Rahasia Giana

767 52 0
                                    

Sean menatap giana yang tidak mau beranjak dari kursinya ketika mereka memasuki sebuah pekarangan rumah yang terlihat sangat asri dengan pepohonan yang menghiasi Taman kecil di pinggir kolam. Giana meminta sean untuk menemaninya menemui seseorang yang wajahnya hampir giana lupakan, bahkan giana lupa kapan mereka terakhir bertemu. Dua taun tiga tahun atau bahkan lima tahun yang lalu giana tidak mengingat dengan pasti, satu yang masih tercetak jelas diingatan giana saat pria itu meninggalkan pintu rumah tanpa berniat kembali membuat giana trauma seumur hidupnya.

Sean menggenggam tangan giana yang sedang mencengkram tas nya dengan kuat, dipandanginya gadis yang sejak pagi tidak berbicara satu patah katapun padanya. Sean penasaran, iya setengah mati dia ingin mengetahui mengapa giana bersikap seperti itu setelah menerima telfon dari dady nya , tapi sean mengurungkan niat sampai giana siap menceritakan apa yang terjadi.
"Kita masuk sama-sama ya"sean semakin menguatkan genggaman nya pada jari lentik giana, sean berharap dapat mengalirkan perasaan nyaman pada gadis di sampingnya ini.
Giana menggeleng cepat sebelum melepaskan genggaman tangan sean. "Aku gak bakal lama kok"giana tersenyum, sean tau giana terpaksa tersenyum agar tidak membuat sean khawatir.
"Aku ada disini kalau kamu butuh"
Giana mengangguk kemudian membuka pintu mobil. Sean melihat giana masuk kedalam pintu bercat putih itu. Sean memutuskan untuk tidak beranjak dari tempatnya berjaga-jaga mungkin saja giana membutuhkannya saat ini.

Untuk pertama kalinya sejak 5 tahun berlalu giana tidak pernah menginjakkan lantai marmer yang terasa dingin saat diinjak ini. Semua perabotan di rumah ini masih sama bahkan figura foto besar yang menampakkan gambar sebuah keluarga yang sangat terlihat kaku saat difoto. Giana menyentuh ujung figura itu,  dia masih ingat kapan foto itu diambil. Foto saat giana wisuda, giana nampak cantik dengan balutan kebaya berwarna peach serasi dengan ibu dan adik nya sementara ayahnya tampak gagah dengan jas hitam nya. Giana masih ingat bagaimana sang fotografer menyuruh mereka untuk memberikan ekspresi bahagia tapi mereka malah terlihat kaku karena mereka bukan orang narsis yang biasa berhadapan dengan kamera.

Seorang pria berusia 60 tahun sedang duduk sambil menyesap kopi nya, majalah bisnis yang selalu menjadi pelengkap sarapannya. Dia adalah Sugiono Hutama papah giana. Giana dengan malas mendekat ke arah meja makan satu-satu nya tempat yang memungkinkan dia  bertemu dady nya.

"Kamu udah sampe? "Dady giana mengalihkan pandangannya dari majalah kepada putrinya yang entah sejak kapan terakhir dia temui.
"Ada apa dady panggil giana?  Tumben"giana menjawab dengan nada datar.
"Dady denger kamu tunangan sama anak bagaskara? "Ujar dady nya tanpa basa basi.
"Emang dady pernah perduli giana pacaran sama siapa? "
"Kamu kenapa ngomong gitu sih? Kamu masih marah sama dady atas kejadian itu"ujar dady nya dengan nada lirih ditatapnya Putri sulung nya itu yang terasa seperti orang asing.
Giana berdecih. "Kemana dady waktu giana butuh? Dady bahkan nggak pernah perduli..  Ah satu-satu nya yang dady perduli cuma bisnis, iya bisnis dady yang udah buat keluarga kita berantakan. Bahkan dimata dady bukankah giana hanya sebuah aset?! "Giana menatap tajam ke arah dady nya sebelum meninggalkan lelaki tua yang menatap kepergian anak nya dengan tatapan sedih.

Sean melihat giana tergesa-gesa keluar dari rumah nya. Wanita itu tampak menahan sesuatu, sean sering melihat giana marah tapi kali ini bukan ekspresi itu yang giana tampakkan. Mata nya memerah dan sean menebak sebentar lagi air bening itu akan mengalir di pipi giana.

Giana terisak sambil menutup wajahnya. "Kita ke beauty ya sean,  aku ada meeting"
"Kamu nggak mungkin meeting dengan wajah berantakan dan mata yang bengkak kayak bola golf"sean berusaha menghibur giana.
"Aku bisa pake sunglasess,  aku tinggal bilang kalo aku kurang tidur,  beres"
Sean mendekat dan merengkuh giana dalam pelukkan nya mengelus Puncak kepala gadis itu sebelum mengecupnya sekilas. "Aku nggak tau masalah apa yang kamu hadapi sekarang, aku juga gak akan paksa kamu cerita kalau kamu belum siap,  tapi kamu harus tau aku selalu ada kalau kamu butuh"
Giana semakin terisak dan membalas pelukkan sean sangat erat seolah lelaki itu tempatnya bergantung sekarang.

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang