Keadaan Senin di SMA Cahaya Bangsa masih sama seperti kebanyakan Senin lainnya yang telah berlalu. Wajah murid terlihat tidak begitu antusias pada pidato Kepala Sekolah yang sedang bertengger di samping tiang bendera.
5% yang berjiwa nasionalis dan cinta sekolah terlihat lebih bersemangat, 3% murid yang terlihat memperhatikan isi dari pidato, namun kenyataannya sedang menghayal urusan masing-masing pun terlihat tidak terlalu buruk hari ini.
Sedangkan 92% lainnya berharap kalau pawang hujan sedang iseng memindahkan hujan kiriman dari orang-orang yang punya hajatan ke atas langit sekolah mereka agar upacara dibubarkan.
Namun nyatanya, hingga upacara berakhir, langit sekolah mereka masih terang benderang.
"Kantin dulu yukkk!" seru Julie saat kedua temannya berjalan menuju kelas. "Biar gak laper dengerin pak Bambang."
Kesialan macam apa yang menimpa anak kelas XII IPS tiga yang harus masuk kelas matematika untuk empat jam ke depan di hari senin sehabis upacara.
Hal itulah yang membuat kebanyakan dari anak kelas itu menyiapkan amunisi sebelum menggila karna rumus kalkulus dan logaritma yang menguras jiwa.
"Elu mah parah, Jul! ke kantin beli gorengan pake sambel enam sendok!" Sahut Zetaya menyauti ajakan Julie yang minggu lalu telah ia ikuti. "Tuh sendok sambel kalo bisa ngomong juga udah lapor ke KPK!"
"Lah kok KPK?" Sandra mengernyitkan dahinya sambil melirik Zeta.
Zeta menaikan kedua tangannya ke udara. Seakan sedang menyampaikan fakta akurat. "Yaiyalah, lu bayar gak seberapa tapi ngambilnya banyak! Itu apa namanya kalo bukan korupsi?"
Julie terkekeh. Minggu lalu memang Zeta mengeluh sakit perut yang luar biasa sehabis makan gorengan di kantin dengan sambal super banyak yang disarankan Julie agar tidak mengantuk.
Untungnya, Sandra selalu membawa hand sanitizer di tasnya. Dan hal itu dapat menyelamatkan Zeta dari nasib sialnya.
"Bilang aja kalo lo dendam sama gue gara-gara sakit perut!"
Zeta melayangkan topi di genggamannya ke lengan Julie. "Emang lo ya, udah tau temen lagi gada ortu dirumah pake dikerjain!"
Zeta sedang dalam fase anak kos karna kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota.
"Eh buset, berantem mulu! Jadi kantin gak?" Sandra menginterupsi.
Keduanya pun mengangguk dan melanjutkan perjalanan mereka menuju kantin.
Di tengah perjalanan mereka, Sandra menangkap sosok Jordi. Cowok yang kemarin dilabrak Malvin.
Saat Jordi melihat ke arah Sandra, gadis itu membuang tatapannya. Ia merasa tidak enak pada anak itu.
Pasalnya, Jordi dan Sandra baru dekat satu minggu. Itu pun hanya melalui Chat. Namun entah bagaimana caranya Malvino bisa mengetahui itu semua.
Sandra berjalan di belakang Zeta saat berpapasan dengan Jordi. Dan benar saja, anak laki-laki itu tidak menggubris keberadaan Sandra. Dan seperti biasa, Sandra hanya bisa menghela napas dan menerimanya.
Setelah sampai di kelas, sudah ada Fira selaku ketua kelas berdiri di depan kelas. Gadis itu melirik ketiganya yang ternyata sudah melewati informasi penting yang dibagikan sang ketua kelas.
"Apaan, Fir?" Zeta bersuara sambil berjalan menuju mejanya di barisan kedua nomer tiga.
"Telat ah, males gua ego!"
Zeta sedikit menyunggingkan senyumnya sambil menggelengkan kepala. "Nge-gas aja pagi-pagi! Gebetan lo kaga bales chat?"
Seluruh isi kelas, terlebih anak laki-laki menjadi ribut. Pasalnya, gebetan yang dimaksud Zeta adalah Vio. Salah satu anak kelasnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Stranger!
Humorpernah ngerasain jadi jomblo? tapi, jomblo dari lahir? ini nasib yang menimpa Sandra. yap! disaat temen-temennya ngomongin cowok, Sandra cuma bisa planga-plongo kayak orang dongo. bukan karna penampilannya yang gak mendukung. tapi, Malvino engga nge...