Sandiwara

892 55 0
                                    

Sean menyesap kopi pagi nya sambil menatap pemandangan kota yang terlihat jelas dari apartemennya yang terletak di lantai 15. Sekelibat bayangan itu muncul di fikirannya, bagaimana semalam dia membuat hubungannya dan giana berakhir bahkan mereka belum sempat memulai, masih terasa perih di pipi kiri sean saat semalam giana menampar wajahnya di depan orang-orang. 

Ya giana memang belum berubah, sebanyak apapun perlakuan manis dari sean, sekeras apapun usaha yang sean lakukan , nyatanya giana tidak pernah membuka hatinya.

Flashback

seluruh mata tertuju pada dua insan yang kini saling berpagutan, sean memperdalam ciumannya pada bibir giana dan seolah terbawa suasana giana membalas ciuman sean. Tiba-tiba giana mendorong tubuh sean dan berlari menuju parkiran, sean mengejar giana dan berhasil meraih tangan gadis itu.

"kenapa gi ?"sean bertanya karena dia cukup yakin pembuktiannya tadi sudah cukup menjelaskan kalau giana juga mencintainya.

"lo udah kelewat batas sean"

"apa yang kita lakuin tadi udah jelas , kamu juga cinta sama aku gi "

"lo salah sean, gue nggak pernah punya perasaan sama lo !"

"lo bohong ! mau sampai kapan lo sembunyi dibalik topeng wanita mandiri yang selalu jadi sorotan kamera, lo itu nggak lebih dari cewek kesepian yang pura-pura tegar gi !" untuk pertama kalinya sean membentak giana .

Seketika itu juga giana menampar sean, cukup keras hingga membuat pipi sean memerah. Mata giana mulai berkaca-kaca dan sebentar lagi butir air mata itu akan turun ke pipinya.

"jangan pernah muncul di depan gue !"giana pergi meninggalkan sean yang masih terpaku di tempatnya.

Ponsel sean berbunyi menampakkan nomor yang tidak dikenalnya, sean mengabil handphonya dan segera menggeser tombol hijau .

"Hallo "

" apa benar ini dengan Olivier Seandra Bagaskara? "Ujar orang di sambungan telfon tersebut.

"Iiya, maaf ini dengan siapa? "

"Saya Farish, reporter dari majalah clasy"

"Ada perlu apa ya mas? " sean mengerutkan keningnya.

"Saya mau mengklarifikasi apa benar anda tunangan Giana? "

Sean tidak menjawab, tiba-tiba dia berinisiatif untuk menyalakan televisi, Damn ! Saat itu juga dia melihat salah satu acara gosip pagi menyiarkan adegan nya semalam bersama giana, sean langsung mematikan sambungan telfon.

"Gimana bisa? Giana pasti semakin marah sama gue karena apa yang gue bilang semalam jadi kenyataan! "Sean mengacak rambutnya frustasi.

Giana POV

Giana membuka matanya yang masih terasa berat, tidak biasanya dia bangun siang seperti ini. Jam di nakas nya sudah menunjukan pukul 10:00 untung saja karena kebijakan perusahaan hari ini seluruh karyawan beauty di liburkan. 

Giana berjalan dengan langkah guntai menuju wastafel dia berniat membersihkan wajahnya sebelum sarapan, Gia menatap pantulan wajahnya di cermin, matanya bengkak dan masih terlihat jelas jejak-jejak air mata disana. Giana tidak pernah percaya setelah papahnya ada seorang laki-laki yang membuat dia menangis semalaman. 

Giana menatap tangannya yang semalam dia gunakan untuk menampar lelaki itu, lelaki yang giana tau menjadi alasan dia tersenyum akhir-akhir ini, tapi dengan kejam nya giana membuat lelaki itu menjauhi nya, tiba-tiba bulir air mata itu kembali menetes.

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang