Penghafal Qur'an

20 0 0
                                    

Siapa sih sebenarnya yang tak mau menjadi penghafal Qur'an ?
Tapi alasannya saja yang bermacam-macam, seperti,
"Ana takut"
"Ana udah terlalu tua, gak bisa ngafal yang berat-berat"

"Sudah terlambat"
"Ana susah jaganya"
"Yang penting suami ana nanti hafal qur'an"
"Kalau ana gak bisa, anak ana saja nanti yang hafal Qur'an"
.
Begitulah, itu pun yang saat ini aku rasakan.
Padahal, ini tentang membalas "jasa" orang tua.
Kita adalah investasi paling berharga untuk orang tua kita...
mereka menyekolahkan agama, biar kita bisa mendoakan mereka.
Mereka mengajarkan adab budi pekerti, biar kita bisa mendapatkan ridho mereka.
Karena ridho mereka itu adalah kunci dari ridho Ilahi.
.
Banyak penghafal qur'an yang belok pemikirannya, banyak juga penghafal qur'an yang tak patut dicontoh prilakunya.
Itu dalih kita.
Padahal masalahnya bukan dimereka, tapi masalahnya ada di kita, yang belum apa-apa aja sudah menyerah duluan.
Kapan kita bisa seperti mereka ?
.
Aku punya teman, dia menghafal qur'an sejak berumur 7 Tahun,
Setiap kali ujian, aku selalu ketempatnya, minta bantuan untuk mendengarkan hafalanku.
Dia selalu welcome.
Dia baik.
"MasyaAllah" itu yang selalu kita sebutkan, dikala kita sedang menceritakannya.
Dia itu, berbicara seperlunya.
Membuat kita itu segan...
Pendengar yang baik, selalu mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Setiap kali aku berpendapat, setiap kali aku mengatakan sesuatu, dia selalu punya pendapat dan perkataan yang lain, berbeda 180 derajat dari ku.
Karena terlalu sering berdebat, dari dialah aku belajar, bagaimana menyikapi sebuah masalah dengan dua kepala.
Kepala Pro dan Kepala Kontra.
.
Terkadang aku mikir, aku itu gak pantas disebut "teman" nya..
aku takut, kalau orang-orang akan berpikiran,
"Ih kasihan dia, berteman dengan penjual ikan".
Aku takut kalau orang-orang berpikiran, "bau amisku" ini udah nyebar ke dia.
Takut aja, ada yang berfikiran buruk ke dia, karena dia mau temenan sama aku.
.
.
Tapi, dia dengan segala kerendahan hatinya, selalu ada diantara kami, kami orang-orang gila, menengahi dikala kegilaan itu mulai terlihat.
.
.
MasyaAllah.
Emang ya kalau temenan itu, wajar cuma satu orang yang waras, sisanya gila semua, dan suka menyimpulkan sendiri.
.
Ah, penjaga qur'an memang begitu.
Kapan ya bisa kayak dia,
.
Bukan cuma hafal, tapi bisa mengaplikasikannya.
Bukan cuma hafal, tapi bisa bermanfaat untuk orang lain.
Bukan cuma hafal, tapi bisa jadi ladang pahala untuk orang sekitar.
.
Dan yang terpenting, bisa memberikan mahkota teruntuk orang tua kita.

Catatan PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang