DUA

44.1K 4.3K 178
                                    

Gue di sini kacung, bukan ibu peri. Nggak bisa kalau semaunya bos sekali tring langsung jadi. -Gwen Paradista


Gwen menghela napasnya kasar. Sudah pukul tujuh dan ia masih harus terjebak dalam situasi penyelesaian bahan presentasi untuk besok. Bayangan antrean Nature Republic menguap sudah dengan titah bos rese yang rasanya ingin ia tendang ke neraka sana. Terlalu berlebihan pikiran Gwen memang.

Deret angka yang harus ia rubah dalam bentuk narasi pendek membuatnya frustasi. Mana sejak tadi Aryo terus menerus mempertanyakan kesiapan dari pekerjaan Gwen.

"Mas Aryo kalau kesini terus gue nggak akan kelar, Mas. Pusing ih!" Maki Gwen kesal saat Aryo terlihat menyambangi meja kerja Gwen untuk ketiga kalinya.

"Sorry, sorry, Gwen. Gue tunggu sepuluh menit lagi bisa? Ini Bara nungguin di dalem," Tawar Aryo yang kemudian disetujui oleh Gwen.

Sepuluh menit berlalu, materi presentasi dan data-data pendukung sudah Gwen kantongi. Ia dan Aryo pun masuk ke ruangan Bara, atasan mereka. Ruangan Bara terasa hening. Si empunya ruangan tampak serius di balik monitornya sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya. Kehadiran Aryo dan Gwen nampaknya luput dari perhatian pria bertubuh kekar ini.

"Bar," Aryo membuyarkan konsentrasi Bara. Pria itu melirik sejenak, kemudian mengalihkan tatapan matanya kembali ke layar monitor. 'Sok penting,' Dumel Gwen dalam hati.

"Bar, ini yang lo minta." Aryo menyodorkan bahan presentasi yang dikerjakan oleh Gwen. Bukan rahasia lagi jika Bara dan Aryo bersahabat. Walau jabatan Aryo berada di bawah Bara, namun kedua pria itu menanggalkan panggilan formal saat di kantor kecuali mereka berdua menemui klien.

Bara melirik sekilas bahan presentasi yang disodorkan oleh Aryo. Lalu matanya memindai Gwen dan Aryo secara bergantian. Selanjutnya ia mengambil bahan presentasi tersebut dan memeriksa isinya.

Lima menit berlalu, mata Bara melotot, wajahnya mulai memerah menahan marah. Gwen yang bingung melirik ke arah Aryo untuk mencari jawaban. Namun Aryo mengangkat bahunya tanda ia tak mengerti maksud Bara.

"Kamu sudah berapa kali bikin bahan presentasi?" Tanya Bara menatap tajam ke arah Gwen. Yang ditatap justru malah bingung.

"Saya, Pak?" Tanya Gwen hati-hati.

"Saya nggak mungkin nanya Aryo meskipun juga nanti saya akan memaki dia karena punya anak buah nggak rapi kayak kamu." Bentak Bara dan langsung menampar hati Gwen.

"Bar, santai sih." Aryo berusaha menenangkan Bara.

"Berapa kali saya tanya Gwen Paradista?" Bara menatap wajah Gwen yang hanya dibalas dengan tundukan oleh Gwen.

"Ba....ba...banyak, Pak," Jawab Gwen dengan terbata-bata.

"Banyak itu seberapa? Kamu orang analis, nggak ada jawaban itu banyak. Semua pakai data, ada angkanya. Sama saja kayak tulisan kamu ini, nggak ada intinya, terlalu banyak narasi, pusing saya!" Cerocos Bara menumpahkan kekesalannya pada Gwen yang terlihat semakin menunduk.

"Nggak perlu kamu kasih tulisan sepanjang ini di bahan presentasi. Kita bakal jelasin pakai mulut kita langsung besok. Mereka maunya baca data, bukan cerita. Mereka udah tua, bukan anak-anak yang kamu kasih majalah Bobo, Gwen." Lanjut Bara lagi. Masih dalam mode atasan menghakimi bawahan.

"Kamu nggak bisa bikin lebih bagus dari ini? Atau saya suruh yang lain saja buat bikin?" Ancam Bara yang membuat Gwen mendelik. Emosinya memuncak mendengar perkataan Bara.

"Bapak nggak bisa seenaknya dong nyerahin pekerjaan saya ke orang lain? Saya sudah susun sedemikian rupa dan jelas ini tanggung jawab saya." Gwen membantah saat Bara sudah akan kembali melampiasakan emosinya.

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang