2. Jemput Sandra

96 40 60
                                    

Malvino baru saja keluar dari ruangan ibu Suri. Dosen yang akan me-monitorinya di tempat magang nanti.

Ia berjalan sambil mengecek ponselnya. Saking lamanya diceramahi Bu Suri tentang kaidah di tempat magang nanti, Malvino sampai tak sadar bahwa jam pulang Sandra sudah lewat dari satu jam yang lalu.

Saat berkutat dengan ponselnya, Ia menemukan chat dari sang adik sepupunya tersebut. Sandra mengabari kalau ia sedang makan bersama teman-temannya di warung ayam geprek dekat sekolah.

Malvino Satya : yaudah, gue otw jemput. Sekitar setengah jam lagi gue sampe.

Jarak antara kampus Malvino dan Sekolah Sandra memang tidak terlalu jauh. Namun sekarang adalah jam macet. Jadi Malvino bisa memprediksi kalau ia akan berkutat dengan lautan kendaraan.

"Malvino," panggil seseorang dari arah belakang. "Sudah bertemu ibu Suri?"

Sontak yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara. Dilihatnya sosok Pak Muji sedang berjalan ke arahnya.

"Sudah Pak," jawab Malvino. "Barusan aja."

Pak Muji terlihat mengangguk. Ekspresi wajahnya yang selalu terlihat tertekan pun, tak luput dari sorotan Malvino.

"Ikut bapak dulu, ada beberapa susulan yang ternyata belum kamu selesaikan."

Malvino tercengang kaget. Ia merasa bahwa tidak ada susulan apapun dari mata kuliah Pak Muji. "Loh? bukannya saya udah tuntas semua, Pak?"

Pak Muji seakan berfikir keras sambil melihat langit-langit. Ia memegang teguh prinsipnya yang tak akan mundur sebelum mengecek ulang. "Seinget bapak, kamu ada tugas susulan yang belum dikumpulkan," jawabnya. "Atau, kamu ikut bapak ke ruangan, ya?"

Malvino tidak punya pilihan. Di kampusnya itu, dosen tidak pernah salah. Kalau pun mereka salah, kembali ke prinsip awal.

Tanpa menunggu jawaban darinya, Pak Muji sudah berjalan dua langkah di depan Malvino dengan tangan kanannya mengibas ke belakang. Mengisyaratkan pada Malvino untuk mengikutinya.

Sesampainya di ruangan Pak Muji. Ternyata sudah ada Agatha yang duduk dengan ponsel di tangannya.

Pak Muji terlihat kaget melihat keberadaan Agatha di ruangannya. Ia menyipitkan matanya. "Kamu ngapain disini?"

Agatha mengernyitkan dahi. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. "Lah? Bapak katanya mau ketemu saya?"

"Siapa yang bilang?"

Agatha terlihat sedikit menggerakan bola matanya ke kanan dan kiri. Mulutnya sudah terbuka. Namun tone suaranya terdengar satu tingkat lebih rendah dari sebelumnya.

"Bapak."

Pak Muji menggelengkan kepala sambil berjalan ke arah kursi singgahsananya yang terletak di depan Agatha. "Lah lah lah," sahutnya. "Bangun dulu dong baru ke kampus."

"Jangan ngaco kamu tuh, Mana ada saya mau ketemu kamu?" Ucapnya dengan nada paling menyebalkan. "Lagian, emangnya nama kamu tuh, Anggita?"

Agatha menggelengkan kepalanya. Kerutan di dahinya masih terlihat jelas. Lelah dibuat pusing oleh dosennya yang satu ini. "Tapi bapak tadi nge-chat saya," jawabnya. "Nyuruh saya dateng buat ngumpulin tugas susulan."

Pak Muji menyunggingkan sebuah senyum nyeleneh yang meledek. Sambil sedikit menurunkan kacamata baca yang tebalnya sudah melebihi pantat botol Teh Botol Sosro, ia menanggapi ucapan Agatha. "Nah pertanyaan saya, kamu ada tugas susulan gak?"

Yang ditanya hanya bisa menggigit kecil bibir bagian dalamnya. Anak laki-laki itu dalam posisi serba salah. Dan ia tau bahwa jawabannya tidak akan membuatnya menang dari Pak Muji.

Oh, My Stranger!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang