Transit

37 0 0
                                    

Transit.
.
Aku tidak terlalu suka dengan kata transit.
Transit itu bisa diartikan mampir, jadi sebelum pergi ke tempat tujuan kita.. kita harus mampir dulu. Ribet gak sih harus mampir-mampir dulu ?
Banget.
Belum lagi kalau delay.
Tapi, ceritaku ini dimulai dari "persinggahan" itu.
.
Ketika Liburan telah berakhir, itu berarti aku harus kembali.
kembali ke perantauan dengan sejuta beban.
Beban tugas.
.
Transit di Jakarta selama 4 jam, membuatku semakin melakukan hal-hal yang aneh.
Ketidak jelasanku semakin menjadi-jadi, ketika aku mendengar pengumuman dari petugas bandara yang mengatakan kalau pesawat yang akan aku tumpangi, mengalami gangguan operasional.
.
Sedikit kesal, tapi yaa sudahlah. Untung gangguannya sekarang, gak pas lagi di langit.
.
Tak lama setelah itu, calon Tamu Allah juga ikut bergabung dengan kami, dan jumlah mereka lumayan banyak.
.
Akupun berdiri, karena terlalu lama duduk, dan kebetulan ada ibu-ibu dari jama'ah umroh yang lebih membutuhkan tempat duduk.
Lalulah aku pergi, ke pojokan, duduk dibawah, santai, selonjoran, di lantai dekat kaca.
.
Ketika kita dibawah, kita pasti lebih memperhatikan orang disekitar kita... apalagi "mereka yang di atas".
.
Kebanyakan dari Calon Tamu Allah ini adalah orang tua yang lanjut usia... dan rata-rata mereka duduk diatas kursi roda.
Para pejuang, yang Allah panggil ke Rumah-nya.. sangat beruntung mereka, bisa pergi ke Harom, semoga mereka semua lancar melaksanakan ibadah disana, dikuatkan sebagaimana kuatnya tekat dan niat mereka bertamu disana.
.
Tapi sebenarnya, bukan mereka yang menjadi pusat perhatianku.
Tapi, "anak-anak" mereka.
Yang Sangat luar biasanya, mereka melayani orang tua mereka, pandangan mata pun tidak membohongi, kalau itu pandangan cinta dan sayang, bahkan penuh perhatian.
.
Aku pun pergi ke Toilet, dan pemandangan itu kembali terjadi,
seorang anak mengangkat ibunya dari kursi roda, membantunya masuk ke dalam bilik Toilet. Akupun tertegun melihatnya, smpai duduk lagi di lantai toilet, bahkan tak sadar kalau penumpang sudah disuruh masuk ke dalam pesawat.
.
Setelah dari toilet, aku langsung mengantri utk masuk kedalam bus yang mengantarkan kami ke pesawat.
27 F itu no Kursi ku, berarti aku harus lewat tangga belakang utk naik ke dalam pesawat.
Dan, pemandangan itupun kembali mengejutkanku,
seorang ibu-ibu lanjut usia yang duduk diatas kursi rodapun jg harus naik tangga, anaknya dengan setia membopong ibunya dibantu dengan kru-kru pesawat yang lain. Bukan tatapan lelah yang aku lihat, tapi tatapan sayang.
.
.
Padahal ini baru step pertama, masih ada beberapa step lagi yang nanti menunggu mereka setelah mereka sampai ke Rumah Allah.
Tapi kecintaan mereka itu, mengalahkan segala jurang rintangan. Hanya karena cinta.
Hanya bermodalkan cinta kepada Orang Tua mereka.
.
Terlalu banyak cinta yang aku lihat disini,
Bahkan, aku yang berpergian sendiripun bisa ikut merasakannya.
Alhamdulillah, masih banyak orang baik.
.
.
Seketika akupun menyadarinya, bahwasanya:
"Anak adalah investasi yang paling berharga untuk orangtuanya dan birrulwalidain itu wajib hukumnya".
Allahummaj'alna minhum.

Catatan PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang