Cat Burglar

119 4 1
                                    

Adzima pov

Falco:"hari ini kita akan ke kota Pembangkang"
Setelah mendengar nama kota itu, moodku langsung turun, dan akupun langsung murung, Falco menyadari itu dan bertanya padaku.
Falco:"ada apa Adzima?"
Adzima:"tidak, tidak ada apa apa"
Adzima:'jika kita pergi kesana, ada kemungkinan kalau anggota yang akan kami cari adalah dia, semoga dia mau mendengarkan'
Adzima:"hanya saja, bukankah kota itu adalah kota para pencuri dan penjahat?"
Fian:"bagaimana kamu tau Dzim?"
Adzima:"aku pernah kesana"
Ina:"apa yang kamu lakukan disana?"
Aku tidak menjawab pertanyaannya Ina dan menundukan kepalaku.
Falco:"tidak perlu banyak bertanya, ayo kita segera berangkat"
Kamipun lalu berangkat ke kota itu. Di perjalanan, Falco kembali bertanya tentang keadaanku.

Falco:"apa kamu benar benar baik baik saja? Kamu dari tadi terlihat murung"
Falco:"jika kamu ingin bercerita, aku siap mendengarkan kok"
Adzima:"tidak perlu, nanti juga kamu pasti tau alasanya"
Tak butuh waktu lama, kamipun sampai di kota pembangkang. Kota yang terlihat sangat kumuh dan kotor, sangat cocok dengan julukannya sebagai kota para penjahat. Aku sangat tidak suka berada di kota ini. Saat kami sampai di kota ini, kami disambut oleh seseorang, dan aku melihat kalau jam tanganku sudah hilang. Orang yang menyambut kami dan berdiri di depan kami adalah Hilda.
Hilda:"selamat datang di kota Pembangkang"
Kami melihat dia membawa jam tanganku dan barang barang berharga milik teman teman yang lain.

Hilda:"waw, jam tangan ini sepertinya sangat mahal, begitu juga dengan ponsel dan gelang ini"
Adzima:"Hilda"
Dia lalu melihatku dan menghela nafas.
Hilda:"Adzima, sudah kubilang aku tidak mau ikut denganmu, dan sekarang kamu malah membawa teman teman yang lain untuk membujuku?"
Adzima:"tapi Hilda...... "
Hilda:"sudah kubilang aku tidak mau Dzim, ada yang harus aku lindungi di tempat ini"
Hilda:"kalian kembalilah, aku tidak akan ikut dengan kalian"
Hilda:"selamat tinggal"
Hilda lalu melempar bom asap dan langsung menghilang. Setelah Hilda pergi, akupun langsung menangis ditempat.
Ina:"Dzim, tadi Hilda? Kenapa Hilda jadi seperti itu?"
Elsa:"iya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia menjadi pencuri?"

Adzima:"ya memang begitulah, setelah kita semua berpisah, dia pergi lalu tinggal di kota ini"
Adzima:"aku pernah membujuknya untuk berhenti dan ikut denganku, tapi dia menolak dan lebih memilih tinggal ditempat ini"
Fian:"jadi itu alasan kenapa kamu pernah kesini?"
Aku tidak menjawabnya dan melanjutkan tangisanku.
Qori:"jangan menangis Dzim, ini bukan salahmu, kita pasti akan membawa dia kembali"
Adzima:"tapi bagaimana? Kita bahkan tidak tau dia pergi kemana, dan semua barang kita sudah dirampas olehnya"
Falco:"Adzima, apa kamu ingin tau alasan dia melakukan ini?"
Adzima:"huh?"
Falco:"jika kita mengikutinya, kita akan tau apa alasan dia menjadi pencuri"

Adzima:"tapi bagaimana caranya?"
Falco tersenyum dan menekan kacamatanya.
Falco:"kacamataku adalah smartglass, dan aku telah meletakan pelacak di semua barangku"
Mendengar itu akupun langsung bersemangat.
Adzima:"jadi kita bisa melacaknya, Falco kamu jenius"
Adzima:"jadi kemana dia?"
Falco:"ikuti aku"
Kami lalu mengikuti Falco ketempat Hilda berada. Cukup lama kami berjalan, Falco berhenti didekat sebuah gudang tua yang tak terurus.
Falco:"sepertinya dia ada didalam"
Aku langsung berlari kedalam, tapi Falco menahanku.
Falco:"tunggu dulu Adzima"
Falco:"Fian, bisakah kamu tetap diluar dan memeriksa sekitar?"
Falco:"Adit juga, tetaplah diluar dan periksa sekeliling dari udara"
Falco:"untunglah interkom kita tidak diambil, jadi kita masih bisa berkomunikasi"
Adit & Fian:"baik bos"

Adit menggambar sebuah burung, lalu dia terbang dan memeriksa dari atas, sedangkan Fian sudah berteleportasi ke suatu tempat.
Falco:"Ina bisakah kamu menyembunyikan kami semua?"
Ina:"bisa"
Ina lalu membuat kubah tembus pandang untuk menyembunyikan kami semua. Kami lalu masuk kedalam gudang itu, dan aku melihat Hilda sedang berbicara dengan beberapa anak kecil.
Hilda:"lihat anak anak, kakak dapet banyak barang barang bagus, kalo kita jual, kita pasti bisa beli makanan"
Anak anak:"yeyy, terima kasih kak"
Anak anak itu lalu memeluk Hilda. Melihat itu, aku tidak bisa menahan emosiku, dan sangat ingin lari dan memeluk Hilda, tapi Falco menahanku. Fian dan Adit lalu melapor dari interkom.
Fian:'gedung gedung di sekitar gudang semuanya kosong dan aman'
Adit:'keadaan dari atas juga aman semua'
Falco:'baik, tetaplah waspada'
Adit & Fian:'siap bos'

Falco lalu melepaskanku, dan aku langsung berlari dan memeluk Hilda.
Hilda:"Adzima, bagaimana kalian bisa sampai disini?"
Aku menangis terharu saat memeluk Hilda.
Adzima:"jadi mereka yang ingin kamu lindungi"
Hilda:"itu benar, aku ingin sekali melindungi mereka, aku tidak ingin mereka menjadi pencuri saat dewasa nanti"
Adzima:"sudah kuduga kalau kamu itu adalah perempuan yang baik Hilda"
Hilda:"terima kasih dan maaf"
Falco:"meskipun tujuanmu baik, tapi caramu itu salah"
Hilda:"apa maksudmu?"
Falco:"kamu tidak ingin mereka jadi pencuri, tapi kamu melindungi mereka dengan cara mencuri, saat dewasa mereka pasti akan menirumu dan menjadi pencuri sama sepertimu"
Hilda:"terus aku harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan?"
Falco:"bawa mereka pergi dari kota ini"

Hilda:"aku tidak punya cukup uang untuk menyewa tempat tinggal"
Falco:"bergabunglah dengan kami"
Falco:"jika kamu bergabung dengan kami, aku janji akan memberika anak anak ini tempat tinggal, dan tempat belajar yang layak"
Falco:"walaupun kamu menolak, aku akan tetap membawa mereka, karena mereka berhak mendapatkan yang lebih baik"
Hilda:"apakah kamu berjanji?"
Falco:"aku berjanji"
Falco:"tapi untuk saat ini mereka lebih baik tinggal di markasku terlebih dahulu, hingga kita bisa mengalahkan Zalgo"
Hilda:"baiklah"
Fian dan Adit kembali menghubungi kami melalui interkom.

Fian:'kita ada tamu, para Pemangsa Jiwa datang'
Hilda:"ada apa?"
Falco:"para Pemangsa Jiwa datang, bisakah kamu mengembalikan alat alatku?"
Hilda:"iya maaf"
Hilda lalu mengembalikan semua barang barang kami.
Falco:"Ina, Hilda, tetap disini dan lindungi anak anak"
Falco:"sedangkan yang lain, kita lawan para Pemangsa Jiwa diluar"
Ina:"baik"
Hilda:"tidak, aku akan ikut membantumu"
Falco:"kalau begitu, Galuh kamu tetap disini dan bantu Ina"
Galuh mengangguk dan kami semua lalu keluar, diluar Adit dan Fian, sudah melawan para Dementor, kami langsung bergegas membantu mereka. Tak perlu waktu lama, para Pemangsa Jiwa itu kalah, dan kamipun kembali ke markas. Saat sampai di markas, Falco langsung pergi ke dapur dan mulai memasak. Kami menghirup aroma masakannya, begitu menggoda.

Artha:"dia juga bisa masak?"
Dwiyan:"sebenarnya apa sih yang dia tidak bisa"
Setelah selesai memasak, dia membawa beberapa piring berisi makanan, lalu memberikannya kepada anak anak dengan senyuman.
Falco:"ini makanlah, kalian pasti laparkan?"
Anak anak:"terima kasih kak"
Anak anak itu langsung menyantap makanan yang telah dihidangkan Falco dengan lahap. Kami semua tersenyum melihat itu.
Anak anak:"woah masakan kakak enak sekali"
Falco:"terima kasih"
Karena masakan yang dibuat oleh Falco terlihat enak, perut kami jadi berbunyi.

Falco:"kalian kalau mau makan ambil aja di dapur, masih banyak kok"
Adzima:'ambilin dong, hehe, bercanda'
Kami semua lalu pergi ke dapur untuk mengambil masakannya Falco, dan kami makan di meja makan panjang didapur, dan waw ternyata makanan ini benar benar enak.
Adzima:"Falco ini benar benar enak"
Ina:"iya, tidak aku sangka kalau kamu pinter masak"
Hilda:"ini makanan terbaik yang pernah aku rasakan"
Falco:"terima kasih"
Setelah itu Falco lalu pergi ke komputer besar miliknya dan terlihat tertekan. Aku bicara dengan yang lainnya.

Adzima:"aku khawatir padanya"
Adzima:"terakhir dia makan itu di Atlantis, dan itu sudah beberapa hari yang lalu"
Fian:"itupun juga karena kamu paksa Dzim"
Adzima:"aku akan mencoba bicara padanya"
Saat aku mendekatinya aku mendengar suara CRISH. CRISH adalah kecerdasan buatan milik Falco yang terpasang dimarkas ini.
CRISH:"keberadaan tidak ditemukan"
Falco lalu memukul mejanya dengan cukup keras.
Falco:"sial, dimana mereka sebenarnya"
Adzima:"kamu baik baik saja?"
Falco:"iya, maaf jika aku membuatmu terkejut"
Adzima:"tidak apa apa, siapa yang sedang kamu cari?"
Falco:"ini bukan urusanmu, ini juga tidak ada hubungannya dengan kelompokmu"

Aku terkejut karena ini pertama kalinya dia menjawabku dengan nada dingin seperti itu.
Adzima:"um maksudmu kelompok kita?"
Falco:"sudahlah, kembalilah ke dapur dan nikmati makananmu"
Adzima:"apa kamu akan bergabung dengan kami, atau kamu mau aku bawakan makananmu kesini?"
Falco:"tidak butuh, aku tidak lapar"
Wow, dia terus menerus menjawab pertanyaanku dengan nada dingin, dan sejujurnya itu cukup menyakitkan untukku, sebaiknya aku membiarkan dia sendiri untuk sekarang.
Adzima:"baiklah kalau begitu"
Adzima:"maaf karena sudah mengganggumu"
Aku lalu kembali ke dapur dengan kepala tertunduk kebawah.

Fian:"aku ingin tanya bagaimana hasilnya, tapi melihatmu sepertinya hasilnya buruk"
Adzima:"sepertinya dia sedang ada masalah, lebih baik jangan ganggu dia dulu untuk sekarang"
Adzima:"dia bilang dia tidak ingin makan, dan sepertinya dia membenciku karena aku terus menganggunya"
Qori:"jangan murung begitu Dzim, aku yakin dia tidak membencimu kok"
Ina:"iya, kamu tadi bilang sendiri kan kalau dia sedang ada masalah"
Adzima:"aku harap kalian benar"
Setelah itu kami lanjut makan bersama.

DestiniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang