26

130 18 4
                                    

"Hiroki, buka matamu. Apa kau mendengarku?"


Suara itu? Aku selalu mendengarnya dalam mimipi.


"Hiroki."


Aku membuka mataku perlahan. Lalu menatap kesumber suara. Aime??? Aku tidak percaya Aime berada di sini. Apakah aku sedang bermimpi? Aime menyentuh tanganku. Sepertinya ini bukan mimpi. Tapi aku benci. Aku benci jika Aime melihatku seperti ini. Ku tepis tangannya dengan kasar. Dan aku menyuruhnya pergi.


"Pergilah. Jangan kasihani aku !!"


"Aku tidak datang untuk mengasihanimu Hiroki. Aku hanya ingin memberimu permen kapas yang kau minta saat festival kembang api. Aku akan meletakkanya di nakas ini."


Aku menerima permen itu. Sepertinya kakakku berusaha mencari tahu siapa Aime setelah aku bercerita padanya kemarin sore. Dan aku yakin kakakku yang menyuruh Aime datang kemari.


Bodohnya aku sudah membentak Aime. Namun anehnya gadis itu selalu tersenyum walaupun aku membentaknya. Bahkan aku berkali-kali menolaknya saat pertama kita bertemu, tetapi dia tidak pernah menjauhiku.


"Baiklah Hiroki. Aku akan pergi. Semoga kau lekas membaik."



Aku merindukan Aime, aku menginginginkan keberadaannya saat segalanya terasa menyakitkan seperti ini. Tapi aku sudah membentaknya. Aku menyesal.


***

The Story is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang