You Know 04

114 18 0
                                    

Author POV

Setelah kepergian Emma, Dojun mendengus kesal. Dia menatap garang yeoja yang sekarang sudah duduk bersebrangan dengan Dojun dengan seringai penuh kemenangan.

"Aku tak menyangka semua akan sehebat ini. Woahhh daebak...." Dojun mengeluarkan eskpresi yang tak bisa diartikan, menatap remeh yeoja di depannya.

"Ahh tak rugi juga aku datang, bisa menghancurkan hubungan namja brengsek sepertimu membuat hatiku membaik. Ternyata bagus juga aku memenuhi undangannya." Mijin hanya tersenyum mengejek pada Dojun yang membuat namja itu mendidih, rasanya amarahnya sudah di ubun ubun dan akan meledak sebentar lagi.

"Tolonglah berkaca sedikit, kau yang berselingkuh dulu, bukan aku. Kau hanya yeoja jalang, bahkan cintaku tak panta untukmu, ara?!"

"Wow wow, relax man. Kau kira karna siapa aku begini huh? Kau yang tak pernah punya waktu untukku. Jangan salahkan aku bila aku akhirnya bersama laki laki lain."

"Ya sebut saja aku yang brengsek dan kau wanita jalang yang berkencan dengan sekretaris kekasihmu. Lebih baik kau pergi sekarang sebelum aku melemparmu ke jalanan."

Dan dengan itu sang mantan kekasih melenggang keluar dengan wajah menang, meninggalkan namja itu sendirian frustasi dalam ruangnnya.

Tangannya memegang ponselnya, dia ingin sekali menghubungi Emma, tapi apa daya dengan janji yang sudah dia buat dia tak mungkin melakukannya.

..........

Disisi lain Emma sedang duduk dalam mobil Sungjin tak bersuara hanya menitihkan air mata. Sungjin sesekali melirik ke arah Emma, dia ingin menenangkannya, tapi dia ingin memberi Emma waktu untuk lebih tenang dulu.

Sungjin memarkir mobilnya di sebuah taman. Dia membukakan Emma pintu dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Ayo turun tuan putri."

Dengan mata masih sembab Emma merai tangan itu dan dapat tersenyum sedikit. Mereka berjalan sebentar dan duduk di bangku taman yang kosong di bagian taman yang cukup sepi.

"Jadi.... 

Kenapa kau keluar dari kantor hyung sambil menangis? Apa dia melakukan sesuatu padamu?"

Emma, menarik nafas dalam, mengumpulkan tenaganya untuk menjelaskan semuanya.

"Sebenarnya, beberapa hari lalu Dojun oppa mengajakku pergi. Dan setelah mengobrol dia mengatakan hal hal manis dan....

Dia menciumku, dia mengatakan kalau dia mencintaiku." 

Sungjin memalingkan wajahnya, menahan perasaan sakit dan airmatanya.

"Lalu apa masalahnya? Bukankah berarti kalian sudah resmi berpacaran sekarang?" Sungjin masih memalingkan wajahnya.

"Mungkin itu masalahnya, dia hanya menyatakan tapi diantara kami tak ada kata-kata yang menandakan kami berpacara, kami hanya saling menyatakan perasaan tanpa ikatan kekasih.

Aku sekarang menjadi bingung kami sebenarnya apa? Dan saat aku mulai tak bisa jauh darinya tiba tiba dia menjauh, dia bahkan tak datang ke pameran dan tak menghubungiku semenjak itu.

Saat aku ke kantornya tadi, dia bilang dia sibuk. Tapi tak lama muncul wanita yang dia panggil Mijin dengan pakaian tak pantas dan duduk di pangkuan oppa, mereka juga terlihat dekat."

Emma mulai menangis lagi yang meembuat Sungjin semakin bingung di buatnya.

"Mijin? Dia itu mantan kekasih hyung saat dia masih di Amerika. Mereka sudah lama putus karena Mijin selingkuh dengan sekretaris hyung. Aku rasa mereka tak mungkin memiliki hubungan lagi. Lebih baik kau selesaikan kesalah pahaman ini dengan baik baik Emma, aku yakin hyung bukan orang seperti itu yang dengan mudahnya memainkan hati seorang yang dia sukai."

"Entahlah oppa, rasanya aku belum bisa menemuinya untuk sekarang. Rasanya adegan tadi masih terulang terus dikepalaku. Aku sunggu tak suka melihat hal tadi."

Sungjin menarik Emma dalam dekapannya, membelai lembut punggungnya mencoba meredakan tangisan Emma yang terlihat memilukan.

"Sudahlah, kalau kau merasa sedih atau merasa berat, oppa akan selalu ada untukmu. Sudah jangan menangsi lagi."

"Gomawo oppa, memang hanya kau yang selalu ada untukku dan mengerti aku."

"Kajja kita beli ice cream kesukaanmu."

.

.

"Woah, aku tak menyangka orang sepertimu bisa sekotor ini huh?"

Dojun menatap tak percaya dengan sosok di depannya yang tersenyum. Melihatnya tersenyum membuat Dojun semakin emosi, senyuman meremehkan dari orang ini sungguh menyebalkan.

"Ini bukan kotor, ini hal yang pantas kau dapatkan. Kau bahkan dulu tak segan menghancurkan orang lain demi kepuasanmu senndiri. Dan sekarang coba rasakan apa yang dulu aku rasakan.

Hyung"

.

.

.

tbc

[END] You Know I Love You || Dojoon The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang