Dojoon POV
Aku merasa desiran dingin di wajahku, serta terpaan sinar yang mengganggu tidurku. Ahh aku lupa menutup pintu semalam sepertinya. Tunggu kenapa tubuhku terasa dingin? Apa aku tidur topless lagi? Ya ampun.
Dengan malas aku membuka mata dan benar saja, bajuku sudah berada di lantai. Tapi saat aku melihat lagi kenapa kamarku sangat berantakan? Dan itu siapa? Ahh... Dia...
"Kenapa kau ada disini pagi-pagi sekali huh? Masih mau menggangguku lagi? Bahkan di pagi hari?"
"Santai lah hyung. Tak mungkin aku datang tanpa tujuan bukan? Tentu aku datang sepagi ini untuk melanjutkan rencanaku. Aku butuh lebih banyak drama untuk menjauhkan dirimu dari dia."
Aku tak mengerti dengan namja yang duduk dengan santainya di sofa kamarku itu, apa yang dia lakukan sebenarnya.
"Lebih baik hyung membersihkan diri. Sebelum ada yang datang."
"Kau terlalu berisik." Aku malas sekali melihatnya, jadi lebih baik aku menyiapkan sarapan sebelum pergi ke kantor.
Tak lama terdengar suara pintu tertutup. Baguslah kalau dia sudah pergi.
Aku mulai membuat sarapanku tentu masih dalam keadaan topless. Lagian untuk apa aku memakai baju kalau toh nanti harus mandi, lagi pula aku di apartemenku sendirikan?
*pip pip pip
*klek
Author POV
Dojun sudah menyangka, dia akan kembali lagi.
"Kenapa kembali apa kau meninggalkan barangmu huh? Bahkan kau bisa menggambilnya lagi nanti, kenapa harus kembali." Dojun berteriak dari arah dapur yang tak jauh dari pintu masuk.
Tanpa melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.
*tes
Dojun membelalakkan matanya saat dia melihat siapa yang ada di hadapannya.
"Em... Emma? Kenapa...." Emma yang ditemani Sungjin sekarang tengan berdiri di depannya dengan mata berair.
"Jadi benar apa yang orang itu kirimkan padaku?" Emma menunjuk tubuh Dojun yang di penuhi kissmark.
'Shit' Gumamnya dalam hati, dia tau ini ulah siapa.
"Emma, dengar dulu ini tak seperti yang kau pikirkan. Ini semua..."
"Apa! Memangnya apa yang aku pikirkan huh? Hahahaha, sudahlah oppa untuk apa kau menjelaskan semuanya, kita bahkan tak ada hubungan apapun bukan?"
Dojun terdiam, memang benar dengan bodohnya dia tak penah mengikat Emma dengan suatu hubungan yang jelas.
"Emma, kau tau kan aku tak mungkin melakukan ini. Memang kita tak memiliki ikatan jelas tapi kau tau kan aku mencintaimu?"
"Sudahlah oppa, aku memang bukan apa-apa dibanding dengan semua yeoja yang pernah kau kencani. Aku pergi. Dan tolong jangan hubungi aku lagi."
"Emma tunggu..." Sungjin mengejar Emma yang berlari keluar. Meninggalkan Dojun yang lagi-lagi tak tau harus berbuat apa.
.
"Emma tunggu." Sungjin menarik Emma dalam dekapannya.
"Oppa, apa ini hukuman karena aku selalu menolakmu yang tulus padaku dan malah menyukai saudaramu? Apa ini hukuman untukku? Apa ini rasanya tiap kali oppa melihatku bermesraan dengan Dojun oppa? Oppa maafkan aku." Emma membenamkan tubuh mungilnya dalam dekapan Sungjin.
"Emma, jangan berkata begitu. Aku mencintaimu dengan tulus. Jadi seberapapun sakit yang aku rasakan aku akan menahannya dan menunggu." Sungjin mencoba menenangkan Emma dan huntungnya berhasil.
"Oppa terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku tau ini mungkin sudah sangat terlambat. Maukah oppa selalu ada untukku dan menghapus Dojun dari hatiku?" Emma memandang Sungjin tepat di matanya yang hangat.
Sungjin menjawab permintaan Emma dengan anggukan lembut.
"Walaupun pada akhirnya aku hanya pelarianpun aku tak mengapa. Yang penting dirimu bahagia itu saja sudah membuatku bahagia. Tapi kalau kau bisa melupakannya dan bisa membuka hatimu sedikit untukku aku akan lebih bahagia." Sungjin mengecup pucuk kepala itu.
"Kau bukan pelarian oppa, aku akan membuka hatiku secepatnya dan membalas semua cintamu. Jadi tunggulah aku."
.
.
"Kau memang bodoh hyung, bukannya aku sudah menyuruhmu membersihkan diri huh? Hahahahaha. Kau memang tak pernah percaya dengan hoobaemu ini hem?"
"Diam! Kau pikir ini karena siapa huh! Pantas saja kau selalu di sini pagi sekali."
"Hyung, jangan lupa. Siapa yang membuatku bagini huh? Apa perlu aku ingatkan dirimu dengan ini huh?"
Namja itu menunjukkan banyak luka di tubuhnya dan terakhir sayatan di pergelangannya. Membuat Dojun menunduk malu.
"KARENA KAU YANG SERAKAH, KAU MEREBUT KEKASIHKU!
DAN SAAT KAU BOSAN KAU MEMBUANGNYA BEGITU SAJA HINGGA DIA DEPRESI DAN BUNUH DIRI.
DAN DENGAN HEBATNYA ORANG-ORANG APPANYA MENCARIKU DAN MELAKUKAN ITU SEMUA KARENA MENGIRA AKU LAH KEKASIHNYA YANG TERAKHIR!
DAN KENAPA WAKTU ITU KAU TAK MEMBIARKAN KU MATI SAJA HUH? AKU HAMPIR CACAT HYUNG!"
Dojun semakin menundukkan kepalanya.
Dia teringat hari itu, saat pulang dia menemukan adiknya di kamar mandi dengan luka di sekujur tubuh dan wajah. Pakaiannya berlumuran darah dan masih ada darah segar mengalir di pergelangannya dan tak jauh terlihat cutter yang tergeletak. Dengan cepat Dojun mengangkat tubuh itu dan membawanya ke rumah sakit. Adiknya hampir saja lumpuh karena banyaknya pukulan di daerah vital dan juga cedera yang parah.
Saat sudah stabil dan sadar pun adiknya tak mau memandangnya dan semenjak saat itu dia berjanji pada dirinya bahwa hal itu tak akan terjadi lagi dan bila terjadi dia akan menuruti semua yang adiknya inginkan dan tak akan melakukan apapun dengan yang akan adiknya lakukan. Baginya itu bayaran yang mungkin tepat walau belum sepadan dengan yang adiknya terima.
"Hyung, aku mohon. Segera lepaskan dia. Aku juga tak kuat melihatnya menangis.
Demi aku. Aku tak akan meminta apapun setelah ini hyung." Namja itu ikut menunduk dan menangis mengingat semua ingatakn perihnya di masa itu.
"Aku tau itu semua salahku, aku akan melakukan semuanya sesuai janjiku dulu.
karena kau adalah adik yang paling aku sayangi
.
..
...
....
.....
Sungjin-ah"
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] You Know I Love You || Dojoon The Rose
Hayran KurguBila kau tau apa yang aku rasakan, kenapa kau malah mengabaikannya. Apa hebatnya membohongi perasaanmu sendiri? - E Aku tau semuanya tapi kau tak tau apapun - D