. Setelah itu kami kembali ke markas.

DestiniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang