Green Lantern

84 4 0
                                    

Adzima pov

Kami semua berkumpul di meja hologram seperti biasa.
Falco:"ayo kita berangkat"
Falco:"untuk yang bisa terbang wajib ikut"
Setelah itu kami naik jet dan pergi ke sebuah kota di pegunungan. Saat kami sampai di kota itu, kami melihat para Pemangsa Jiwa sedang bertarung dengan seseorang yang mengeluarkan cahaya hijau. Falco kemudian meminta kami untuk membantu orang itu. 
Falco:"bantu dia"
All:"baik"
Kami lalu membantu orang itu untuk melawan para Pemangsa Jiwa, aku melihat orang itu bisa mengubah cahaya hijau yang keluar dari cincinnya menjadi apapun. Pemangsa Jiwa yang kami lawan cukup banyak, karena itulah kami juga membutuhkan waktu cukup lama. Saat kami selesai, orang itu kemudian menghilangkan topengnya, dan ternyata dia adalah Septian.
Septian:"pertama tama aku ucapkan terima kasih karena kalian telah membantuku"
Septian:"tapi, aku harus meminta kalian untuk pergi dari sini sekarang juga"
Fian:"Septian?"

Ina:"hei, apa seperti itu sikap yang kamu tunjukan kepada orang orang yang telah membantumu?"
Septian:"aku tidak peduli, aku sudah berterimakasih kepada kalian, dan aku juga tidak pernah meminta bantuan dari kalian"
Septian memunculkan kembali topengnya, lalu dia berbalik dan bersiap untuk terbang pergi.
Falco:"tunggu, bergabunglah dengan kami, kita bisa menyelamatkan bumi ini bersama sama"
Septian:"aku bisa menyelamatkan sektor ini sendirian"
Falco:"benarkah? Lalu kenapa kamu membiarkan para Pemangsa Jiwa itu untuk menguasai bumi dan merasuki para manusia"
Falco:"lagipula kamu bukanlah penjaga dari sektor ini"
Septian:"huft, kenapa aku harus bertemu orang yang sepertimu sih"
Septian:"baiklah aku akan bergabung dan membantu kalian"

Septian tersenyum dan tubuhnya makin lama semakin terangkat.
Septian:"tapi itu hanya jika kalian, bisa menangkapku"
Dia lalu langsung terbang menjauh dengan cepat. Anjas dan beberapa orang yang bisa terbang lainya langsung mengejar Septian, dan Adit menggambar beberapa burung untuk ditunggangi yang lainya. Kami lalu naik ke burung yang di gambar oleh Adit, namun Falco masih diam saja dan bergumam.
Falco:"huft harus mengejar ya?"
Falco:"kenapa kamu tidak diam dan mendengarkan saja sih"
Kami lalu meninggalkan Falco dan mengejar Septian. Tak lama kemudian Falco menyusul kami menggunakan jetnya. Kami berhasil mengejar Anjas dan yang lainya. Kami sedang diserang oleh Septian yang sedang menembakan cahaya hijau dari cincinnya untuk menghalangi kami.

Anjas:"hei, kau meminta kami untuk mengejarmu, lalu kenapa kau menyerang kami?"
Septian:"memangnya aku pernah bilang kalau ini akan mudah"
Walaupun Septian terus menembakan cahaya hijau kearah kami, aku menyadari sesuatu. Dia sama sekali tidak membidik kearah kami. Anjas menjadi kesal, lalu menembakan bola api kearah Septian. Septian membuat cahaya hijaunya menjadi tembok untuk menahan bola api itu.
Septian:"hei itu berbahaya"
Ina:"Anjas, tahan amarahmu"
Anjas:"habisnya dia membuatku kesal"

Septian lalu menembaki kami lagi, dan tanpa sengaja salah satu tembakannya mengenai burung yang aku naiki. Burung itu kemudian hancur, dan sebelum aku sadari, aku sudah meluncur jatuh dari ketinggian.
Septian:"sial"
All:"ADZIMA!!!"
Aku melihat semuanya langsung menukik untuk mengejarku. Tapi entah kenapa aku jatuh lebih cepat daripada mereka. Aku melihat Falco juga langsung melompat dari jetnya, dia lalu menangkap Septian terlebih dahulu, kemudian melemparkan dia kearah Adit dan dia menggunakan tubuh Septian untuk mempercepat dia jatuh.
Falco:"Adit, tangkap Septian"

Adit mengangguk dan menangkap Septian. Walaupun Falco melompat paling akhir, tapi dia yang paling cepat jatuhnya, tidak butuh waktu lama, dia berhasil menangkapku yang sepertinya sudah berada di ketinggian 100 meter diatas tanah. Falco langsung memelukku tepat setelah dia menangkapku, dia juga melindungi kepalaku dengan kepalanya untuk melindungiku dari benturan.
Falco:"persiapkan dirimu"
Tepat setelah itu, kamipun menghantam apapun yang berada dibawah kami. "byur" sensasi dingin langsung menyelimuti tubuhku. Ternyata kami mendarat di sebuah sungai yang cukup dalam. Kami lalu berenang ketepian, dan berbaring disana.

Falco:"itu tadi cukup menakutkan"
Adzima:"aku setuju"
Adzima:"ngomong ngomong, bagaimana keadaanmu?"
Falco:"sedikit pusing karena menghantam sungai tadi"
Falco:"tapi aku baik baik saja"
Adzima:"untunglah kita jatuh kesungai"
Adzima:"dan juga terima kasih"
Adzima:"kamu telah menyelamatkan nyawaku sekali lagi, bagaimana aku bisa membalasnya?"
Falco:"tidak perlu dipikirkan"
Falco:"tapi jika kamu ingin membalasnya, maka tetaplah hidup"
Falco:"itu adalah balasan yang aku inginkan"
Dia lalu melihat kearahku dan tersenyum. Wajahku tiba tiba menjadi hangat, dan aku menyadari kalau saat itu aku blushing dan aku langsung duduk. Tapi tak lama kemudian tubuhku gemetar.

Falco:"kamu kedinginan?"
Adzima:"iya, sedikit"
Lalu dia melakukan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan. Dia langsung memelukku lagi.
Falco:"kalo sekarang masih dingin gk"
Adzima:"eh aaaa unmnnn enggak"
Hal tersebut awalnya aku salting, tapi lama lama aku merasa nyaman. Aku lalu membalas pelukannya dan menyandarkan kepalaku di bahunya sambil memejamkan mataku.
Tak lama kemudian aku mendengar suara cekikikan teman teman yang lain.
Fian:"ehem, kayanya gaada gunanya kita mengkhawatirin mereka"
Adit:"iya nih, ternyata mereka malah mesra mesraan di sini"
Qori:"kalian berdua, jangan ngerusak momen ih"
Ina:"iya nih"
Aku kemudian menjawab mereka masih dengan keadaan mata tertutup, karena aku pikir itu hanya khayalanku.

Adzima:"berisik, pergi sana jangan ganggu!"
Mereka kemudian langsung tertawa terbahak bahak. Aku lalu terkejut dan langsung membuka mataku, dan aku melihat mereka semua berdiri dibelakang Falco sambil tertawa. Septian juga bersama mereka, tapi dia diikat oleh ular yang digambar Adit. Meskipun begitu dia juga ikut tertawa.
Elsa:"wih, ada yang gak mau diganggu nih"
Dwiyan:"iya nih, kita pergi aja yuk"
Adzima:"eh tunggu, maaf maaf, aku kira tadi kalian cuma khayalanku saja"
Artha:"wah kita cuma dianggep khayalan"
Riski:"gak heran sih, klo lagi cinta, dunia serasa milik berdua"
Aku lalu langsung menjauh dari Falco, dan aku cukup kagum karena pakaianku sudah kering.
Adzima:"bukan gitu ih"
Mereka kembali tertawa ketika melihat reaksiku.

Ina:"kami cuma bercanda kok Dzim"
Falco lalu berdiri dan bertanya kepada Septian.
Falco:"kami sudah menangkapmu, jadi maukah kamu membantu kami?"
Septian:"baiklah"
Septian lalu melihat kearahku.
Septian:"dan juga, Dzim, aku minta maaf, aku gak sengaja jatuhin kamu tadi"
Septian:"aku benar benar minta maaf, aku harap kamu bisa memaafkan aku"
Adzima:"gpp kok, lagipula aku juga baik baik saja"
Fian:"iya, dan kalo kamu gk jatuhin dia, dia gk mungkin bakalan pelukan ama Falco"
Adzima:"Fian, udah ih"
Mereka semua kemudian kembali tertawa melihat reaksiku, bahkan aku juga sempat melihat kalau Falco juga ikut tersenyum.

DestiniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang