Chapter 19

2.1K 59 24
                                    

Pergi......
Pergi.....

***
Keringat dingin dan tubuh Anin bergetar ketika melihat seseorang yang tak asing baginya, seseorang yang telah membuat luka fisik di beberapa bagian tubuh mungilnya.

Kenya mendekat dengan kayu di tangannya mengepal kuat namun tak disangka ia meletakkan di tangan Anin.

"Nih, gua mau coba rasanya di gebukin." Kenya yang membuat ketakutan Anin tiba tiba sirna.

"Ma-maksud lo?." Tanya Anin terbata bata.

"Gua jahat sama lo nin, dan gua rasa kalo cuma minta maaf terlalu gak adil. Jadi lo boleh gebukin balik." Kenya.

"Tck, gua emang gak bisa semudah itu memaafkan kesalahan yang udah lo perbuat. Dalam hati ingin sekali gua gebukin lo biar tahu rasannya, tapi ken gua juga punya hati nurani punya rasa simpati. Dan gua rasa tidak menyukai bukan berarti membenci so gua udah maafin lo Ken, kita bisa jadi teman baik." Tegas Anin sembari tersenyum membuat Kenya terharu.

"L-lo serius maafin gua nin? Atas apa yang udah gua lakuin?." Kenya yang direspon anggukan manis dari Anin.

"Thank nin, gua bener bener makasih banget sama lo." Ucap Kenya.

"Iya Ken, Laras Lastri gak ikut?." Tanya Anin.

"Emmm gak nin, tapi gua ngewakilin minta maaf dari mereka ya?." Kenya.

"Iya." Anin.

Lama mereka mengobrol dan akhirnya Kenya pun pamit pulang dengan hati yang tersenyum bahagia, dalam pikirannya ia akan berubah dan harus!.

***
Tak lama datang Ralin dan Neneng tanpa mengetuk pintu, suara suara di rumah Anin menjadi hangat ketika Neneng menjerit jerit melihat luka lebam Anin.

"Alamahoyyy ieu teh Anin? Atau penghuni kamar Anin? Hapunten karuhun hapunten Neneng mah orang baik." Ucap Neneng menggoda Anin yang tengah tertawa atas kelakuan aneh sahabatnya.

"Hahahaha gila lo Neng, gua lagi sakit bukannya mijitin atau apa kek malah ngehina." Ucap Anin sembari berusaha bangun untuk mensejajarkan badan dengan kedua sahabatnya.

"E-eh tidur aja nin kamu masih sakit." Ralin dengan membantu Anin membenarkan posisi duduknya.

"Ahh gua baik baik aja lin, santai secara Anin mah kebal hehe." Anin dengan alis kanan yang dinaikkan.

"Kebal kebal emangya kamu limbad? Atau pak tarno? Hahaha." Neneng membuat lelucon tak lucu.

"Emm nin mama kamu kemana? Rumah sepi banget." Tanya Ralin bingung.

"Ohh mamaku ke london lin, untung aja dia gak tau gua babak belur. Kayaknya penting banget sampe gak pamitan." Tutur Anin.

"Emm gitu... oh iya nin aku bawain cake rainbow." Ralin sambil membawa sekotak kue di sampingnya.

"Wahhhh keliatannya enak." Anin.

"Lo harus makan nin! Gua tadi belinya penuh perjuangan tau." Tegas Neneng.

"Hahahahahah iya iya gua bakal makan Neng sama lo elonya mau?." Anin sembari tertawa ke arah Neneng.

"Yawlohhh sumanto e-eh sumanti deh kan lo perempuan." Neneng.

"Hahahaaaa, btw makasih ya udah jenguk." Anin.

"Iya nin sama sama, tapi gua mau tanya kenapa lo sampai kek gini sih?." Neneng bertanya, namun dihadiahi tatapan kosong oleh Anin. Tanpa dijawab Neneng tahu jika masalahnya tak ingin Anin ceritakan.

"E-eh emmm gua aus aus korea panas sayyy panas, dimana lemari esnya ya?." Neneng mengalihkan pertanyaanya.
Ia keluar kamar menuju dapur untuk membawa air dingin, namun tlp Neneng berdering dan tak lama bergelut dengan hp nya ia memutuskan pulang dan pamit kepada kedua sahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An Imposible First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang